Senin, 08 Juni 2009

KEKUATAN DOA

By. Moh. Badrus Sholeh, S.Pd.I

Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu dihadapkan kepada pelbagai permasalahan yang multi komplek. Banyak yang berpendapat masalah akan dapat mudah diselesaikan dengan penerapan manajemen konflik yang tepat dan baik. Tetapi pada kenyataannya kekuatan manusia amat terbatas, banyak diantara mereka mengalami depresi atau bahkan mengambil jalan pintas dengan bunuh diri akibat ketidakmampuan menyelesaikan masalah yang dihadapi.

Disisi lain ada tradisi yang membudaya untuk menyelasaikan masalah yaitu dengan menggantungkan diri pada orang lain atau benda-benda tertentu. Sebagian ada yang berikhtiar mutlak dengan bergantung orang yang memiliki ketajaman akal. Mereka mempertuhankan akal dan lupa berdoa kepada Allah, padahal Allahlah yang mengatur kehidupan ini. Sebagian lagi pergi kedukun dan menyerahkan urusan mereka kepadanya, Mereka membunuh potensi akalnya sendiri dan lebih mempercayai hal yang irasional dengan melakukan ritual-ritual yang tidak ada dasar Syar’inya. Sebagian yang lain pergi ke tokoh agama seperti kyai atau ulama lalu minta didoakan, tetapi mereka sendiri jauh dari Allah atau tetap melanggar perintah-Nya. Mereka tidak berdoa langsung kepada Allah dan lebih mempercayakan urusanya kepada kyai atau ulama yang dianggap lebih dekat dengan Allah.

Berfikir sistematis dengan akal untuk menyesaikan masalah adalah hal yang perlu diterapkan, karena Allah menganugrahkan akal agar manusia bisa berfikir dan mampu membedakan yang baik dan buruk. Tetapi tidak sekedar akal yang butuhkan untuk menyelesaikan Masalah, ada hal lain yang juga menjadi penentu yaitu kekuatan doa. Karena dengan berdoa kepada Allah segala permasalah pasti akan menemukan jalan keluar, segala harapan pasti akan dikabulkan. Itu jaminan Allah bagi orang yang bergantung padanya. Ada sebuah riwayat yang diceritakan oleh Ibn Husen, yang isinya tentang firman Allah swt. yang berbunyi :

“ Demi kemulian dan kebesaran-Ku dan juga demi kemurahan dan ketinggian kedudukan-Ku diatas Arsy. Aku akan mematahkan harapan orang yang berharap kepada selain Aku dengan kekecewaan. Akan Aku pakaikan kepadanya pakaian kehinaan dimata manusia. Aku singkirkan ia dari dekat-Ku, lalu Ku putuskan hubunganKu dengannya.

Mengapa ia berharap kepada selain Aku ketika dirinya berada dalam kesulitan. Padahal, sesungguhnya kesulitan itu berada ditangan Ku dan hanya Aku yang dapat menyingkirkannya?. Mengapa ia berharap kepada selain Aku dengan mengetuk pintu-pintu lain, padahal pintu-pintu itu tertutup? Padahal, hanya pintu-Ku yang terbuka bagi siapa pun yang berdoa memohon pertolongan dari-Ku.

Siapa yang pernah mengharapkan Aku untuk menghalau kesulitannya lalu Aku kecewakan? Siapakah yang pernah mengharapkan Aku karena dosa-dosanya yang besar lalu Aku putuskan harapanya? Siapa pula yang pernah mengetuk pintu-Ku lalu tidak Aku bukakan?

Aku telah mengadakan hubungan yang langsung antara Aku dengan angan-angan dan harapan seluruh mahluk-Ku. Akan tetapi, mengapa mereka malah bersandar kepada selaian aku? Aku telah menyediakan semua harapan hamba-hamba-Ku, tetapi mengapa mereka tidak puas dengan perlindungan-Ku?.

Dan Aku pun telah memenuhi langit-Ku dengan para malaikat yang tiada pernah jemu bertasbih pada-Ku, lalu Aku perintahkan mereka supaya tidak menutup pintu antara Aku dan hamba-Ku. Akan tetapi, mengapa mereka tidak percaya kepada firman-firman-Ku?

Tidaklah mereka mengetahui bahwa siapapun yang ditimpa oleh bencana yang Aku turunkan, tiada yang dapat menyingkirkannya kecuali Aku? Akan tetapi, mengapa Aku melihat ia dengan segala angan-angan dan harapannya selalu berpaling dariku? Mengapakah ia sampai tetipu selain Aku?

Aku telah memberikan kepadanya dengan segala kemurahan-Ku apa-apa yang tidak yang tidak sampai harus ia minta. Ketika semua itu harus aku cabut darinya, lalu mengapa ia tidak lagi memintanya kepada-Ku untuk segera mengembalikannya. Tetapi malah meminta pertolongan kepada selain Aku?.

Apakah Aku yang sebelum diminta, lalu ketika diminta tidak Aku berikan? Apakah Aku ini bakhil, sehingga dianggap bakhil oleh hamba-Ku? Tidakkah dunia dan akhirat itu milik-Ku? Tidakkah semua rahmat dan karunia itu berada di tangan-Ku? Tidakkah dermawan dan kemurahan itu adalah sifat-Ku?

Tidakkah hanya Aku tempat bermuaranya semua harapan? Dengan demikian, siapakah yang dapat memutuskannya dari-Ku? Apakah pula yang diharapkan oleh orang-orang yang berharap, andaikah Aku berkata kepada semua penduduk langit dan bumi, ”mintalah kepada-Ku! Akupun memberikan kepada masing-masing orang, pikiran apa yang terpikir pada semuanya.

Dan semua yang kuberikan itu tidak akan mengurangi kekayaan-Ku meskipun sebesar debu. Bagaimana mungkin kekayaan yang begitu sempurna akan berkurang, sedang aku mengawasinya?.

Sungguh alangkah celakanya orang yang terputus dari rahmat-ku. Alangkah kecewanya orang yang berlaku maksiat kepada-Ku dan tidak memperhatikan Aku serta melakukan perbuatan-perbuatan yang haram seraya tiada mersa malu kepada-Ku.”.

Riwayat diatas membuktikan betapa jelasnya jaminan Allah kepada orang yang berdoa kepada-Nya. Allah mencintai hambanya yang berdoa, karena itu bukti penghambaan yang tulus dan pengakuan atas kelemahan diri manusia. Setiap doa seorang hamba pasti didengarkan dan dikabulkan-Nya, sebagaimana juga termaktub dalam Al-Qur’an :

                  
“dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran” (QS. Al-Baqoroh 186).