Kamis, 23 Desember 2010

PEMAHAMAN KARAKTER MORAL SISWA DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI SEKOLAH(bag 1)

( Oleh.Prof.Dr.H.M.Djunaidi Ghony )


A. Pendahuluan
Pendidikan persekolahan sampai saat ini masih menjadi bulan-bulanan banyak pihak karena hasil dan dampaknya yang belum sesuai dengan harapan. Banyak fenomena kejahatan, bencana, pengangguran, kemiskinan, dan kerusuhan dikaitkan dengan ketidakberhasilan pendidikan. Demikian halnya dengan rendahnya mutu pendidikan, dilihat dari daya saing SDM Indonesia saat ini dibandingkan dengan Negara-negara tetangga,.
Hal ini dapat dilihat dari hasil studi yang diselenggarakan oleh IEA (International Organization for Evaluation of Educational Achievement) yang juga diikuti oleh Indonesia bersama beberapa negara lainnya dalam TIMSS (Trends in International Mathematic and Science Study). Study PISA (Programme for International Student Assesment) yang diselenggarakan oleh OECD (Organization for Economic Cooperation and Development) pada tahun 2006 menunjukkan Indonesia menduduki urutan kelima dari bawah dari 54 negara. Berdasarkan parameter EDI (Education Development Index) Indonesia menduduki peringkat 71 (medium EDI). Data tersebut menunjukkan bahwa dilihat dari segi mutu, Indonesia masih tergolong negara dengan mutu pendidikan yang belum dapat dibanggakan. (Depdiknas, 2009:49).
Masalah mutu ini bukanlah masalah yang berdiri sendiri, tetapi terkait dengan masalah siswa, masalah guru, masalah fasilitas, masalah manajemen sekolah, masalah sistem pendidikan, dan sebagainya. Marihot Manulang (2009) mengungkapkan tiga masalah pokok pendidikan Indonesia saat ini, yaitu (1) birokratisasi pendidikan yang kaku dan formalistik, (2) budaya sekolah (universitas) yang telah membeku dan (3) kehadiran pendidik yang sudah kehilangan harapan.
Kondisi ini menunjukkan bahwa mutu pendidikan saat ini perlu perbaikan yang mendesak untuk menghasilkan SDM Indonesia yang unggul dan berdaya saing global. Urgensi perbaikan mutu pendidikan ini juga menjadi prioritas pembangunan pendidikan tahun 2010-2015 sebagaimana tahapan pembangunan pendidikan yang dibuat oleh Kementerian Pendidikan Nasional yang tertuang dalam buku “Arah Pengembangan Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah” (2006:6) strategi pengembangan pendidikan dasar dan menengah dibagi atas 4 periode:
* 2005 – 2010 : Peningkatan kapasitas dan modernisasi: pemerataan akses, peningkatan IPM, dan penggunaan ICT
* 2010 – 2015 : Penguatan pelayanan untuk meningkatkan mutu dan daya saing dalam pelayanan pendidikan yang semakin besar, desentralisasi fiskal dan otonomi daerah yang semakin dewasa.
* 2015 – 2020 : Daya saing regional: pengembangan mutu dan pelayanan pendidikan dasar dan menengah yang memiliki daya saing pada tingkat ASEAN.
* 2020 – 2025 : Daya saing internasional: pengembangan mutu dan pelayanan pendidikan dasar dan menengah berkelas internasional.
Pemecahan masalah mutu pendidikan harus dilakukan dengan berfokus pada business core (bidang pokok) pendidikan, yaitu pembelajaran atau kegiatan belajar mengajar (KBM). Pendidikan pada dasarnya upaya menjadikan peserta didik menjadi manusia terdidik. Format manusia terdidik dalam perspektif UUSPN No. 20/2003 dinyatakan :......…manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Berdasarkan pola pemikiran seperti ini, maka setiap hal yang dilakukan dalam mengelola pendidikan nasional atau di daerah selalu ditujukan untuk mewujudkan layanan pembelajaran terbaik yang mengarah pada perubahan perilaku peserta didik menjadi manusia utuh sebagaimana ditegaskan dalam UUSPN di atas.
Perwujudan mutu pembelajaran merupakan ujung tombak keberhasilan pendidikan yang dalam setting kelas utamanya diperani oleh guru sebagai pendidik professional sedangkan dalam setting sekolah utamanya diperani oleh kepala sekolah sebagai pemimpin, manajer, dan supervisor sekolah.
Bertolak dari paparan di atas, dapat dijelaskan dua hal, yaitu: (1) arah pendidikan persekolahan adalah mewujudkan perubahan perilaku peserta didik menjadi lebih baik mengarah pada perwujudan manusia utuh sebagaimana dinyatakan dalam tujuan pendidikan nasional, dan (2) peran utama untuk meningkatkan mutu pendidikan persekolahan pada setting kelas utamanya diperani oleh guru sedangkan pada setting sekolah utamanya diperani oleh kepala sekolah. Perwujudan dua hal di atas perlu dipecahkan melalui berbagai pandangan karakter siswa di sekolah terkait dengan kegiatan belajar mengajar dalam berbagai bidang studi, sekaligus sebagai pokok bahasan dalam Diklat Nasional kali ini.

B. Memahami Karakteristik Siswa dalam Kegiatan Belajar Mengajar.

Banyak pakar pendidikan yang berpendapat secara berbeda beda mengenai karakter. Karakter berbeda dengan nilai. Nilai dianggap sebagai dasar terbentuknya karakter. Karakteristik adalah aspek-aspek atau kualitas perseorangan siswa yang telah dimilikinya. Karakteristik siswa adalah salah satu variabel dalam domain desain pembelajaran yang biasanya didefinisikan sebagai latar belakang pengalaman yang dimiliki oleh siswa termasuk aspek-aspek lain yang ada pada diri mereka seperti kemampuan umum, ekspektasi terhadap pengajaran, dan ciri-ciri jasmani serta emosional, yang memberikan dampak terhadap keefektifan belajar. Menganalisis karakteristik siswa dimaksudkan untuk mengetahui ciri-ciri perseorangan. Hasil dari kegiatan ini akan berupa daftar yang memuat pengelompokan karakteristik siswa, sekaligus sebagai pijakan untuk mempersiapkan metode pembelajaran yang optimal guna mencapai hasil belajar tertentu.
Karakteristik siswa sebagai salah satu variabel dalam domain desain pembelajaran akan memberikan dampak terhadap keefektifan belajar. Selama ini teori dan prinsip-prinsip pembelajaran yang dikembangkan oleh guru lebih berpijak pada karakteristik siswa dimana teori itu dikembangkan yakni karakteristik siswa di negaranya OBAMA. Adopsi teori dan prinsip-prinsip pembelajaran yang dilakukan para pakar seringkali mengalami kegagalan. Ini disebabkan kemungkinan besar dasar pijakannya yang berbeda atau variabel kondisional yang berbeda dengan kondisi di mana pembelajaran dilakukan. Variabel yang berhubungan dengan karakteristik siswa penting dijadikan pijakan pengembangan program pembelajaran moral dalam berbagai bidang studi.
Teori dan prinsip-prinsip pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran moral di berbagai bidang studi seharusnya dikembangkan dengan berpijak pada informasi tentang karakteristik siswa. Pada tahap penalaran moral mana siswa itu berada, bagaimana eksistensi kepercayaan/iman mereka, empat, dan peran sosial mereka. Ini semua amat diperlukan oleh para guru, pendidik, perancang pembelajaran dalam upaya pengembangan program pembelajaran moral dalam berbagai bidang studi, dan produksi sumber-sumber belajar moral seperti buku-buku teks/paket, video,TV, komputer.
Informasi mengenai perkembangan moralitas mana mereka berada, akan bermanfaat untuk keperluan mengembangkan dan memproduksi bahan-bahan pembelajaran, khususnya yang berkaitan dengan bagaimana cara guru mengorganisasi isi/pesan-pesan pembelajaran. Jika siswa cenderung masih berada pada tahap penalaran tahap ke dua ( menyesuaikan diri untuk mendapatkan ganjaran, kebaikannya dibalas dan seterusnya) maka isi pembelajaran lebih banyak distruktur/diorganisasi untuk dapat merangsang aspek kognitif siswa agar berkembang menuju tahap kesadaran moral ketiga (menyesuaikan diri untuk menghindarkan ketidak setujuan, ketidak senangan orang lain).
Pengorganisasian isi pembelajaran lebih banyak menyediakan argumen sesuai dengan tahap penalaran ketiga tersebut. Demikian juga siswa cenderung masih berada pada tahap perkembangan moral ketiga, maka penstrukturan isi/pesan-pesan pembelajaran lebih banyak menyediakan argumen yang sesuai untuk penalaran moral tahap keempat ( menyesuaikan diri untuk menghindarkan penilaian oleh otoritas dan rasa diri bersalah ).
Informasi mengenai pada tahap kepercayaan eksistensial/iman, mana kecenderungan siswa berada, bagaimana kecenderungan empatinya, rasa hormat timbal balik haruslah menjadi fokus dari program pembelajaran khususnya dikalangan siswa dan kaum remaja, justru kemampuan untuk memahami dari sudut pandangan orang lain inilah yang akan membuat mereka dapat berpartisipasi secara lebih penuh dalam keluarga, sekolah, dan lingkungan kelompok teman-teman sebaya.. Bagaimana pula kecenderungan peran sosial mereka, akan memberikan petunjuk mengenai cara mengorganisasi isi pesan-pesan pembelajaran beserta pengelolaannya, sebab aspek-aspek tersebut berhubungan secara paralel dengan perkembangan moral siswa. Dengan demikian pengelolaan pembelajaran yang disajikan guru dapat dilakukan dalam bentuk pemberian tugas yang dapat merangsang perkembangan aspek-aspek tersebut.

Jumat, 10 Desember 2010

ANALISIS SWOT

Oleh: Moh. Badrus Sholeh, S.Pd.I

SWOT adalah singkatan dari Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats (Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman). Analisa SWOT sudah menjadi alat yang umum digunakan dalam perencanaan strategis pendidikan dan merupakan alat yang efektif dalam menempatkan potensi lembaga. Tujuan analisis ini adalah untuk memak­simalkan kekuatan, meminimalkan kelemahan, mere­duksi ancaman dan membangun peluang.

Analisa SWOT dalam istilah Indonesia dikenal dengan K2PA (Kekuatan, Kelemahan, Peluang, Ancaman) Analisis SWOT adalah langkah berikut setelah riset pasar atau identifikasi pelanggan ,dan kebutuhannya. Tujuan pokok analisis ini ialah mengidentifikasi ,dan memahami apa saja kekuatan dan kelemahan yang ada pada lembaga pendidikan, serta apa saja peluang dan ancaman yang ada atau mungkin timbul dalam rangka usaha peningkatan mutunya. Data objektif keempat faktor itu sangat penting dalam perencanaan mutu lembaga, karena dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan, dapat dibuat rencana untuk memaksimalkan kekuatan itu dan meminimal­kan kelemahan, atau memaksimalkan kekuatan untuk meng­atasi kelemahan. Dengan mengetahui peluang yang ada atau mungkin ada dan ancaman yang ada atau mungkin terjadi, dapat dibuat rencana untuk mengurangi atau melemahkan ancaman dengan me­manfaatkan kesempatan sebaik-baiknya.

Analisa SWOT digunakan untuk mengetahui kele­mahan dan ancaman. Apakah akar kelemahannya dan bagaimana mengatasinya?. Apa sebab timbul ancaman tersebut dan bagaimana cara mengatasi atau mengurangi tekanannya? Selanjutnya, bagaimana cara memanfaat­kan kekuatan yang ada semaksimal mungkin, juga memanfaatkan peluang-peluang yang ada, sehingga peningkatan mutu lembaga dapat terus terlaksana? Hasil-hasil analisis tersebut, terutama cara-cara mengatasi kelemahan dan ancaman, dijadikan dasar perencanaan mutu strategis.

Analisa SWOT adalah salah satu tahap dalam perencanaan mutu pendidikan yang merupakan pendekatan analisis lingkungan.Analisa lingkungan terdiri dari dua unsur yaitu analisis lingkungan internal yaitu posisi internal sekolah dan analisis lingkungan ekternal. Analisa lingkungan internal terdiri dari penentu persepsi yang realistis atas segala kekuatan dan kelemahan yang dimiliki organisasi. Suatu organisasi harus mengambil manfaat dari kekuatan secara optimal dan berusaha untuk mengatasi kelemahan agar terhindar dari kerugian baik waktu maupun anggaran. Sedangkan analisis lingkungan ekternal meliputi identifikasi dan evaluasi aspek-aspek social, budaya, politis, ekonomis, dan ekonomis, dan teknologi, serta kecendrungan yang berpengaruh pada organisasi. Kecundrungan ini biasanya merupakan sejumlah factor yang sukar diramal atau memiliki derajat ketidakpastian tinggi. Hasil dari analisis lingkungan ekternal adalah sebuah peluang yang harus dimanfaatkan oleh organisasi dan ancaman yang harus dicegah atau dihindari. Jadi Analisis kekuatan dan kelemahan pada dasarnya bersifat inter­nal, sedangkan analisis peluang dan ancaman bersifat eksternal. Dan pada hakikatnya analisis itu juga merupakan analisis kebutuhan pelanggan, karena sesungguhnya menganalisis pelanggan-pelanggan lembaga pendidikan dan kebutuhan mereka.Adapun fokus analisis lingkungan sebagai berikut:

Analisis internal antara lain terfokus pada:

1. keunggulan yang ingin dibangun dan dipelihara;

2. sumber keunggulan;

3. karakteristik sumber daya;

4. program dan pelayanan yang menduduki posisi tuntutan tinggi;

5. kualitas SDM, guru, clan staf tata usaha;

6. tradisi akademik sekolah;

7. realitas "politik" internal kampus;

8. kualitas dan kekuatan kepemimpinan clan struktur pengelolaan sekolah.

Analisis eksternal antara lain terfokus pada:

1. kecenderungan orientasi politik;

2. kapasitas negara dalam menyediakan anggaran;

3. kemajuan teknologi dan teknologi informasi

4. akselerasi kemajuan pesaing atau se­kolah lain;

5. perkembangan pasar tenaga kerja.

Aktivitas SWOT dapat diperkuat dengan men­jamin analisa tersebut berfokus pada kebutuhan pe­langgan dan konteks kompetitif dimana lembaga ber­operasi. Ada dua variabel kunci dalam mem­bangun atau mengembangkan strategi jangka panjang lembaga. Strategi ini harus dikembangkan dengan ber­bagai metode yang dapat memungkinkan lembaga mampu mempertahankan diri dalam menghadapi kom­petisi serta mampu memaksimalkan daya tariknya bagi para pelanggan. Jika pengujian tersebut dipadukan dengan pengujian misi dan nilai, maka akan ditemu­kan sebuah identitas lembaga yang berbeda dari para pesaingnya. Apabila sebuah identitas distingtif mampu dikembangkan dalam sebuah lembaga, maka karak­teristik mutu dalam institusi tersebut akan menjadi lebih mudah diidentifikasi.


Senin, 06 Desember 2010

Proses Perencanaan Mutu Strategis

By: MOH. BADRUS SHOLEH, S.Pd.I

Perencanaan mutu strategis dapat diartikan sebagai proses penyusunan langkah-langkah kegiatan menyeluruh secara sistematis, rasional, berkiat, dan berjangka panjang serta berda­sarkan visi, misi, dan prinsip tertentu untuk memenuhi kebu­tuhan mendasar dan menyeluruh para pelanggan.

Perencanaan strategis memungkinkan formulasi pri­oritas-prioritas jangka panjang dan perubahan institusi­onal berdasarkan pertimbangan rasional. Tanpa strategi, sebuah lembaga pendidikan tidak akan bisa yakin bagaimana mereka bisa memanfaatkan peluang-peluang baru. Perlunya upaya-upaya strategis tersebut tidak hanya untuk mengembangkan rencana lembaga. Signifikansi yang nyata adalah bahwa ia menjauhkan perhatian pengelola lembaga dari isu-isu harian dan menekankan sebuah pengujian kembali terhadap tujuan utama dari lembaga pendidikan dalam hubungannya dengan pelanggannya.

Proses perencanaan strategis

Proses perencanaan strategis dalam konteks pen­didikan tidak jauh berbeda dengan yang biasanya dipergunakan dalam dunia industri dan komersial. Alat-alat yang digunakan untuk menentukan misi dan tujuan akhir serta untuk menganalisa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman jugs hampir sama, hanya perlu penerjemahan yang baik. Alat-alat itu sendiri harus sederhana dan mudah dipergunakan. Kekuatan alat-alat tersebut berasal dari fokus yang mereka berikan terhadap proses berfikir institusi. Alat­-alat tersebut mempertanyakan keberadaan institusi-­institusi tersebut, untuk siapa institusi itu ada, dan apakah ia mengejar tujuan-tujuan yang benar. Semua pertanyaan tersebut adalah pertanyaan-pertanyaan yang penting, khususnya untuk institusi yang sudah memiliki status mandiri atau diakui

Langkah-langkah perencanaan Manajemen Mutu Terpadu

Menggunakan sebuah pendekatan yang sistematis dalam merencanakan masa depan institusi merupakan hal yang penting. Strategi harus didasarkan pada kelompok-kelompok pelanggan dan harapan-harapan mereka yang bervariasi, selan­jutnya adalah dengan mengembangkan kebijakan-­kebijakan serta rencana-rencana yang dapat mengantar­kan instansi pada pencapaian visinya.

Langkah-langkah perencanaan Manajemen Mutu Terpadu

1

Visi, Misi, dan Tujuan

Apa jenis usaha kita?

2

Analisa Pasar

Siapa pelanggan kita den ape yang mereka harapkan?

3

Analis SWOT dan Faktor Penting Sukses

Apa yang kits butuhkan agar menjadi baik?

4

Perencanaan Operasi dan Bisnis

Bagaimana cara agar kita meraih kesuksesan?

5

Kebijakan dan Perencanaan Mutu

Bagaimana cara kita berbuat dalam menyampaikan mutu?

6

Biaya Mutu

Biaya apa yang dibutuhkan mutu?

7

Monitoring dan Evaluasi

Bagaimana kits tahu bahwa kita sukses?




Implementasi Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management) di Sekolah

KETUT JULIANTARA

Abstrak

Manajemen mutu terpadu merupakan proses perbaikan secara terus menerus atau berkesinambungan yang dilakukan oleh sekolah dalam rangka mencapai sekolah yang bermutu. Kepala sekolah sebagai manajemen puncak memegang berperan penting dalam suksesnya pelaksanaan implementasi manajemen mutu terpadu (TQM) di sekolah. Konsep sekolah bermutu (unggul) perlu ada dalam konsep setiap kepala sekolah. Kepala Sekolah perlu memahami TQM sebagai suatu falsafah, metode, teknik dan strategi manajemen untuk perbaikan mutu sekolah, karena kinerja organisasi sekolah senantiasa dinilai masyarakat dalam situasi yang semakin maju seperti sekarang ini. Kepala Sekolah dan para guru perlu memahami harapan masyarakat terhadap sekolahnya. Apa hakikat dari keberadaan sekolah yang diharapkan masyarakat? Bagaimana membuat sekolah menjadi efektif agar harapan pelanggan pendidikan tercapai? Jawabannya yaitu dengan cara mengimplementasi manajemen mutu terpadu (Total Quality Management) di sekolah.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Total quality management/ manajemen mutu terpadu merupakan konsep yang mempunyai nilai-nilai yang baik untuk perkembangan organisasi di semua sektor kehidupan. TQM telah banyak di adopsi kedalam berbagai bidang terutama pada dunia bisnis dan ekonomi. Tetapi TQM bukan saja terpaku hanya untuk aspek bisnis dan ekonomi saja, nilai-nilai yang ada dalam manajemen mutu terpadu dapat diimplementasikan ke dalam dunia pendidikan yaitu di sekolah. Untuk itu, penulis mengangkat artikel yang berjudul “Implementasi Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management) di Sekolah”.

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian, Elemen Pendukung, Serta Falsafah dari Manajemen Mutu Terpadu (TQM)

Istilah utama yang terkait dengan kajian Total Quality Management (TQM) ialah continous improvement (perbaikan terus-menerus) dan Quality improvement ( Perbaikan Mutu ). Manajemen mutu terpadu merupakan salah satu strategi manajemen untuk menjawab tantangan external suatu organisasi guna memenuhi kepuasan pelanggan.

Menurut Edward Sallis (1993:13) bahwa “Total Quality Management is a philosophy and a methodology which assist institutions to manage change and set their own agendas for dealing with the plethora of new external pressures.” Pendapat di atas menekankan pengertian bahwa manajemen mutu terpadu merupakan suatu filsafat dan metodologi yang membantu berbagai institusi dalam mengelola perubahan dan menyusun agenda masing-masing untuk menanggapi tekanan-tekanan faktor eksternal.

Patricia Kovel-Jarboe (1993) mengutip Caffee dan Sherr menyatakan bahwa manajemen mutu terpadu adalah suaru filosofi komprehensif tentang kehidupan dan kehidupan dan kegiatan organisasi yang menekankan perbaikan berkelanjutan sebagai tujuan fundamental untuk meningkatkan mutu, produktivitas, dan mengurangi pembiayaan. Adapun istilah yang bersamaan maknanya dengan TQM adalah continous quality improvement (CQI) atau perbaikan mutu berkelanjutan. Tetapi
TQM memfokuskan proses atau sistem pencapaian tujuan organisasi.

Elemen pendukung dalam TQM

Elemen-elemen pendukung dimaksud adalah :

1. Kepemimpinan

Terdapat 13 hal yang perlu dimiliki oleh seorang pimpinan dalam manajemen mutu terpadu yaitu :

Ø Pimpinan mendasarkan keputusan pada data, bukan hanya pendapat saja.

Ø Pimpinan merupakan pelatih, dan fasilitator bagi setiap individu/bawahan.

Ø Pimpinan harus secara aktif terlibat dalam pemecahan masalah yang dihadapi oleh bawahan.

Ø Pimpinan harus bisa membangun komitmen, yang menjamin bahwa setiap orang memahami misi, visi, nilai dan target perusahaan yang jelas.

Ø Pimpinan dapat membangun dan memelihara kepercayaan

Ø Pimpinan harus paham betul untuk mengucapkan terima kasih kepada bawahan yang berhasil/berjasa

Ø Aktif mengadakan kaderisasi melalui pendidikan dan pelatihan yang terprogram

Ø Berorientasi selalu pada pelanggan internal/eksternal

Ø Pandai menilai situasi dan kemampuan orang lain secara tepat

Ø Dapat menciptakan suasana kerja yang sangat menyenangkan

Ø Mau mendengar dan menyadari kesalahan

Ø Selalu berusaha memperbaiki system dan banyak berimprovisasi

Ø Bersedia belajar kapan saja dan di mana saja

2. Pendidikan dan Pelatihan

Kemampuan mendidik dan melatih semua karyawan, memberikan baik informasi yang mereka butuhkan untuk menjamin perbaikan mutu dan memecahkan persoalan. Pelatihan inti ini memastikan bahwa suatu bahasa dan suatu set alat yang sama akan diperbaiki di seluruh organisasi.

3. Struktur Pendukung

Manajer senior mungkin memerlukan dukungan untuk melakukan perubahan yang dianggap perlu melaksanakan strategi pencapaian mutu. Dukungan semacam ini mungkin diperoleh dari luar, tetapi akan lebih baik kalau diperoleh dari dalam organisasi itu sendiri.

4. Komunikasi

Komunikasi dalam suatu lingkungan mutu mungkin perlu ditempuh dengan cara berbeda-beda agar dapat berkomunimasi kepada seluruh karyawan mengenai suatu komitmen yang sungguh-sungguh untuk melakukan perubahan dalam usaha peningkatan mutu. Secara ideal manajer harus bertemu pribadi dengan para karyawan untuk menyampaikan informasi, memberikan pengarahan, dan menjawab pertanyaan dari setiap karyawan.

5. Ganjaran dan Pengakuan

Tim individu yang berhasil menerapkan proses mutu harus diakui dan mungkin diberi ganjaran, sehingga karyawan lainnya sebagai anggota organisasi akan mengetahui apa yang diharapkan. Jadi pada dasarnya karyawan yang berhasil mencapai mutu tertentu harus diakui dan diberi ganjaran agar dapat menjadi panutan/contoh bagi karyawan lainnya.

6. Pengukuran

Penggunaan data hasil pengukuran menjadi sangat penting di dalam menetapkan proses manajemen mutu. Jelaskan, pendapat harus diganti dengan data dan setiap orang harus diberitahu bahwa yang penting bukan yang dipikirkan akan tetapi yang diketahuinya berdasarkan data. Pengumpulan data pelanggan memberikan suatu tujuan dan penilaian kinerja yang realistis serta sangat berguna di dalam memotivasi setiap orang/karyawan untuk mengetahui persoalan yang sebenarnya.

Falsafah Manajemen Mutu Terpadu

Dr. W. Edward Demings meletakkan kerangka pemikiran dalam perbaikan mutu pendidikan secara berkelanjutan yang terdiri dari hal-hal berikut:
1. Reaksi berantai untuk perbaikan kualitas.

2. Transformasi organisasi.

3. Peran esensial pimpinan.

4. Hindari praktik-orakti manajemen yang merugikan.

5. Penerapan system of profound knowledge.

3.2 Implementasi Manajemen Mutu Terpadu (TQM) di Sekolah

Pada dasarnya TQM dalam dunia pendidikan menurut frankin P. schargel (1994:2) dalam buku Syafarudin (2002: 35 ) dikatakan bahwa Total qulity management education is process wich involves focusing on meeting and exceeding custumer expectations, continous impruvment, sharing responsibilities with employess, and reducasing scraf and rework. Artinya bahwa mutu terpadu pendidikan dipahami sebagai suatu proses yang meilibatkan pemusatan pada pencapaian kepuasan harapan pelanggan pendidikan, perbaikan terus menerus, pembagian tanggung jawab, dengan para pegawai, dan pengurangan pekerjaan tersisa dan pengerjaan kembali.

Hampir senada dengan pendapat Frankin dalam artikel Dheeraj mehrotra menekankan pada penerapan manajemen mutu yang disesuaikan dengan sifat-sifat dasar pendidikan. Sisi pelanggan yaitu siswa, orang tua dan masyarakat menjadi fokus utama.

Dengan mengkombinasikan prinsip-prinsip tentang mutu oleh para ahli dengan pengalaman praktek telah dicapai pengembangan suatu model sederhana akan tetapi sangat efektif untuk mengimplementasikan manajemen mutu terpadu di sekolah. Model tersebut terdiri dari komponen-komponen berikut :

Tujuan

:

Perbaikan terus menerus, artinya mutu selalu diperbaiki dan disesuaikan dengan perubahan yang menyangkut kebutuhan dan keinginan pelanggan.

Prinsip

:

Fokus pada pelanggan, perbaikan proses dan keterlibatan total.

Elemen

:

Kepemimpinan, pendidikan dan pelatihan, struktur pendukung, komunikasi, ganjaran dan pengakuan serta pengukuran.

Model di atas dibentuk berdasarkan tiga prinsip mutu terpadu yaitu :

1. Fokus pada pelanggan

Prinsip mutu, yaitu memenuhi kepuasan pelanggan (customer satisfaction). Dalam manajemen mutu terpadu, pelanggan dibedakan menjadi dua, yaitu:

- Pelanggan internal (di dalam organisasi sekolah)

- Pelanggan eksternal (di luar organisasi sekolah)

Organisasi dikatakan bermutu apabila kebutuhan pelanggan bisa dipenuhi dengan baik. Dalam arti bahwa pelanggan internal, misalnya guru, selalu mendapat pelayanan yang memuaskan dari petugas TU, kepala Sekolah selalu puas terhadap hasil kerja guru dan guru selalu menanggapi keinginan siswa. begitu pula pada pelanggan eksternal misalnya masyarakat sekitar.

2. Perbaikan proses

Konsep perbaikan terus menerus dibentuk berdasarkan pada premisi suatu seri (urutan) langkah-langkah kegiatan yang berkaitan dengan menghasilkan output. Perhatian secara terus menerus bagi setiap langkah dalam proses kerja sangat penting untuk mengurangi keragaman dari output dan memperbaiki keandalan. Tujuan pertama perbaikan secara terus menerus ialah proses yang handal, dalam arti bahwa dapat diproduksi yang diinginkan setiap saat tanpa variasi yang diminimumkan. Apabila keragaman telah dibuat minimum dan hasilnya belum dapat diterima maka tujuan kedua dari perbaikan proses ialah merancang kembali proses tersebut untuk memproduksi output yang lebih dapat memenuhi kebutuhan pelanggan, agar pelanggan baik yang internal maupun yang eksternal menjadi puas.

3. Keterlibatan total

Pendekatan ini dimulai dengan kepemimpinan manajemen senior yang aktif dalam hal ini kepala sekolah dan mencakup usaha yang memanfaatkan bakat semua warga sekolah untuk mencapai suatu keunggulan kompetitif (competitive advantage) di dunia pendidikan. Warga sekolah wewenang/kuasa untuk memperbaiki output melalui kerjasama dalam struktur kerja baru yang luwes (fleksibel) untuk memecahkan persoalan, memperbaiki proses dan memuaskan.

Sedangkan, prinsip dasar manajemen mutu terdiri dari 8 butir, sebagai berikut:

1. Setiap orang memiliki pelanggan.

2. Setiap orang bekerja dalam sebuah system.

3. Semua sistem menunjukkan variasi.

4. Mutu bukan pengeluaran biaya tetapi investasi.

5. Peningkatan mutu harus dilakukan sesuai perencanaan.

6. Peningkatan mutu harus menjadi pandangan hidup.

7. Manajemen berdasarkan fakta dan data.

8. Fokus pengendalian (control) pada proses, bukan hanya pada hasil out put.

Syarat- syarat TQM dapat berlangsung di sekolah, yaitu:

v Sekolah harus secara terus menerus melakukan perbaikan mutu produk (output) sehingga dapat memuaskan para pelanggan baik eksternal maupun internal..

v Memberikan kepuasan kepada warga sekolah, komite sekolah, penyumbang dana pendidikan di sekolah tersebut.

v Memiliki wawasan jauh kedepan.

v Fokus utama ditujukan pada proses, kemudian baru menyusul hasil.

v Menciptakan kondisi di mana setiap warga sekolah aktif berpartisipasi dalam menciptakan keunggulan mutu.

v Ciptakan kepemimpinan yang berorientasi pada bawahan dan aktif memotivasi warga sekolah bukan dengan cara otoriter, sehingga diperoleh suasana yang kondusif bagi lahirnya ide-ide baru.

v Rela memberikan ganjaran, pengakuan bagi yang sukses dan mudah memberikan maaf bagi yang belum berhasil/berbuat salah.

v Setiap keputusan harus berdasarkan pada data, baru berdasarkan pengalaman/ pendapat.

v Setiap langkah kegiatan harus selalu terukur jelas, sehingga pengawasan lebih mudah.

v Program pendidikan dan pelatihan hendaknya menjadi urutan utama dalam upaya peningkatan mutu.

Di dalam artikel, ” Revolusi mutu di dalam Pendidikan,” Yohanes Burung- jay Bonstingl menguraikan secara singkat prinsip TQM yang ia percaya dapat mengubah pendidikan di sekolah. Ia menyebutnya dengan istilah “Empat pilar TQM”, antara lain:

1: Synergistic Relationships /Hubungan Sinergi.

Konsep ini menekankan pada ” sistematis pekerjaan yang dilakukan di mana semua waga sekolah dilibatkan”. Dengan kata lain, kerjasama sekelompok dan kolaborasi adalah sesuatu yang sangat penting. Konsep sinergi menyatakan bahwa capaian dan produksi ditingkatkan dengan penyatuan bakat dan pengalaman individu.Prinsip ini menekankan bahwa fokus utama organisasi sekolah adalah pada pelanggan dan penyalur. Pelanggan utama sekolah merupakan siswa itu sendiri dan penyalurnya adalah guru. Guru dan siswa adalah tim, dalam artian dibutuhkan kerjasama yang sinergi antara keduanya. Prinsip ini ditujukan agar tercapinya pengembangan kemampuan minat dan bakat siswa.
Di dalam kelas, guru-murid regu adalah tim . Produk kesuksesan mereka dalam bekerjasama adalah pengembangan kemampuan minat, dan karakter siswa. Siswa adalah pelanggan guru,sebagai penerima dari jasa bidang pendidikan untuk peningkatan dan pertumbuhan siswa. Guru dan sekolah adalah para penyalur dari efektif alat belajar, lingkungan, dan sistem untuk siswa. Sekolah bertanggung jawab untuk menjamin kelangsungan pendidikan para siswa dalam jangka panjang dengan proses pembelajaran tentang bagaimana cara belajar dan cara berkomunikasi, bagaimana cara mendapatkan pekerjaan berkualitas berdasarkan kemampuan yang mereka miliki.

2: Perbaikan Terus Menerus dan Evaluasi Diri.

Adanya perbaikan terus menerus, secara individual maupun secara berkelompok baik di dalam menyeting kualitas sekolah dengan jalan administrator bekerja berkolaborasi dengan pelanggan dan para guru. TQM menekankan evaluasi diri sebagai bagian dari suatu proses perbaikan berkelanjutan. Administrator berperan penting sekali dalam upaya perbaikan terus menerus dengan cara mempertegas disiplin, seperti pengendalian, perintah baik dengan intimidasi untuk kemajuan sekolah. TQM pendidikan dibutuhkan evaluasi diri

3: Suatu Sistem dari Proses Berkelanjutan.

Pilar TQM yang ketiga yang diterapkan di akademis adalah pengenalan organisasi sebagai sistem dan pekerjaan yang dilaksanakan di dalam organisasi harus dilihat sebagai suatu proses berkelanjutan. Dalam pilar ketiga TQM pendidikan ini adalah organisasi dianggap sebuah sistem artinya komponen-komponen sekolah saling mempengaruhi dan saling ketergantungan. Guru dan siswa merupakan sistem dari sekolah, mutu ditujukan untuk mengidentifikasi dan memperbaiki komponen-komponen yang mengalami cacat/memerlukan perbaikan.

4: Kepemimpinan.

Prinsip ini menyatakan bahwa keberhasilan pelaksanaan TQM merupakan tanggung jawab dari manajemen puncak yaitu kepala sekolah. IMplikasi dari pilar keempat ini adalah kepemimpinan sebagai alat dalam menerapkan manajemen mutu terpadu harus memiliki visi dan misi atau pandangan jauh yang jelas kedepannya. Aspek kepemimpinan sangat esensial sekali dalam perkembangan mutu. Kepemimpinan dilihat dari sudut formal yakni kepala sekolah sebagai pimpinan puncak wajib melakukan perbaikan-perbaikan serta mengendalikan pelaksanaan kegiatan sekolah dan para guru di sekolah harus mampu menetapkan konteks di mana para siswa dapat secara optimal mencapai potensi mereka melalui dampak dari kemajuan berkelanjutan yang disebabkan oleh kerja sama antara para guru dan para siswa tersebut.

3.3 Manfaat Implementasi Manajemen Mutu Terpadu (TQM) di Sekolah

According to the practical evidences, the TQM principles help the schools in following clauses, adapun manfaat dari implementasi manajemen mutu terpadu di sekolah, antara lain:

- Membantu dalam menggambarkan kembali peran, tujuan dan tanggung-jawab sekolah. Dengan adanya penerapan TQM dalam pendidikan akan membantu memperjelas peranan masing-masing komponen sekolah. Seperti kepala sekolah, guru dan siswa, serta masyarakat

-Meningkatkan sekolah sebagai ” jalan hidup.” Sebagian orang menganggap bahwa sekolah hanya sebagai kebutuhan semata tetapi dengan adanya penerapan TQM maka akan menjadikan sekolah sebagai jalan hidup artinya sekolah merupakan salah satu jalan bagi mereka untuk mencapai kehidupan yang lebih baik
- Memberikan bantuan dalam merencanakan pelatihan kepemimpinan secara menyeluruh untuk pendidik pada semua tingkatan.
- Membantu dalam menggunakan riset dan informasi praktis untuk memandu kebijakan dan pelaksanaan kegiatan di sekolah serta ditujukan untuk adanya perbaikan secara terus menerus.Hal ini akan berdampak pada adanya upaya penelitian serta adanya penyediaan informasi mengenai sekolah.

- Mendisain secara menyeluruh pengembangan anak. Artinya bahwa dengan adanya TQM akan memberikan manfaat pada desain atau rancangan dalam pengembangan peserta didik.Hasilnya yaitu:

4. PENUTUP

4.1 Simpulan

Dari pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan, antara lain:

4.1.1 Banyak para sarjana yang berpendapat tentang manajemen mutu terpadu. Tetapi para sarjana sepakat bahwa dalam manajemen mutu terpadu, hal yang terpenting adalah proses atau sistem dalam pencapaian tujuan organisasi. Elemen pendukung dalam TQM adalah kepemimpinan, pendidikan dan pelatihan, struktur pendukung, komunikasi, ganjaran dan pengakuan, serta pengukuran. Adapun falsafah dari manajemen mutu terpadu adalah reaksi berantai untuk perbaikan kualitas, transformasi organisasi, peran esensial pimpinan, hindari praktik-orakti manajemen yang merugikan, dan penerapan system of profound knowledge.

4.1.2 Dalam implementasi manajemen mutu terpadu di sekolah, hendaknya memperhatikan prinsip, syarat- syarat, dan empat pilar TQM sehingga pelaksanaannya dapat berlangsung dengan lancer.

4.1.3 Adapun manfaat implementasi manajemen mutu terpadu di sekolah adalah membantu dalam menggambarkan kembali peran, tujuan dan tanggung-jawab sekolah, meningkatkan sekolah sebagai ” jalan hidup”, memberikan bantuan dalam merencanakan pelatihan kepemimpinan secara menyeluruh untuk pendidik pada semua tingkatan, membantu dalam menggunakan riset dan informasi praktis, serta mendisain secara menyeluruh pengembangan anak.

4.2 Saran- saran

Adapun saran-saran yang penulis dapat berikan, antara lain:

4.2.1 Hendaknya sekolah- sekolah mulai mengimplementasikan manajemen mutu terpadu untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

4.2.2 Dalam pengimplementasiannya di sekolah hendaknya dilaksanakan secara sungguh- sungguh sehingga pelaksanaan berjalan lancer danhasil yang diinginkan tercapai secara optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Sallis, Edward. 1993, Total Quality Management in Education. London: Kogan Page Educational Series.

Syafaruddin. 2002. Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan. Jakarta: PT. Grasindo.

http://edu-articles.com/lama/?pilih=lihat&id=45 yang diakses pada tgl 10 juni 2008.

http://www.pu.go.id/itjen/buletin/1314tqm.htm yang diakses pada tgl 10 juni 2008.

http://edu-articles.com/lama/?pilih=lihat&id=48 yang diakses pada tgl 10 juni 2008.

http://sekolah.8k.com/blank.html yang diakses pada tgl 10 juni 2008.

http://smanraja.blogspot.com/2007/09/manajemen-mutu-pendidikan.htm yang diakses pada tgl 10 juni 2008.

SUMBER: http://www.kompasiana.com/