Senin, 29 Agustus 2011

KARTU UCAPAN SELAMAT IDUL FITRI

Download SMS Ucapan selamat Idul Fitrih 2011

Ucapan Selamat Idul Fitri 2011

No Card, No Ketupat, No Parcel, Just SMS Represents Everything ...Sins... Laugh.. Tears.. Happy 'iedul Fitrie 1428 H...Maaf lahir batin y..  


 Sepuluh jari tersusun rapi.. Bunga melati pengharum hati .. SMS dikirim pengganti diri... Memohon maaf setulus hati ... Mohon Maaf Lahir dan Batin .. Met Idul Fitri ...  


Time 2 Share, Time 2 love, Time 2 pray, Time 2 forgive, Time 2 joy, Time 2 cheer, Time 2 gather, Time 2 back, Back 2 fitri 


Di hr yg V3 ini mari qt INSTALL ulg 7an hdp qt sbg hambaNya,FORMAT ulg jln hdp qt,UPDATE dtbase ilmu qt,SCAN virus2 dlm ht qt,lalu UPGRADE amal2 kbaikn qt ^-^ 


Bibirku bak pisau,perbuatanku bak iblis,kugoreskan semua luka dalam hatimu,kusayat hatimu tak terkira menggoreskan luka terdalam dalam hatimu. Taqobalallahu minna wa minkum. Maafkan segala dosa dan kesalahanku.


terkubur aku dalam kenistaan dunia
merentas hidup yang tiada berujung
menanti hari yang penuh suka cita
ketika kita saling memaafkan
selamat hari raya idul fitri 


Dari sepatah kata dan perbuatan terukir duka dalam jiwa
yang membatu menjadi kedengkian di bungkus bisikan syaitan.
Dan tiada kesempurnaan manusia yang mampu menghadangnya.
hari ini kesucian telah datang yang di balut takbir kemenangan.
minal aidzin wal fa idzin mohon maaf lahir batin.
selamat hari raya idul fitri.


tiada kesucian menjadi sempurna
tatkala ada salah satu kebencian tertanam dalam jiwa
membasuh jiwa dengan permintaan maaf.
terkirim dari lubuk hati atas kesalahan selama ini
selemat hari raya idul fitri. mohon maaf lahir batin. 


Teriring salam dari seberang lautan. yang seharusnya saat ini duduk bersama merayakan hari kemenangan. hanya bisa menyampaikan sebait kata permintaan maaf atas kesalahan selama ini. minal aidzin wal faidzin mohon maaf lahir batin. selamat hari raya idul fitri  



embun pagi di ujung mentari di antara takbir yang bergema
terhapus malam dengan sinar kehidupan untuk menyambut hari yang fitri
teriring salam dan doa sebari mengucapkan mohon maaf lahir batin.
Taqabbalallahu minna wa minkum, selamat hari raya idul fitri. 


Maaf
sesal akan apa yang tlah lalu
mungkin tingkahku terlalu

kadang kata yang terucap
pukul hatimu bak palu

atau kala bersamamu
diriku bagai benalu

bukalah pintu maafmu
hari ini dan selalu

seiring suara takbir
serta bedug yang bertalu
--minal aidin wal faizin..maaf lahir batin-- 


Didadamu ada aku..........
Didadaku belum tentu.........
Tapi biarpun begitu.........
Mbok Ya o dibuka Pintu maafmu.....
Karena kutahu setelah pesan ini tertuju......
kamu pasti kangen banget sama aku......
muah muah i love you
begicyuuuuu........

Ucapan Idul Fitri 2011

Temanku............
Seiring Waktu sudah berlalu.....
Fitri baru menyambut aku dan kamu....
Kuucapkan selamat hari raya untukmu...
dan pasti kau pun begitu....
Kubukakan Pintu maafku.....
Demi meminta juta maaf darimu...
Oh iya masih ada satu........
Kamu kan temanku.....
Belikan aku pulsa 100 ribu...
karena kutahu......
Sudah sesak angpau didompetmu....
Cepet ya tak tunggu...........

Sayang....
Masih ingat 1 tahun silam...
Tepatnya 7 hari sebelum lebaran..
Ketika kita menangis penuh kebahagiaan..
Bayi kecil pun menangis penuh kebingungan...
Dan satu tahun telah berjalan....
Dihari yang Fitri dan penuh ampunan...
Ayah mau mengucapkan...
Selamat idul fitri & menikmati lebaran..
Maafkan ayah yang penuh dengan kesalahan..
Biar ayah belum bisa pulang...
Hati ayah Disini penuh rindu,cinta dan kasih sayang..
Ayah Cuma BErpesan..
Didiklah Putra kita penuh kasih dan iman...
Ayah pun Mohon didoakan...
Agar menjadi suami & ayah yg Sholeh Hingga akhir jaman..
amin...........

Walaupun Hati gak sebening XL Dan secerah MENTARI.
Banyak khilaf yang buat FREN kecewa,
Kuminta SIMPATImu untuk BEBASkan dari ROAMING dosa.

mohon di instal flashget di hatimu
agar bisa mendownload permintaan maafku
yang terhosting di hatiku paling dalam
berisi file mohon_maaf_lahir_batin.zip
di folder Selamat_hari_raya_idul_fitri
pada alamat http://minal-aidzin-wal-faidzin.com

Di hari yang suci ini Bukalah profilmu
karena terkirim GRP dan cendolku kepadamu
meski bukan yang pertamax tapi ku kirim dengan niatan suci
sebagai kata maaf atas FC kita selama ini
agar H2H kita selalu indah seperti kita melihat bebe17 dahulu
minal aidzin wal faidzin mohon maap lahir dan batin.

Tiada yang seindah ketika hati tersucikan
Bersih tanpa noda kebencian
yang terbasuh oleh ramadhan
dan kemurnian hati untuk saling memaafkan
selamat hari raya idul fitri, minal aidzin wal fa idzin
mohon maaf lahir batin.

jangan terputus silaturahmi
karena sepatah kata yang terucap tanpa sengaja
atau perbuatan yang tidak terencana.
mohon maaf atas segala kesalahan
minal aidzin wal fa idzin
selamat hari raya idul fitri


One day ago, I could see you anxious waiting for this day
One week ago, I saw you longing for the dusk to end the day
One month ago, you were there waiting for the Ramadhan to stand
And right one year ago, you were beside me rejoicing on the day of grande
It's me your friend with the rest of my family
Wishing you another blessed Idul Fitri.

dalam rangka mereformasi hati untuk mewujudkan manusia indonesia baru
maka dengan ini kami menyatakan
1. selamat hari raya idul fitri
2. menuntut di bebaskan-nya segala kesalahan yang di sengaja atau tidak di sengaja.
3. Minal aidzin wal faidzin

manusia adalah makhluk yg bodoh...
berulang kali mlakukan salah, berulang kali meminta maaf dan berulang kali pula manusia kembali berbuat salah...
entah apa yg dipikirkan qta manusia...
tapi untuk itu aq meminta maaf sebesar2nya, smoga stiap langkah yg qta buat membawa qta lebih dekat ke kedewasaan...met lebaran smua...
mohon maaf lahir dan batin...

Andai jemari tak sempat berjabat, andai raga tak dapat bertatap,
seiring bedug yang menggema, seruan takbir yang berkumandang,
kuhaturkan salam menyambut hari raya idul fitri,
jika ada kata serta khilafku membekas lara,
mohon maaf lahir dan batin..

Taqobalallahu minna wa minkum
Sebelum takbir berkumandang
Sebelum ajal menjemput
Sebelum jaringan over load
Ijinkan kami memohon maaf lahir dan bathin..... mengucapkan "SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1429 H". Taqaballaahu minna wa minkum, wa shiamana wa shiamakum.
Minal aidin wal faidzin, Kullu'aamin wa antum bikhair..

#HIDUP HANYA SEBENTAR#
SEBENTAR senang
SEBENTAR sedih
SEBENTAR bokek
SEBENTAR berduit
SEBENTAR ketawa
SEBENTAR lagi...
$LEBARAN Idul Fitri$
Mohon Maaf Lahir Batin

Dengan kerendahan hati, Hendra mohon keikhlasan untuk memaafkan kesalahan diri.
Taqabalallahuminawaminkum
Selamat Hari Raya Idul Fitri, Mohon Maaf Lahir Batin

Kalau saja di hari lalu tergores sebait kata salah atau mungkin sepenggal laku yang bela,
aku berharap semoga di hari yang fitri ini terbuka pintu maaf bagiku.
"MINAL AIDIN WALFAIDZIN"

Ngaturaken sedaya kelepatan ing riyadin niki mugi-mugi Gusti Allah maringi barokah lan rahmanipun.
Mangga kita lalekake ingkang sampun kalawingi.. ya intine ngunu lah.

Tenggelamnya surya ratapi berakhirnya Ramadhan, hening mencekam songsong kesucian.
Taqoballallohu minna wa minkum, maaf semua khilafku, mari kita minta ampunan-Nya.

Fren, aku minta maaf atas semua kesalahan yang aku lakukan.
Semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita. Minal aidin walfaidin, sepurane ya.
Semoga kita sukses. Oke

Jika jiwa sebening air, maka jangan keruhkan.
Jika hati seputih awan, jangan mendungkan.
Raih kemenangan dengan saling memaafkan.
Selamat Idul Fitri. Mohon maafin Nita ya!

Mari lengkapi kemenangan dengan saling memaafkan. Selamat Idul Fitri 1429H.
Mohon keikhlasan untuk memaafkan segaka kesalahan yang pernah saya lakukan. Trims --

Andai jemari tak kuasat, setidaknya kata masih dapat terungkap. Taqobbal Allahu Minna Waminkum, Minal Aidzin wal Faidzin.

Bila ada kata terselip dusta, ada sikap membekas lara, dan langkah menoreh luka, semoga masih ada maaf tersisa.
Selamat Idul Fitri. Minal Aidin wal Faidzin.

Maafkan Yuyun ya Anang, mungkin selama berteman ada luput yang tak berkenan. Trims. Dan kuucapkan TaqobbAllahu minna waminkum. Semoga masih jumpa Ramadhan depan.

Mata kadang salah melihat.
Mulut kadang salah berucap.
Hati kadang salah menduga.
Maafkan segala kekhilafan.
Mohon maaf lahir dan bathin.
Selamat hari raya Idul Fitri 1432H. Maafin ya.

Maaf aku tidak bisa berpuisi.
Jadi langsung aja, intinya dengan tulus dan ikhlas Arif mengucapkan selamat Idul Fitri 1429H.
Mohon maaf lahir dan bathin atas segala kesalahan yang pernah tak perbuat.

Assalamualaikum. Apa kabar? Minal aidzin wal faidzin.
Taqobalallahu minna wa minkum.
Semoga tali silaturahim kita tetap terjaga

Beli es di warung bu Rima.
Taruh di piring santap bersama.
SMS sudah saya terima, teriring pula maksud yang sama.
Minal Aidzin wal Faidzin.. Mohon maaf lahir batin..

Sebelum HCl jadi basa, sebelum NaCl jadi manis,
tanganku selalu tertengadah mengharap titrasi maaf dari buret hatimu.
Met idul fitri mohon maaf lahir batin.

Cangkem iki sering nggedabrus, utek iki sering mikir sing elek. Minal aidzin wal faidzin. Mohon maaf lahir batin.

Tak selamanya mata memandang dengan ramah, hati menilai dengan jernih, dan mulut bicara dengan santun.
Menjelang hari raya kuucapkan MET HARI RAYA IDUL FITRI, MOHON MAAF LAHIR BATIN.

Suminaring surya enjang dinten riyadin, pethak cinandra resik ing wardaya.
Mangayubagya dinten riyadin 1429H.
Nyuwun agunging pangajsami lepat kawula kalian keluarga.

Semoga menjadi jiwa yang fitri teriring doa Taqobalallahu minna waminkum taqobbal ya karim, ja'alanallahu waiyakum minal aidin walfaizin walmaghfurin.

Seuntai kata sepenuh hati, maafkan khilaf, perteguh persaudaraan iman.
Robbii.. eratkan hati kami untuk senantiasa taat kepadaMu. Met ied 1432 H

Mas, ngapunten ingkang kathah kangge sedayanipun kalepatan kula dhateng panjenengan.
.... ngaturaken sugeng idul fitri 1429 H. Mohon maaf lahir kaliyan batin.

Ikan teri kesamber gledek. Idul fitri is come back. Ada anak pelihara kate, maafin kita sekeluarga ye.
Buah jambu disayur lodeh. Kalo gak mau, ee e ee capek deh.

Aku mohon maaf atas semua kesalahanku.
Baik yang disengaja maupun yang tidak, yang besar maupun yang kecil,
yang masih ingat maupun yang sudah lupa.

Cempluk mengucapkan mohon maaf lahir batin.
Taqaballahu minkum. Selamat hari raya idul fitri 1432 Hijriyah.
Salam perjuangan, Cempluk, S.Blog

Ramadhan telah usai, namun semangat ramadhan moga selalu ada di hati.
Gema takbir telah dikumandangkan. Minal aidzin wal faidzin.
Maaf atas segala kesalahan baik sengaja atau tak sengaja.

Sugeng riyadin. TaqobbalAllahu minna waminkum.

Aruming pangruwating jiwa, winayah ing lekasing ati suci, sumusul lumunturing nugraha jatining sedya.
Sugeng ariyadi, nyuwun agunging samodra pangaksami.

Minal aidin walfaidzin, mohon maaf lahir bathin.
Semoga persahabatan kita terus langgeng meski tak bisa bersua. Thanks for all.

Assalamu'alaikum wr.wb. Taqabbalallahu minna wa minkum Allaahumma taqabbal yaa kariim.
Selamat hari raya idul fitri 1432 H, mohon maaf lahir dan batin.

Kesalahan hati dan khilaf diri, terkadang hadir menyapa indahnya kebersamaan yang kita jalani.
Selamat idul fitri 1432 H. Mohon maaf lahir dan bathin.

Seputih cocain, sebening vodka, seharum daun ganja mari kita kembali ke fitrah.
Minal aidin wal faidzin.

One day before Ied, I wanna say: Forgive my sins, may our hearts purified from all mistakes, Happy Iedul Fitri Minal Aidzin wal Faidzin.

u!+vq uvp J!Hv7 £vvw uoHow u!z!v£ 7vm u!z!v 7vu!w
.uv>¡ £vvw!p & sndvH!P snJvh 6h' n7v7 vsvw !Jvp uvHv7vs3>¡ Hv7vpv vsop
Bacanya dibalik ya..

Sugeng dhalu, abdi badhe nyuwun ngapunten, saking kalepatan yang disengaja atau tidak disengaja mugi-mugi, amal kita sedaya diterima Allah SWT, amien.

SUJUD TAMBAH KECERDASAN

SUJUD TAMBAH KECERDASAN
Disamping mengandung hikmah secara moral seperti diuraikan di atas, shalat juga mengandung hikmah secara fisik. Banyak ahli-ahli (sarjana) kedokteran termasyhur membuktikan manfaat shalat terhadap kesehatan. Berikut studi pembuktiannya, dimulai dari bersedekap setelah takbirotul ihrom, meletakkan telapak tangan kanan di atas pergelangan tangan kiri merupakan istirahat yang paling sempurna bagi kedua tangan. Sikap seperti ini memudahkan aliran darah mengalir kembali ke jantung, serta memproduksi getah bening dan air jaringan dari persendian tangan menjadi lebih baik sehingga gerakan di dalam persendian akan menjadi lancar. Hal ini menghindari timbulnya penyakit persendian seperti rheumatik. Sebagai contoh, orang yang mengalami patah tangan, maka lengan penderita tersebut dilipatkan di atas perut dengan mitella yang disangkutkan di leher.
Kedua, ruku’,  membungkukkan badan dan meletakkan telapak tangan di atas lutut sehingga punggung sejajar membentuk suatu garis lurus. Sikap yang demikian ini menjaga kesempurnaan posisi dan fungsi tulang belakang sebagai penyangga tubuh dan pusat syaraf. Posisi jantung sejajar dengan otak, maka aliran darah maksimal pada tubuh bagian tengah. Selain itu, rukuk merupakan latihan kemih untuk mencegah gangguan prostat
Ketiga, I’tidal, yaitu bangun dari rukuk, tubuh kembali tegak. Variasi gerakan berdiri, ruku’, berdiri lagi, kemudian sujud merupakan latihan pencernaan yang baik. Organ-organ pencernaan di dalam perut mengalami pemijatan dan pelonggaran secara bergantian. Efeknya, pencernaan menjadi lebih lancar.
Keempat, sujud, Dengan sikap sujud ini maka dinding dari urat-urat nadi yang berada di otak terlatih untuk menerima aliran darah yang lebih banyak dari biasanya, karena otak  pada waktu itu terletak di bawah. Latihan semacam ini dapat menghindarkan mati mendadak akibat tekanan darah secara tiba-tiba yang menyebabkan pecahnya urat nadi bagian otak karena emosi yang berlebihan dan sebagainya.
Seorang dokter neurology asal Amerika -yang akhirnya masuk Islam- menemukan, di dalam otak manusia terdapat beberapa syaraf yang tidak dimasuki oleh darah. Padahal setiap inci dari otak memerlukan darah yang cukup untuk berfungsi sempurna. Tetapi ketika seseorang sujud, darah dapat mengalir memasuki urat syaraf tersebut. Urat ini memerlukan darah pada saat-saat tertentu saja. Artinya kebutuhan ini terpenuhi hanya pada waktu shalat.
Posisi sujud juga mengalirkan darah kaya oksigen secara maksimal dari jantung ke otak. Aliran ini berpengaruh pada daya pikir seseorang. Dengan kata lain, sujud yang tuma’ninah dan kontinyu dapat memacu kecerdasan. Karena itu, lakukan sujud dengan tuma’ninah, jangan tergesa gesa agar darah mencukupi kapasitasnya di otak.
Kelima, Duduk Iftirasy (tahiyat awal), posisi duduk seperti ini menyebabkan tumit menekan otot-otot pangkal paha. Pijitan tersebut dapat menghindarkan penyakit saraf pangkal paha (neuralgia) yang menyebabkan tidak dapat berjalan. Disamping itu, tumit menekan aliran kandung kemih, kelenjar kelamin dan saluran vas deferens. Jika dilakukan dengan benar, postur ini bisa mencegah impotensi.
Dan yang terakhir, salam, Memutar kepala ke kanan dan ke kiri secara maksimal. Hal ini sangat berguna untuk relaksasi otot sekitar leher dan kepala, menyempurnakan aliran darah di kepala. Gerakan ini mencegah sakit kepala dan menjaga kekencangan kulit wajah.
Satu lagi penelitian para ahli yang menjawab rahasia di balik anjuran shalat Tahajjud. Cuaca di malam hari yang  biasanya dingin dan lembab menyebabkan banyak lemak jenuh melapisi saraf kita hingga menjadi beku. Kalau tidak segera digerakkan, sistem pemanas tubuh tidak aktif, saraf menjadi kaku, bahkan kolesterol dan asam urat merubah menjadi pengapuran. Tidur di kasur yang empuk akan menyebabkan urat syaraf yang mengatur tekanan ke bola mata tidak mendapat tekanan yang cukup untuk memulihkan posisi saraf mata kita. Jadi, dengan shalat malam urat tidur kita lebih terkendali.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa shalat disamping merupakan ibadah yang wajib dan istimewa ternyata juga mengandung manfaat yang sangat besar bagi kesehatan, kesejahteraan dan kebahagiaan hidup umat manusia. Shalat adalah anugerah terindah dari Allah bagi hamba berima

Meng-adzani Bayi

Ketika lahir seorang anak (baik laki-laki atau perempuan), disunahkan untuk dibacakan adzan ditelinga kanannya dan iqomah di telinga kirinya dengan menghadap kiblat. Adzan dan iqomah ini boleh dilakukan oleh laki-laki ataupun perempuan. Waktu kesunahannya adalah langsung setelah proses kelahiran. Hal ini dimaksudkan agar pertama yang didengar oleh si bayi adalah seruan kalimat tauhid. Disamping itu bermanfaat juga untuk penjagaan bayi dari gangguan ummu shibyan (jin yang suka mengganggu bayi), sebagaimana hadits riwayat Abi Ya’la :

من ولد له مولود فاذن في اذنه اليمنى واقام في اذنه اليسرى لم تضره ام الصبيان

Barang siapa terlahir baginya seorang anak lalu beradzan di telinga kanannya dan beriqomah di telinga kirinya, maka tidak akan diganggu oleh ummu shibyan”
Oleh karena itu, jika lupa membacakan adzan dan iqomah atau salah tempat dalam membacanya, maka tidak ada kesunahan lagi untuk mengulanginya.

إعانة الطالبين – (ج 2 / ص 385)

(قوله: حين يولد) متعلق بحنكه. ومن المعلوم أن المراد بالحينية: العقيبة، وحينئذ فانظره مع قوله السابق عقب الوضع، المجعول قيدا لكل من الاذان والقراءة والاقامة، فإنه يقتضي أن الاذان وما بعده مقدمان، وهذا يقتضي أن التحنيك مقدم وهذا خلف. ثم رأيت المنهاج قيد الاذان والاقامة بحين الولادة، ولم يقيد التحنيك به، بل ذكره بعد القيد المذكور، وعبارته مع التحفة: ويسن أن يؤذن في أذنه اليمنى، ثم يقام في اليسرى حين يولد، وأن يحنكه بتمر. اه. وهو يفيد أن الاذان وما بعده مقدمان على التحنيك، ويمكن أن يقال إن مراده بالحينية: أن يكون بعد الاذان وما بعده. فتنبه.

المجموع – (ج 8 / ص 442)

(الثانية عشرة) السنة أن يؤذن في اذن المولود عند ولادته ذكرا كان أو انثى ويكون الاذان بلفظ اذان الصلاة لحديث أبي رافع الذي ذكره المصنف * قال جماعة من أصحابنا يستحب أن يؤذن في اذنه اليمنى ويقيم الصلاة في اذنه اليسرى * وقد روينا في كتاب ابن السني عن الحسين بن علي رضى الله عنهما قال (قال رسول الله صلى الله عليه وسلم من ولد له مولود فاذن في اذنه اليمنى واقام في اذنه اليسرى لم تضره ام الصبيان) وام الصبيان التابعة من الجن * ونقل أصحابنا مثل هذا الحديث عن فعل عمر بن عبد العزيز رحمه الله

حاشية الجمل – (ج 22 / ص 225)

( وَ ) أَنْ ( يُؤَذَّنَ فِي أُذُنِهِ الْيُمْنَى وَيُقَامُ فِي الْيُسْرَى وَيُحَنَّكَ بِتَمْرٍ فَحُلْوٍ حِينَ يُولَدُ ) فِيهِمَا أَمَّا الْأُولَى فَلِأَنَّ مَنْ فُعِلَ بِهِ ذَلِكَ لَمْ تَضُرَّهُ أُمُّ الصِّبْيَانِ أَيْ التَّابِعَةُ مِنْ الْجِنِّ رَوَاهُ ابْنُ السُّنِّيِّ وَلِأَنَّهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ { أَذَّنَ فِي أُذُنِ الْحَسَنِ حِينَ وَلَدَتْهُ فَاطِمَةُ } رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ ، وَقَالَ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَلِيَكُونَ إعْلَامُهُ بِالتَّوْحِيدِ أَوَّلَ مَا يَقْرَعُ سَمْعَهُ عِنْدَ قُدُومِهِ إلَى الدُّنْيَا كَمَا يُلَقَّنُ عِنْدَ خُرُوجِهِ مِنْهَا ، وَأَمَّا الثَّانِيَةُ وَهِيَ تَحْنِيكُهُ بِتَمْرٍ بِأَنْ يُمْضَغَ وَيُدَلَّكَ بِهِ حَنَكُهُ دَاخِلَ الْفَمِ حَتَّى يَنْزِلَ إلَى جَوْفِهِ شَيْءٌ مِنْهُ { فَلِأَنَّهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَى بِابْنِ أَبِي طَلْحَةَ حِينَ وُلِدَ وَتَمَرَاتٍ فَلَاكَهُنَّ ثُمَّ فَغَرَ فَاهُ ثُمَّ مَجَّهُ فِيهِ فَجَعَلَ يَتَلَمَّظُ فَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حُبُّ الْأَنْصَارِ التَّمْرَ وَسَمَّاهُ عَبْدَ اللَّهِ } رَوَاهُ مُسْلِمٌ وَقِيسَ بِالتَّمْرِ الْحُلْوُ وَفِي مَعْنَى التَّمْرِ الرُّطَبُ ، وَقَوْلِي الْيُمْنَى وَيُقَامُ فِي الْيُسْرَى مَعَ ذِكْرِ الْحُلْوِ وَتَقْيِيدِ التَّحْنِيكِ بِحِينِ الْوِلَادَةِ مِنْ زِيَادَتِي .

أسنى المطالب  – (ج 7 / ص 48)

( قَوْلُهُ وَأَنْ يُؤَذِّنَ فِي أُذُنِهِ الْيُمْنَى وَيُقِيمَ إلَخْ ) وَيَسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةَ فِيهِمَا قَوْلُهُ فَبِحُلْوٍ يُحَنِّكُهُ ) قَالَ الْبُلْقِينِيُّ إنَّ التَّحْنِيكَ مُخْتَصٌّ بِالصِّبْيَانِ فَلَمْ يَجِئْ فِي السُّنَّةِ تَحْنِيكُ الْإِنَاثِ وَقَالَ الْأَذْرَعِيُّ ظَاهِرُ حَدِيثِ عَائِشَةَ يُفْهِمُ تَخْصِيصَ التَّحْنِيكِ بِالصِّبْيَانِ ، وَلَمْ أَرَ مَنْ خَصَّصَهُ بِهِمْ .ا هـ .إنَّمَا كَانُوا يَحْمِلُونَ الصِّبْيَانَ إلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِاعْتِنَائِهِمْ بِهِمْ دُونَ الْإِنَاثِ فَالظَّاهِرُ أَنَّهُمْ كَانُوا يُحَنِّكُونَهُنَّ فِي الْبُيُوتِ تَسْوِيَةً بَيْنَهُنَّ وَبَيْنَ الذُّكُورِ غ وَقَوْلُهُ فَالظَّاهِرُ إلَخْ أَشَارَ إلَى تَصْحِيحِهِ ( قَوْلُهُ قَالَ الزَّرْكَشِيُّ ) أَيْ كَالْأَذْرَعِيِّ وَقَوْلُهُ وَالظَّاهِرُ إلَخْ أَشَارَ إلَى تَصْحِيحِهِ .

تحفة المحتاج في شرح المنهاج  – (ج 41 / ص 207)

( قَوْلُ الْمَتْنِ وَأَنْ يُؤَذَّنَ ) أَيْ وَلَوْ مِنْ امْرَأَةٍ لِأَنَّ هَذَا لَيْسَ مِنْ الْأَذَانِ الَّذِي هُوَ مِنْ وَظِيفَةِ الرِّجَالِ بَلْ الْمَقْصُودُ بِهِ مُجَرَّدُ الذِّكْرِ لِلتَّبَرُّكِ وَظَاهِرُ إطْلَاقِ الْمُصَنِّفِ فِعْلُ الْآذَانِ وَإِنْ كَانَ الْمَوْلُودُ كَافِرًا وَهُوَ قَرِيبٌ ا هـ ع ش بِحَذْفٍ ( قَوْلُهُ الْيُمْنَى ) إلَى قَوْلِهِ لَمْ تَمَسَّهُ النَّارُ فِي الْمُغْنِي إلَّا قَوْلَهُ لِلْخَبَرِ إلَى حِكْمَتِهِ وَقَوْلَهُ وَقِيلَ إلَى وَيُسَنُّ وَإِلَى قَوْلِهِ وَفِي ذِكْرِهِمْ فِي النِّهَايَةِ إلَّا قَوْلَهُ كَذَا قَالَهُ إلَى نَعَمْ وَقَوْلُهُ خِلَافًا لِلْبُلْقِينِيِّ ( قَوْلُهُ يَنْخَسُهُ ) مِنْ بَابِ نَصَرَ قَامُوسٌ ( قَوْلُهُ حِينَئِذٍ ) أَيْ حِينَ تَوَلُّدِهِ ( قَوْلُهُ وَإِنِّي إلَخْ ) عِبَارَةُ أَصْلِ الرَّوْضَةِ وَتَبِعَهُ الْمُغْنِي وَالنِّهَايَةُ إنِّي بِغَيْرِ وَاوٍ ا هـ سَيِّدُ عُمَرَ ( قَوْلُهُ وَيَزِيدُ إلَخْ ) عِبَارَةُ الْمُغْنِي وَظَاهِرُ كَلَامِهِمْ أَنَّهُ يَقُولُ ذَلِكَ وَإِنْ كَانَ الْوَلَدُ ذَكَرًا عَلَى سَبِيلِ التِّلَاوَةِ وَالتَّبَرُّكِ بِلَفْظِ الْآيَةِ بِتَأْوِيلِ إرَادَةِ النَّسَمَةِ ا هـ.( قَوْلُهُ النَّسَمَةُ ) هِيَ مُحَرَّكَةً الْإِنْسَانُ ا هـ قَامُوسٌ ( قَوْلُهُ فِي أُذُنِ مَوْلُودٍ ) أَيْ أُذُنِهِ الْيُمْنَى مُغْنِي وَ ع ش

Perintah Talqin Mayit


talqin mayitTelah umum dalam masyarakat kita, selesai jenazah dimakamkan salah seorang dari pihak keluarga mayit duduk disamping makam lalu mulai melafadzkan bacaan talqin[i] bagi mayit. Namun dewasa ini, ada satu kelompok yang mengklaim dirinya paling  mengikuti al-Qur’an dan sunnah dengan pemahaman para sahabat dan tabi’in menyatakan bahwa talqin mayit adalah bid’ah karena tidak memiliki landasan dalam syari’at serta tidak bermanfaat bagi si mayit. Permasalahan semacam ini telah menjadi polemik dalam masyarakat, benarkah talqin mayit tidak memiliki landasan syari’at padahal telah dilakukan oleh para ulama’ pendahulu kita ?.
Oleh karena itu, kami akan membahas  tentang dalil-dalil yang menjadi landasan talqin mayit agar bisa memberikan kejelasan pada masyarakat.

Dasar hukum talqin mayit

Salah satu dasar hukum mengenai talqin adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, imam Abi Dawud, dan imam An Nasai  :

لقنوا موتاكم لا إله إلا الله

“Talqinilah orang-orang mati kalian dengan لا إله إلا الله
Memang mayoritas ulama mengatakan bahwa yang dimaksud lafadz  موتاكم dalam hadits diatas orang-orang yang hampir mati bukan orang-orang yang telah mati, sehingga hadits tersebut menggunakan arti majas (arti kiasan) bukan arti aslinya.
Akan tetapi, tidak salah juga jika kita artikan lafadz tersebut dengan arti aslinya yaitu orang yang telah mati. karena menurut kaidah bahasa arab, untuk mengarahkan suatu lafadz kepada makna majasnya diperlukan adanya qorinah (indikasi) baik berupa kata atau keadaan yang menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan perkataan tersebut adalah makna majasnya bukan makna aslinya. Sebagai contoh jika kita katakan “talqinillah mayit kalian sebelum matinya”  maka kata-kata “sebelum matinya” merupakan qorinah yang mengindikasikan bahwa yang dimaksud dengan kata mayit dalam kalimat ini bukan makna aslinya (yaitu orang yang telah mati) tapi makna majasnya (orang yang hampir mati).
Sedangkan dalam hadits tersebut tidak diketemukan Qorinah untuk mengarahkan lafadz موتاكم kepada makna majasnya, maka sah saja jika kita mengartikannya dengan makna aslinya yaitu orang-orang yang telah mati bukan makna majasnya. Pendapat inilah yang dipilih  oleh sebagian ulama seperti Imam Ath Thobary, Ibnul Humam, Asy Syaukany, dan Ulama lainya.
Selain hadits di atas, masih ada hadits lain yang menunjukkan kesunahan mentalqini mayit setelah dikuburkan, yaitu :

إِذَا مَاتَ أَحَدٌ مِنْ إِخْوَانِكُمْ، فَسَوَّيْتُمِ التُّرَابَ عَلَى قَبْرِهِ، فَلْيَقُمْ أَحَدُكُمْ عَلَى رَأْسِ قَبْرِهِ، ثُمَّ لِيَقُلْ: يَا فُلانَ بن فُلانَةَ، فَإِنَّهُ يَسْمَعُهُ وَلا يُجِيبُ، ثُمَّ يَقُولُ: يَا فُلانَ بن فُلانَةَ، فَإِنَّهُ يَسْتَوِي قَاعِدًا، ثُمَّ يَقُولُ: يَا فُلانَ بن فُلانَةَ، فَإِنَّهُ يَقُولُ: أَرْشِدْنَا رَحِمَكَ اللَّهُ، وَلَكِنْ لا تَشْعُرُونَ، فَلْيَقُلْ: اذْكُرْ مَا خَرَجْتَ عَلَيْهِ مِنَ الدُّنْيَا شَهَادَةَ أَنْ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، وَأَنَّكَ رَضِيتَ بِاللَّهِ رَبًّا، وَبِالإِسْلامِ دِينًا، وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا، وَبِالْقُرْآنِ إِمَامًا، فَإِنَّ مُنْكَرًا وَنَكِيرًا يَأْخُذُ وَاحِدٌ مِنْهُمْا بِيَدِ صَاحِبِهِ، وَيَقُولُ: انْطَلِقْ بنا مَا نَقْعُدُ عِنْدَ مَنْ قَدْ لُقِّنَ حُجَّتَهُ، فَيَكُونُ اللَّهُ حَجِيجَهُ دُونَهُمَا”، فَقَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَإِنْ لَمْ يَعْرِفْ أُمَّهُ؟ قَالَ:”فَيَنْسُبُهُ إِلَى حَوَّاءَ، يَا فُلانَ بن حَوَّاءَ. رواه الطبراني

“Jika salah satu diantara kalian  mati, maka ratakanlah tanah pada kuburnya (kuburkanlah). Hendaklah salah satu dari kalian berdiri di pinggir kuburnya dan hendaklah berkata : “wahai fulan (sebutkan nama orang yang mati, pent) anak fulanah (sebutkan ibu orang yang mati, pent)” sebab dia bisa mendengarnya tapi tidak bisa menjawabnya. Kemudian berkata lagi : “wahai fulan (sebutkan nama orang yang mati, pent) anak fulanah (sebutkan ibu orang yang mati, pent)” sebab dia akan duduk. Kemudian berkata lagi : “wahai fulan (sebutkan nama orang yang mati, pent) anak fulanah (sebutkan ibu orang yang mati, pent)” sebab dia akan berkata : “berilah kami petunjuk –semoga Allah merahmatimu-“ dan kalian tidak akan merasakannya. Kemudian hendaklah berkata : “ sebutlah sesuatu  yang kamu bawa keluar dari dunia, yaitu persaksian bahwa tiada Tuhan kecuali Allah SWT, Muhammad hamba dan utusan Nya, dan sesungguhnya kamu ridlo Allah menjadi Tuhanmu, Muhammad menjadi Nabimu, dan Al Quran menjadi imammu”, sebab Mungkar dan Nakir saling berpegangan tangan dan berkata : “mari kita pergi. Kita tidak akan duduk (menanyakan) di sisi orang yang telah ditalqini (dituntun) hujjahnya (jawabannya), maka Allah menjadi hajiij (yang mengalahkan dengan menampakkan hujjah) baginya bukan Mungkar dan Nakir”. Kemudian seorang sahabat laki-laki bertanya : wahai Rasulullah ! Jika dia tidak tahu ibu si mayit ?Maka Rasulullah menjawab : nisbatkan kepada Hawa, wahai fulan bin Hawa” (H.R. Thabrani) (2).
Berdasarkan hadits ini ulama Syafi`iyah, sebagian besar ulama Hanbaliyah, dan sebagian ulama Hanafiyah serta Malikiyah menyatakan bahwa  mentalqini mayit adalah mustahab (sunah)(3).

Hadits ini memang termasuk hadist yang dhaif (lemah), akan tetapi ulama sepakat bahwa hadits dhaif masih bisa dijadikan pegangan untuk menjelaskan mengenai fadloilul a`mal dan anjuran untuk beramal, selama tidak bertentangan dengan hadits yang lebih kuat (hadits shohih dan hadits hasan lidzatih) dan juga tidak termasuk hadits yang matruk (ditinggalkan)(4). Jadi tidak mengapa kita mengamalkannya.
Selain itu, hadist ini juga diperkuat oleh hadist-hadits shohih seperti :

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إذَا فَرَغَ مِنْ دَفْنِ الْمَيِّتِ وَقَفَ عَلَيْهِ وَقَالَ : اسْتَغْفِرُوا ؛ لِأَخِيكُمْ وَاسْأَلُوا لَهُ التَّثْبِيتَ ، فَإِنَّهُ الْآنَ يُسْأَلُ . رَوَاهُ أَبُو دَاوُد ، وَصَحَّحَهُ الْحَاكِمُ .

“Apabila Rasulullah SAW selesai menguburkan mayit, beliau berdiri di dekat kuburan dan berkata : mintalah kalian ampunan untuk saudara kalian dan mintalah untuknya keteguhan (dalam menjawab pertanyaan Mungkar dan Nakir) karena sesungguhnya dia sekarang sedang ditanya” (H.R. Abu Daud dan dishahihkan oleh Hakim)(5).
Juga hadits yang diriwayatkan Imam Muslim r.a :

وعن عمرو بن العاص – رضي الله عنه – ، قَالَ : إِذَا دَفَنْتُمُونِي ، فَأقِيمُوا حَوْلَ قَبْرِي قَدْرَ مَا تُنْحَرُ جَزُورٌ ، وَيُقَسَّمُ لَحمُهَا حَتَّى أَسْتَأنِسَ بِكُمْ ، وَأعْلَمَ مَاذَا أُرَاجِعُ بِهِ رُسُلَ رَبِّي . رواه مسلم

Diriwayatkan dari `Amr bin Al `Ash, beliau berkata : Apabila kalian menguburkanku, maka hendaklah kalian menetap di sekeliling kuburanku seukuran disembelihnya unta dan dibagi dagingnya sampai aku merasa terhibur dengan kalian dan saya mengetahui apa yang akan saya jawab apabila ditanya Mungkar dan Nakir(6).

Semua hadits ini menunjukkan bahwa talqin mayit memiliki dasar yang kuat. Juga menunjukkan bahwa mayit bisa mendengar apa yang dikatakan pentalqin dan merasa terhibur dengannya.
Salah satu ayat yang mendukung hadits di atas adalah firman Allah SWT :

وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَى تَنْفَعُ الْمُؤْمِنِينَ [الذاريات/55]

“Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman. “

Ayat ini memerintah kita untuk memberi peringatan secara mutlak tanpa mengkhususkan orang yang masih hidup. Karena mayit bisa mendengar perkataan pentalqin, maka talqin bisa juga dikatakan peringatan bagi mayit, sebab salah satu tujuannya adalah mengingatkan mayit kepada Allah agar bisa menjawab pertanyaan malaikat kubur dan memang mayit di dalam kuburnya sangat membutuhkan peringatan tersebut(7). Jadi ucapan pentalqin bukanlah ucapan sia-sia karena semua bentuk peringatan pasti bermanfaat bagi orang-orang mukmin.

Referensi

(1)شرح النووي على صحيح مسلم – (6 / 219(

1 ( كتاب الجنائز)  916 الجنازة مشتقة من جنز إذا ستر ذكره بن فارس وغيره والمضارع يجنز بكسر النون والجنازة بكسر الجيم وفتحها والكسر أفصح ويقال بالفتح للميت وبالكسر للنعش عليه ميت ويقال عكسه حكاه صاحب المطالع والجمع جنائز بالفتح لا غير قوله صلى الله عليه وسلم لقنوا موتاكم لا إله إلا الله معناه من حضره الموت والمراد ذكروه لا إله إلا الله لتكون آخر كلامه كما في الحديث من كان آخر كلامه لا إله إلا الله دخل الجنة والأمر بهذا التلقين أمر ندب وأجمع العلماء على هذا التلقين وكرهوا الاكثار عليه والموالاة لئلا يضجر بضيق حاله وشدة كربه فيكره ذلك بقلبه ويتكلم بما لا يليق قالوا وإذا قاله مرة لا يكرر عليه إلا أن يتكلم بعده بكلام آخر فيعاد التعريض به ليكون آخر كلامه ويتضمن الحديث الحضور عند المحتضر لتذكيره وتأنيسه واغماض عينيه والقيام بحقوقه وهذا مجمع عليه قوله وحدثنا قتيبة حدثنا عبد العزيز الدراوردي وروح وحدثنا أبو بكر بن أبي شيبة أخبرنا خالد بن مخلد أخبرنا سليمان بن بلال جميعا بهذا الاسناد هكذا هو في جميع النسخ وهو صحيح قال أبو علي الغساني وغيره معناه عن عمارة بن غزية الذي سبق فيه الاسناد الأول ومعناه روى عنه الدراوردي وسليمان بن بلال وهو كما قاله

(2)المعجم الكبير للطبراني – (ج 7 / ص 286(

حَدَّثَنَا أَبُو عَقِيلٍ أَنَسُ بن سَلْمٍ الْخَوْلانِيُّ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بن إِبْرَاهِيمَ بن الْعَلاءِ الْحِمْصِيُّ، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بن عَيَّاشٍ، حَدَّثَنَا عَبْد اللَّهِ بن مُحَمَّدٍ الْقُرَشِيُّ، عَنْ يَحْيَى بن أَبِي كَثِيرٍ، عَنْ سَعِيدِ بن عَبْدِ اللَّهِ الأَوْدِيِّ، قَالَ: شَهِدْتُ أَبَا أُمَامَةَ وَهُوَ فِي النَّزْعِ، فَقَالَ: إِذَا أَنَا مُتُّ، فَاصْنَعُوا بِي كَمَا أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ نصْنَعَ بِمَوْتَانَا، أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ:”إِذَا مَاتَ أَحَدٌ مِنْ إِخْوَانِكُمْ، فَسَوَّيْتُمِ التُّرَابَ عَلَى قَبْرِهِ، فَلْيَقُمْ أَحَدُكُمْ عَلَى رَأْسِ قَبْرِهِ، ثُمَّ لِيَقُلْ: يَا فُلانَ بن فُلانَةَ، فَإِنَّهُ يَسْمَعُهُ وَلا يُجِيبُ، ثُمَّ يَقُولُ: يَا فُلانَ بن فُلانَةَ، فَإِنَّهُ يَسْتَوِي قَاعِدًا، ثُمَّ يَقُولُ: يَا فُلانَ بن فُلانَةَ، فَإِنَّهُ يَقُولُ: أَرْشِدْنَا رَحِمَكَ اللَّهُ، وَلَكِنْ لا تَشْعُرُونَ، فَلْيَقُلْ: اذْكُرْ مَا خَرَجْتَ عَلَيْهِ مِنَ الدُّنْيَا شَهَادَةَ أَنْ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، وَأَنَّكَ رَضِيتَ بِاللَّهِ رَبًّا، وَبِالإِسْلامِ دِينًا، وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا، وَبِالْقُرْآنِ إِمَامًا، فَإِنَّ مُنْكَرًا وَنَكِيرًا يَأْخُذُ وَاحِدٌ مِنْهُمْا بِيَدِ صَاحِبِهِ، وَيَقُولُ: انْطَلِقْ بنا مَا نَقْعُدُ عِنْدَ مَنْ قَدْ لُقِّنَ حُجَّتَهُ، فَيَكُونُ اللَّهُ حَجِيجَهُ دُونَهُمَا”، فَقَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَإِنْ لَمْ يَعْرِفْ أُمَّهُ؟ قَالَ:”فَيَنْسُبُهُ إِلَى حَوَّاءَ، يَا فُلانَ بن حَوَّاءَ”.

المقاصد الحسنة للسخاوي ج 1 ص 167

الطبراني في الدعاء ومعجمه الكبير من طريق محمد بن إبراهيم بن العلاء الحمصي حدثنا إسماعيل بن عياش حدثنا عبد الله بن محمد القرشي عن يحيى بن أبي كثير عن سعيد بن عبد الله الأودي وقال شهدت أبا أمامة وهو في النزع فقال إذا أنا مت فاصنعوا بي كما أمر رسول الله أن نصنع بموتانا أمرنا رسول الله فقال (إذا مات أحد من إخوانكم فسويتم على قبره فليقم أحدكم على رأس قبره ثم يقول يا فلان ابن فلانة فإنه يسمعه ولا يجيب ثم يقول يا فلان ابن فلانة فإنه يستوي قاعدا ثم يقول يا فلان ابن فلانة فإنه يقول أرشد رحمك الله ولكن لا تشعرون فليقل اذكر ما خرجت عليه من الدنيا شهادة أن لا إله إلا الله وأن محمدا عبده ورسوله وأنك رضيت بالله ربا وبالإسلام دينا ومحمد نبيا وبالقرآن إماما فإن منكرا ونكيرا يأخذ كل واحد منهما بيد صاحبه يقول انطلق ما تقعد عند من لقن حجته فيكون الله حجيجه دونهما) فقال رجل يا رسول الله فإن لم يعرف اسم أمه قال (فلينسبه إلى حواء فلان ابن حواء)

(3)الأذكار ج 1 ص 162

وأما تلقـين الـميت بعد الدفن، فقد قال جماعة كثـيرون من أصحابنا بـاستـحبـابه، ومـمن نصَّ علـى استـحبـابه: القاضي حسين فـي تعلـيقه، وصاحبه أبو سعد الـمتولـي فـي كتابه «التتـمة»، والشيخ الإمام الزاهد أبو الفتـح نصر بن إبراهيـم بن نصر الـمقدسي، والإمام أبو القاسم الرافعي وغيرهم، ونقله القاضي حسين عن الأصحاب. وأما لفظه: فقال الشيخ نصر: إذا فرغ من دفنه يقـف عند رأسه ويقول: يا فلان بن فلان، اذكر العهد الذي خرجت علـيه من الدنـيا: شهادة أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأن مـحمداً عبدُه ورسوله، وأن الساعة آتـيةٌ لا ريبَ فـيها، وأن الله ببعث من فـي القبور، قل: رضيت بـالله ربـاً، وبـالإسلام ديناً، وبـمـحمد نبـياً، وبـالكعبة قبلةً، وبـالقرآن إماماً، وبـالـمسلـمين إخواناً، ربـي الله، لا إله إلا هو، وهو ربُّ العرش العظيـم، هذا لفظ الشيخ نصر الـمقدسي فـي كتابه «التهذيب»، ولفظ البـاقـين بنـحوه، وفـي لفظ بعضهم نقص عنه، ثم منهم من يقول: يا عبد الله بن أمة الله، ومنهم من يقول: يا عبد الله بن حواء، ومنهم من يقول: يا فلان ـ بـاسمه ـ ابن أمة الله، أو يا فلان بن حواء، وكله بـمعنًى. وسئل الشيخ الإمام أبو عمرو بن الصلاح ـ رحمه الله ـ عن هذا التلقـين، فقال فـي «فتاويه»: التلقـين هو الذي نـختاره ونعمل به، وذكره جماعة من أصحابنا الـخراسانـيـين، قال: وقد روينا فيه حديثا من حديث أبي أمامة ليس بالقائم إسناده ” (1) ، قال الحافظ بعد تخريجه : هذا حديث غريب ، وسند الحديث من الطريقين ضعيف جدا ولكن اعتضد بشواهد ، وبعمل أهل الشام به قديما. قال : وأما تلقين الطفل الرضيع ، فما له مستند يعتمد ، ولا نراه ، والله أعلم.

الجوهرة النيرة ص2 ج2

[مَنْ كَانَ آخِرُ كَلامِهِ لا إلَهَ إلا اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ] وَأَمَّا تَلْقِينُ الْمَيِّتِ فِي الْقَبْرِ فَمَشْرُوعٌ عِنْدَ أَهْلِ السُّنَّةِ لأَنَّ اللَّهَ تَعَالَى يُحْيِيه فِي الْقَبْرِ وَصُورَتُهُ أَنْ يُقَالَ يَا فُلانُ بْنَ فُلانٍ أَوْ يَا عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ اُذْكُرْ دِينَك الَّذِي كُنْت عَلَيْهِ وَقَدْ رَضِيت بِاَللَّهِ رَبًّا وَبِالإِسْلامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا. فَإِنْ قِيلَ إذَا مَاتَ مَتَى يُسْأَلُ اخْتَلَفُوا فِيهِ قَالَ بَعْضُهُمْ حَتَّى يُدْفَنَ وَقَالَ بَعْضُهُمْ فِي بَيْتِهِ تُقْبَضُ عَلَيْهِ الأَرْضُ وَتَنْطَبِقُ عَلَيْهِ كَالْقَبْرِ وَالْقَوْلُ الأَوَّلُ أَشْهَرُ لأَنَّ الآثَارَ وَرَدَتْ بِهِ. فَإِنْ قِيلَ هَلْ يُسْأَلُ الطِّفْلُ الرَّضِيعُ فَالْجَوَابُ أَنَّ كُلَّ ذِي رُوحٍ مِنْ بَنِي آدَمَ فَإِنَّهُ يُسْأَلُ فِي الْقَبْرِ بِإِجْمَاعِ أَهْلِ السُّنَّةِ لَكِنْ يُلَقِّنُهُ الْمَلَكُ فَيَقُولُ لَهُ مَنْ رَبُّك ثُمَّ يَقُولُ لَهُ قُلْ اللَّهَ رَبِّي ثُمَّ يَقُولُ لَهُ مَا دِينُك ثُمَّ يَقُولُ لَهُ قُلْ دِينِي الإِسْلامُ ثُمَّ يَقُولُ لَهُ مَنْ نَبِيُّك ثُمَّ يَقُولُ لَهُ قُلْ نَبِيِّي مُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ بَعْضُهُمْ لا يُلَقِّنُهُ بَلْ يُلْهِمُهُ اللَّهُ حَتَّى يُجِيبَ كَمَا أُلْهِمَ عِيسَى عَلَيْهِ السَّلامُ فِي الْمَهْدِ.

فتاوى ابن حجر الهيثمي ج 5 ص 226

وَسُئِلَ) رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ هَلْ تَلْقِينُ الْمَيِّتِ بَعْدَ صَبِّ التُّرَابِ أَوْ قَبْلَهُ وَإِذَا مَاتَ طِفْلٌ بَعْدَ مَوْتِ أَبَوَيْهِ أَوْ أَحَدِهِمَا كَيْفَ الدُّعَاءُ فِي الصَّلاةِ عَلَيْهِ ؟ (فَأَجَابَ) رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ بِقَوْلِهِ لا يُسَنُّ التَّلْقِينُ قَبْلَ إهَالَةِ التُّرَابِ بَلْ بَعْدَهُ كَمَا اعْتَمَدَهُ بَعْضُ الْمُتَأَخِّرِينَ وَجَزَمْتُ بِهِ فِي شَرْحِ الإِرْشَادِ وَإِنْ اخْتَارَ ابْنُ الصَّلاحِ أَنَّهُ يَكُونُ قَبْلَ الإِهَالَةِ قَالَ الإِسْنَوِيُّ وَسَوَاءٌ فِيمَا قَالُوهُ فِي الدُّعَاءِ فِي الصَّلاةِ عَلَى الطِّفْلِ مَاتَ فِي حَيَاةِ أَبَوَيْهِ أَمْ لا لَكِنْ خَالَفَهُ الزَّرْكَشِيُّ فَقَالَ إنْ كَانَ أَبَوَاهُ مَيِّتَيْنِ أَوْ أَحَدُهُمَا أَتَى بِمَا يَقْتَضِيهِ الْحَالُ وَالدَّمِيرِيُّ فَقَالَ إنْ كَانَ أَبَوَاهُ مَيِّتَيْنِ لَمْ يَدْعُ لَهُمَا. وَاَلَّذِي قَالَهُ الزَّرْكَشِيُّ أَوْجَهُ كَمَا ذَكَرْتُهُ فِي شَرْحِ الْعُبَابِ فَحِينَئِذٍ يَقُولُ اللَّهُمَّ اجْعَلْهُ فَرَطًا لأَبَوَيْهِ وَسَلَفًا وَذُخْرًا وَهَذِهِ الأَوْصَافُ كُلُّهَا لائِقَةٌ بِالْمَيِّتِ وَالْحَيِّ فَلْيَأْتِ بِهَا سَوَاءٌ كَانَا حَيَّيْنِ أَوْ مَيِّتَيْنِ أَمَّا السَّلَفُ وَالذُّخْرُ فَوَاضِحٌ وَأَمَّا الْفَرَطُ فَهُوَ السَّابِقُ الْمُهَيِّئُ لِمَصَالِحِهِمَا فِي الآخِرَةِ وَلَيْسَ الْمُرَادُ السَّبْقَ بِالْمَوْتِ بَلْ السَّبْقَ بِتَهْيِئَةِ الْمَصَالِحِ وَلا شَكَّ أَنَّ الْمَيِّتَ يَحْتَاجُ إلَى مَنْ يَسْبِقُهُ إلَى الْجَنَّةِ أَوْ الْمَوْقِفِ لِيُهَيِّئَ لَهُ الْمَصَالِحَ وَوَلَدُهُ الطِّفْلُ كَذَلِكَ. وَأَمَّا الْعِظَةُ فَتَخْتَصُّ بِالْحَيِّ فَيَقُولُ وَعِظَةً لِلْحَيِّ مِنْ أَبَوَيْهِ فَإِنْ مَاتَا حَذَفَ هَذِهِ اللَّفْظَةَ وَكَذَلِكَ الاعْتِبَارُ وَالشَّفِيعُ عَامٌّ لِلْحَيِّ وَالْمَيِّتِ فَيَأْتِي بِهِ فِيهِمَا وَتَثْقِيلُ الْمَوَازِينِ كَذَلِكَ بِخِلافِ أَفْرِغْ الصَّبْرَ وَالْحَاصِلُ أَنَّهُ يَأْتِي بِالأَلْفَاظِ كُلِّهَا سَوَاءٌ كَانَا حَيَّيْنِ أَمْ مَيِّتَيْنِ إلا قَوْلَهُ عِظَةً وَاعْتِبَارًا وَأَفْرِغْ الصَّبْرَ فَإِنَّهُ لا يَأْتِي بِهَا إلا إذَا كَانَا حَيَّيْنِ أَوْ أَحَدُهُمَا فَإِنْ كَانَا حَيَّيْنِ فَوَاضِحٌ أَوْ أَحَدُهُمَا فَقَطْ ذَكَرَهُ فَقَالَ وَعِظَةً وَاعْتِبَارًا لِلْحَيِّ مِنْهُمَا وَأَفْرِغْ الصَّبْرَ عَلَى قَلْبِ الْحَيِّ مِنْهُمَا وَاَللَّهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى أَعْلَمُ بِالصَّوَابِ.

مغني المحتاج إلى معرفة معاني ألفاظ المنهاج  ج 1  ص 447

(ويسنُّ أن يقف جماعة بعد دفنه عند قبره ساعة يسألون لـه التثبيت) لأنه كان إذا فرغ من دفن الميت وقف عليه وقال: «اسْتَغْفِرُوا لأخِيكُمْ وَاسْأَلُوا لَهُ التَّثْبِيتَ، فَإِنَّهُ الآنَ يُسْأَلُ» رواه البزّار، وقال الحاكم: إنه صحيح الإسناد. وروى مسلم عن عمرو بن العاص أنه قال: «إذا دفنتموني فأقيموا بعد ذلك حول قبري ساعة قد ما تُنْحَرُ جزور ويفرَّقُ لحمها حتى أَستأنِسَ بكم وأعلم ماذا أراجع رُسُلَ ربي». ويسنُّ تلقينُ الميت المكلف بعد الدفن، فيقال لـه: «يا عبداللـه ابن أَمَةِ اللَّهِ أَذْكُر ما خرجت عليه من دار الدنيا شهادة أن لا إلـه إلاَّ اللـه وأن محمداً رسول اللـه، وأن الجنة حقّ، وأن النار حقّ، وأن البعث حقّ، وأن الساعة آتية لا ريب فيها، وأن اللـه يبعث من في القبور، وأنك رضيت باللـه ربّاً وبالإسلام ديناً وبمحمدٍ نبيّاً وبالقرآن إماماً وبالكعبة قِبْلَةً وبالمؤمنين إخواناً». لحديث وَرَدَ فيه. قال في الروضة: والحديث إن كان ضعيفاً لكنه اعتضد بشواهد من الأحاديث الصحيحة، ولم تزل الناس على العمل به من العصر الأوّل في زمن من يُقْتَدَى به، وقد قال تعالى: {وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَى تَنْفَعُ المُؤْمِنِينَ} ؛ وَأَحْوَجُ ما يكون العبد إلى التذكير في هذه الحالة؛ ويقعد الملقِّنُ عند رأس القبر. أما غير المكلَّف، وهو الطفل ونحوه ممن لم يتقدم لـه تكليفٌ، فلا يسنُّ تلقينه؛ لأنه لا يفتن في قبره. (و) يسنُّ (لجيران أهلـه) ولأقاربه الأباعد وإن كان الأهل بغير بلد الميت، (تهيئة طعام يشبعهم) أي أهلـه الأقارب، (يومهم وليلتهم) لقولـه لما جاء خبر قتل جعفر: «اصْنَعُوا لآلِ جَعْفَرَ طَعَاماً فَقَدْ جَاءَهُمْ مَا يَشْغَلُهُمْ» حسَّنه الترمذي وصحّحه الحاكم؛ ولأنه بِرٌّ ومعروف.

تتمة في   التلقين   بعد الدفن   اعلم أن مسألة   التلقين   قبل الموت لم نعلم فيها خلافا وأما بعد الموت وهي التي تقدم ذكرها في الهداية وغيرها فاختلف الأئمة والعلماء فيها فالحنفية لهم فيها ثلاثة أقوال الأول أنه يلقن بعد الموت لعود الروح للسؤال   والثاني لا يلقن   والثالث لا يؤمر به ولا ينهى عنه   وعند الشافعية يلقن كما قال ابن حجر في التحفة ويستحب تلقين بالغ عاقل أو مجنون سبق له تكليف ولو شهيدا كما اقتضاه إطلاقهم بعد تمام الدفن لخبر فيه وضعفه اعتضد بشواهد على أنه من الفضائل فاندفع قول ابن عبد السلام أنه بدعة انتهى   وأما عند الإمام مالك نفسه فمكروه قال الشيخ علي المالكي في كتابه كفاية الطالب الرباني لختم رسالة ابن أبي زيد القيرواني ما لفظه   وأرخص بمعنى استحب بعض العلماء هو ابن حبيب في القراءة عند رأسه أو رجليه أو غيرهما ذلك بسورة يس لما روي أنه قال ما من ميت يقرأ عند رأسه سورة يس إلا هون الله تعالى عليه ولم يكن ذلك أي ما ذكر من القراءة عند المحتضر عند مالك رحمه الله تعالى أمرا معمولا وإنما هو مكروه عنده وكذا يكره عند تلقينه بعد وضعه في قبره انتهى   وأما الحنبلية فعند أكثرهم يستحب قال الشيخ عبد القادر بن عمر الشيباني الحنبلي في شرح دليل الطالب ما لفظه   واستحب الأكثر تلقينه بعد الدفن انتهى   واستفيد منه أن غير الأكثر من الحنابلة يقول بعدم  التلقين   بعد الموت

سبل السلام – (ج 3 / ص 155(

وَعَنْ ضَمْرَةَ بْنِ حَبِيبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ – أَحَدِ التَّابِعِينَ – قَالَ : كَانُوا يَسْتَحِبُّونَ إذَا سُوِّيَ عَلَى الْمَيِّتِ قَبْرُهُ ، وَانْصَرَفَ النَّاسُ عَنْهُ .أَنْ يُقَالَ عِنْدَ قَبْرِهِ : يَا فُلَانُ ، قُلْ : لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ ، ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ، يَا فُلَانُ : قُلْ رَبِّي اللَّهُ ، وَدِينِي الْإِسْلَامُ ، وَنَبِيِّي مُحَمَّدٌ ، رَوَاهُ سَعِيدُ بْنُ مَنْصُورٍ مَوْقُوفًا – وَلِلطَّبَرَانِيِّ نَحْوُهُ مِنْ حَدِيثِ أَبِي أُمَامَةَ مَرْفُوعًا مُطَوَّلًا .

(4)أضواء البيان ج 6 ص 225

ومما قاله ابن القيم في كلامه الطويل، قوله: وقد ترجم الحافظ أبو محمد عبد الحقّ الأشبيلي على هذا، فقال: ذكر ما جاء أن الموتى يسألون عن الأحياء، ويعرفون أقوالهم وأعمالهم، ثم قال: ذكر أبو عمر بن عبد البرّ من حديث ابن عباس، عن النبيّ صلى الله عليه وسلّم: «ما من رجل يمرّ بقبر أخيه المؤمن كان يعرفه فيسلم عليه، إلاّ عرفه وردّ عليه السّلام». ويروى من حديث أبي هريرة مرفوعًا، قال: «فإن لم يعرفه وسلّم عليه ردّ عليه السلام»، قال: ويروى من حديث عائشة رضي اللَّه عنها، أنّها قالت: قال رسول اللَّه صلى الله عليه وسلّم: «ما من رجل يزور قبر أخيه فيجلس عنده، إلاّ استأنس به حتى يقوم»، واحتجّ الحافظ أبو محمد في هذا الباب بما رواه أبو داود في سننه، من حديث أبي هريرة، قال: قال رسول اللَّه صلى الله عليه وسلّم: «ما من أحد يسلّم عليّ إلاّ ردّ اللَّه عليّ روحي حتى أردّ عليه السّلام». ثم ذكر ابن القيّم عن عبد الحق وغيره مرائي وآثارًا في الموضوع، ثم قال في كلامه الطويل: ويدلّ على هذا أيضًا ما جرى عليه عمل الناس قديمًا وإلى الآن، من تلقين الميت في قبره ولولا أنه يسمع ذلك وينتفع به لم يكن فيه فائدة، وكان عبثًا. وقد سئل عنه الإمام أحمد رحمه اللَّه، فاستحسنه واحتجّ عليه بالعمل. ويروى فيه حديث ضعيف: ذكر الطبراني في معجمه من حديث أبي أُمامة، قال: قال رسول اللَّه صلى الله عليه وسلّم: «إذا مات أحدكم فسوّيتم عليه التراب، فليقم أحدكم على رأس قبره، فيقول: يا فلان ابن فلانة»، الحديث. وفيه: «اذكر ما خرجت عليه من الدنيا شهادة ألا إله إلا اللَّه، وأن محمّدًا رسول اللَّه، وأنك رضيت باللَّه ربًّا، وبالإسلام دينًا، وبمحمّد نبيًّا، وبالقرءان إمامًا»، الحديث. ثم قال ابن القيّم: فهذا الحديث وإن لم يثبت، فاتصال العمل به في سائر الأمصار والأعصار من غير إنكار كاف في العمل به

المجموع شرح المهذب ج 5 ص 226

الرابعة: قال جماعات من أصحابنا يستحب تلقين الميت عقب دفنه فيجلس عند رأسه إنسان ويقول: «يا فلان ابن فلان ويا عبد الله بن أمة الله اذكر العهد الذي خرجت عليه من الدنيا، شهادة أن لا إله إلاّ الله وحده لا شريك له. وأن محمداً عبده ورسوله وأن الجنة حق وأن النار حق وأن البعث حق وأن الساعة آتية لا ريب فيها وأن الله يبعث من في القبور. وإنك رضيت بالله رباً وبالإسلام ديناً وبمحمد نبياً وبالقرآن إماماً وبالكعبة قبلة وبالمؤمنين إخواناً» زاد الشيخ نصر: «ربي الله لا إله إلاّ هو عليه توكلت وهو رب العرش العظيم» فهذا التلقين عندهم مستحب، وممن نص على استحبابه القاضي حسين والمتولي والشيخ نصر المقدسي والرافعي وغيرهم. ونقله القاضي حسين عن أصحابنا مطلقاً، وسئل الشيخ أبو عمرو بن الصلاح رحمه الله عنه فقال: (التلقين هو الذي نختاره ونعمل به، قال: وروينا فيه حديثاً من حديث أبي أمامة ليس إسناده بالقائم، لكن اعتضد بشواهد، وبعمل أهل الشام قديماً) هذا كلام أبي عمرو. قلت: حديث أبي أمامة رواه أبو القاسم الطبراني في معجمه بإسناد ضعيف، ولفظه: عن سعيد بن عبد الله الأزدي قال: «شهدت أبا أمامة رضي الله عنه وهو في النزع فقال: إذا مت فاصنعوا بي كما أمرنا رسول الله صلى الله عليه وسلّم فقال: إذا مات أحد من إخوانكم فسويتم التراب على قبره فليقم أحدكم على رأس قبره ثم ليقل: يا فلان ابن فلانة فإنه يسمعه ولا يجيب، ثم يقول: يا فلان ابن فلانة فإنه يستوى قاعداً، ثم يقول: يا فلان ابن فلانة فإنه يقول: أرشدنا رحمك الله ولكن لا تشعرون، فليقل اذكر ما خرجت عليه من الدنيا شهادة أن لا إله إلاّ الله وأن محمداً عبده ورسوله وإنك رضيت بالله رباً، وبالإسلام ديناً، وبمحمد نبياً وبالقرآن إماماً، فإن منكراً ونكيراً يأخذ كل واحد منهما بيد صاحبه ويقول انطلق بنا ما نقعد عند من لقن حجته فقال رجل يا رسول الله فان لم نعرف أمه قال فينسبه إلى امه حواء يا فلان ابن حواء ” قلت فهذا الحديث وان كان ضعيفا فيستأنس به وقد اتفق علماء المحدثين وغيرهم علي المسامحة في أحاديث الفضائل والترغيب والترهيب وقد أعتضد بشواهد من الاحاديث كحديث ” واسألوا له الثبيت ” ووصية عمرو بن العاص وهما صحيحان سبق بيانهما قريبا ولم يزل اهل الشام علي العمل بهذا في زمن من يقتدى به والي الآن وهذا التلقين انما ” هو في حق المكلف الميت اما الصبى فلا يلقن والله اعلم

(5)سبل السلام – (ج 3 / ص 151)

وَعَنْ عُثْمَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ { : كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إذَا فَرَغَ مِنْ دَفْنِ الْمَيِّتِ وَقَفَ عَلَيْهِ وَقَالَ : اسْتَغْفِرُوا ؛ لِأَخِيكُمْ وَاسْأَلُوا لَهُ التَّثْبِيتَ ، فَإِنَّهُ الْآنَ يُسْأَلُ } رَوَاهُ أَبُو دَاوُد ، وَصَحَّحَهُ الْحَاكِمُ .

(6)رياض الصالحين – (ج 1 / ص 477)

وعن عمرو بن العاص – رضي الله عنه – ، قَالَ : إِذَا دَفَنْتُمُونِي ، فَأقِيمُوا حَوْلَ قَبْرِي قَدْرَ مَا تُنْحَرُ جَزُورٌ ، وَيُقَسَّمُ لَحمُهَا حَتَّى أَسْتَأنِسَ بِكُمْ ، وَأعْلَمَ مَاذَا أُرَاجِعُ بِهِ رُسُلَ رَبِّي . رواه مسلم

(7)التاج والإكليل لمختصر خليل ج 3 ص 3

قال أبو حامد : ويستحب تلقين الميت بعد الدفن. وقال ابن العربي في مسالكه: إذا أدخل الميت قبره فإنه يستحب تلقينه في تلك الساعة وهو فعل أهل المدينة الصالحين من الأخيار لأنه مطايق لقوله تعالى: {وذكر فإن الذكرى تنفع المؤمنين} وأحوج ما يكون العبد إلى التذكير بالله عند سؤال الملائكة

لسان العرب

اللَّقْنُ: مصدر لَقِنَ الشيءَ يَلْقَنُه لَقْناً ، وكذلك الكلامَ، وتَلَقَّنه : فَهِمه. ولَقَّنَه إِياه: فَهَّمه. وتَلَقَّنته: أَخذته لَقانِـيَةً. وقد لَقَّنَنـي فلانٌ كلاماً تَلْقـيناً أَي فَهَّمَنـي منه ما لـم أَفْهَم. والتَّلْقِـين: كالتَّفْهِيم.

تفسير تنوير الأذهان ص 125 ج 3

{ان} ما {انت الا نذير} منذر بالنار والعقاب واما الاسماع البتة فليس من وظائفك ولا حيلة لك اليه فى المطبوع على قلوبهم الذين هم بمنزلة الموتى وقولـه {ان اللـه يسمع} الخ وقولـه {انك لا تهدى من احببت ولكن اللـه يهدى من يشاء} وقولـه {ليس لك من الامر شئ} وغير ذلك لتمييز مقام الالوهية عن مقام النبوة كيلا يشتبها على الامة فيضلوا عن سبيل اللـه كما ضل بعض الامم السالفة فقال بعضهم عزير ابن اللـه وقال بعضهم المسيح ابن اللـه وذلك من كمال رحمته لـهذه الامة وحسن توفيقه. يقول الفقير ايقظه اللـه القدير ان قلت قد ثبت انه عليه السلام امر يوم بدر بطرح اجساد الكفار فى القليب ثم ناداهم باسمائهم وقال ” هل وجدتم ما وعد اللـه ورسولـه حقا فانى وجدت ما وعدنى اللـه حقا ” فقال عمر رضى اللـه عنه يا رسول اللـه كيف تكلم اجساد الارواح فيها فقال عليه السلام ” ما انتم با سمع لما اقول منهم غير انهم لا يستطيعون ان يردوات شيأ ” فهذا الخبر يقتضى ان النبى عليه السلام اسمع من فى القليب وهم موتى وايضا تلقين الميت بعد الدفن للاسماع والا فلا معنى لـه. قلت اما الاول فيحتمل ان اللـه تعالى احيى اهل القليب حينئذ حتى سمعوا كلام رسول اللـه توبيخالـهم وتصغيرا ونقمة وحسرة والا فالميت من حيث ميت ليس من شأنه السماع وقولـه عليه السلام ” ما انتم باسمع ” الخ يدل على ان الارواح اسمع من الاجساد مع الارواح لزوال حجاب الحس وانخراقة. واما الثانى فانما يسمعه اللـه ايضا بعد احيائه بمعنى ان يتعلق الروح بالجسد تعلقا شديدا بحيث يكون كما فى الدنيا فقد اسمع الرسول عليه السلام وكذا الملقن باسماع اللـه تعالى وخلق الحياة والا فليس من شأن احد الاسماع كما انه ليس من شأن الميت السماع واللـه اعلم

Ramadlan dan Mukjizat Al- Qur’an

Oleh: Muhammad Ishomuddin Ma’shum
(Dosen FAI Univ. Darul ‘Ulum Jombang)
17 (tujuh belas) Ramadlan adalah hari yang istimewa bagi umat Islam. Karena pada tanggal itu Al-Qur’an kitab suci umat Islam pernah diturunkan. Al-Qur’an merupakan satu-satunya kitab suci di dunia ini yang masih utuh dan asli seperti sedia kalanya. Keaslian Al-Qur’an akan terus ada sampai di akhir zaman nanti. Innaa Nahnu Nazzalnadz Dzikra wa Innaa Lahaafidzuuuna. Al-Qur’an pun memiliki banyak keistimewaan yang tidak dimiliki oleh kitab-kitab suci yang lain. Di antara keistimewaan-keistimewaan Al-Qur’an itu ialah sebagai berikut:
1. AL-Qur’an ditulis dengan bahasa Arab.
Di dunia ini tidak ada bahasa yang sanggup bertahan hingga 2000 tahun selain bahasa Arab. Bahasa Inggris yang banyak orang sanjung-sanjung itu, apabila mereka membaca bahasa Inggris seribu tahun yang lalu pasti mereka tidak mengerti lagi artinya. Demikian pula bahasa Belanda. Kalau kita baca buku bahasa Belanda yang berumur tiga ratus tahun itu, pasti kita tidak mengerti lagi. Demikian pula bahasa Perancis dan Italia. Bahkan bahasa Indonesia selama enam puluh tahun saja sudah berganti tiga kali. Dan kita tentu asing membacanya. Didunia ini tidak ada bahasa yang tetap hebat dan sanggup mempertahankan keasliannya selain bahasa Arab. Pun, sekarang bahasa Arab menjadi bahasa resmi PBB selain Inggris, Perancis, Spanyol dan China.Itulah bahasa Arab, bahasa kesatuan umat islam sedunia. Umat Yahudi tidak punya bahasa kesatuan. Demikian juga umat kristen.
Sebab itulah Nabi Muhammad saw bangsa Arab dipilih menjadi rasul terakhir, sebab hanya bahasa Arab yang bisa tahan hidup selama-lamanya. Maaf, sekiranya Yesus dan Musa lahir lagi di dunia sekarang, lalu berpidato, maka tidak akan ada seorang pun yang akan mengerti maksudnya. Tetapi andai Nabi Muhammad saw muncul kepermukaan dan berpidato, maka lebih dari semilyar orang akan mengerti maksudnya.
Pada tahun 1950, datang utusan PBB yang berkebangsaan Australia yang ditugaskan PBB untuk menyelidiki terjemahan Alkitab di seluruh Indonesia. Karena Alkitab sudah diterjemahkan dalam beribu bahasa sehingga sudah banyak perbedaan dan bentuk aslinya. Utusan PBB itu kagum kepada umat Islam yang masih mempunyai kitab suci sesuai bahasa aslinya, tidak seperti Alkitab.
Ada pendapat yang mengatakan bahwa semua kata-kata, suara, bunyi yang pernah disuarakan dan dibunyikan di permukaan bumi ini sejak dahulu kala sampai sekarang semua tetap tercatat di dalam eather (angkasa) dan dapat ditangkap dengan alat penangkap suara yang ada sekarang. Seorang sarjana Amerika yang sudah lama memperdalam penyelidikan untuk menangkap semua suara, sudah berhasil menangkap suara nabi Muhammad saw, karena paling dekat waktunya pada masa sekarang. Dan bahasa yang dipakai nabi Muhammad adalah bahasa Arab yang dipakai sekarang ini juga. Suara nabi-nabi lain juga tertangkap tapi susah untuk dimengerti. Karena bahasa para nabi dan rasul selain Nabi Muhammad saw sudah tidak dipakai lagi sekarang. Dikabarkan bahwa sarjana Amerika itu akhirnya masuk Islam, tapi tak lama kemudian ia mati terbunuh. Itulah keunggulan bahasa Arab, bahasa Al- Qur’an dan bahasa persatuan muslim sedunia.
2. Tiada suatu bacaan pun sejak manusia mengenal tulisan 5000 tahun yang lalu yang tetap keadaannya seperti aslinya. Sejak Al Quran diturunkan pada nabi Muhammad saw dan dibukukan pada jaman khalifah Utsman bin affan ra sampai sekarang tetap sama persis. Tetap sama dalam ejaan, cara baca, dan tulisannya. Tidak pernah Al Quran mengalami revisi, perubahan, penambahan dan pengurangan ayatnya.
Bagaimana mungkin manusia yang sangat terbatas ini mampu merevisi, menambah atau mengurangi ayat-ayat Tuhan pencipta Jagat raya? Sungguh suatu bacaan yang amat sempurna dan mulia. Al Qur’an adalah satu-satunya kitab suci yang mampu bertahan sampai 15 abad dalam keasliannya, bahkan sampai hari kiamat. Hal ini diakui lawan maupun kawan.
“Dapatlah diketahui dengan jelas, teks al Quran yang terakhir dan terlengkap di bukukan lagi sekitar dua puluh tahun setelah wafatnya Muhammad. dan ternyata sampai sekarang isinya sama seperti semula dijaman hidupnya nabi Muhammad, tanpa ada perubahan, pengurangan yang dilakukan oleh pemeluknya. Patut disesalkan keaslian seperti Al-Quran tersebut tidak pernah kita jumpai pada semua kitab-kitab baik yang terdapat dalam perjanjian lama maupun dalam perjanjian baru”. (F.F Arbunthnot, The Contruction of Bible and Kor’an London 1885 hal 5).
3. Tiada suatu bacaan pun yang dibaca oleh ratusan juta orang ( baik yang mengerti artinya maupun yang tidak ) bahkan dihafal redaksinya huruf demi huruf seperti halnya Al Quran. Lalu anehnya juara baca Al Quran kebanyakan justru dari mereka yang bahasa ibunya bukan bahasa Al Quran.
4. Tiada suatu bacaan pun selain Al Quran yang dihafal huruf demi huruf oleh berjuta-juta orang dalam setiap masa dalam waktu hampir lima belas abad. Dalam setiap masa terdapat berjuta-juta penghafal al Quran di seluruh dunia. Bahkan banyak sekali anak-anak kecil berumur kurang dari 10 tahun di Mesir, Qatar dan saudi arabia telah hafal Al Quran. Sebagai contoh Imam Syafi’i hafal Al Quran umru 6 tahun, atau sekarang yang masih hidup yaitu DR Yusuf Qardawi hafal Al Quran sebelum genap berumur 10 tahun.
5. Tiada suatu bacaan pun selain Al Quran yang mendapat perhatian begitu serius. Perhatian yang tidak hanya tertuju pada sejarah secara umum tetapi sejarah turunnya ayat demi ayat, baik dari masa, musim dan waktu turunnya sampai kepada sebab-sebab turunnya atau kali-kali turunnya. Tidak ada satu pun kitab suci didunia ini yang terperinci dan tercatat secara rinci tentang sebab-sebab turunnya ayat- demi ayat.
6. Tiada suatu bacaan pun didunia ini selain Al Quran yang dipelajari redaksinya, bukan hanya dari segi penempatan kata demi kata, serta pemilihan kata tersebut, bahkan sampai kesan-kesan yang ditimbulkan oleh jiwa pembacanya, dan kemudian al Quran ditulis ratusan ribu jilid tafsirnya generasi demi generasi hingga saat ini.
7. Tiada suatu bacaan pun selain Al Quran yang diatur tata cara membacanya, mana yang harus dipanjangkan, dipendekan, dipertebal, atau diperhalus suaranya. Dimana tempat yang terlarang, boleh atau harus bermula dan berhenti, bahkan diatur lagu dan iramanya, sampai etika ketika membacanya.
8. Tiada suatu bacaan pun selain Al Quran yang dihitung jumlahnya, bukan hanya jumlah surat-suratnya tetapi sampai kepada ayat, kalimat, kata dan hurufnya sekalipun, dan kemudian ditemukan rahasia-rahasia yang amat mengagumkan dari perimbangan jumlah bilangan kata-katanya. Sebagai contoh, DR. Rasyad Khalifah, cendikiawan Mesir yang tinggal di Amerika, telah mengadakan riset terhadap al Quran dengan menggunakan komputer yang canggih, untuk menghitung jumlah kata-kata, kalimat bahkan huruf yang terdapat dalam Al Quran. Hasil risetnya kemudian menghasilkan Buku “Miracle of The Quran”, yang diterbitkan Islamic Production International in St. Louis mo USA. Silahkan pesan buku tersebut yang beredar luas di AS. Dalam buku tersebut disebutkan bahwa:
a. Surat Qaf. yaitu surat pendek diawali hanya dengan huruf Qaf. Kita hitung huruf Qaf yang ada pada surah ini, dimana kita akan menemukan sebanyak 57 huruf. Kemudian kita ambil surat Asyura yang panjang nya dua kali lipat surat Qaf dimana huruf Qaf itu sebanyak 57 pada awalannya. Baiklah kita jumlah 57+57=114 angka ini merupakan jumlah surat dalam Al Quran.
b. Surat Ar-Ra’ad (13). Surat ini dibuka dengan huruf “Alif laam miim raa”. Kebanyakan ulama menyandarkan rangkaian huruf ini kepada Allah, Hanya Allah yang tahu maksudnya. Tetapi setelah dihitung dengan komputer yang canggih menunjukan bahwa surat itu mengandung huruf terbanyak dengan urutan sebagai berikut Alif 625 huruf, laam 479 huruf, mim 260 huruf, raa 137 huruf. Itulah jumlah huruf terbanyak dalam surat yang diawali huruf alif laam miim raa. Apakah ini suatu kebetulan? Mungkinkah Muhammad saw yang mengarang Al Quran? Mungkinkah Muhammad saw berpikir bahwa saya akan mengarang suatu surat diawali huruf alif laam miim raa dan itulah huruf-huruf terbanyak dalam surat itu? Hanya Allah saja yang mampu berbuat demikian.
c. Surat Al Baqarah (2). Surat ini dibuka dengan huruf “Alif laam miim”. Setelah dihitung dengan komputer hasilnya adalah Alif sebanyak 4592 huruf, Laam sebanyak 3204 huruf, dan miim sebanyak 2195 huruf. Itulah huruf terbanyak dalam surat Al Baqarah.
d. Surat Ali Imran (3). Surat ini dibuka dengan huruf “Alif laam miim”. Setelah dihitung dengan komputer hasilnya adalah Alif sebanyak 2578 huruf, Laam sebanyak 1885 huruf, dan miim sebanyak 1251 huruf. Itulah huruf terbanyak dalam surat Al Imran.
e. Surat Al ankabut (29). Surat ini dibuka dengan huruf “Alif laam miim”. Setelah dihitung dengan komputer hasilnya adalah Alif sebanyak 784 huruf, Laam sebanyak 554 huruf, dan miim sebanyak 344 huruf. Itulah huruf terbanyak dalam surat Al Ankabut.
f. Surat Ar Rum (30). Surat ini dibuka dengan huruf “Alif laam miim”. Setelah dihitung dengan komputer hasilnya adalah Alif sebanyak 547 huruf, Laam sebanyak 396 huruf, dan miim sebanyak 318 huruf. Itulah huruf terbanyak dalam surat Ar Ruum.
g. Demikian juga Alif laam miim shaad pada surat al a’raf (7).Itulah urutan jumlah terbesar dalam surat itu.
h. Pada surat Tha Haa, huruf Thaa dan Haa sebagai huruf terbanyak diantara surat-surat yang turun di Mekkah.
i. Huruf kaaf haa yaa ‘aiin shaad pada awal surat Maryam merupakan huruf terbanyak dalam surat itu, bahkan lebih banyak daripada yang dikandung surat-surat Al Quran lainnya yang turun di Mekkah.
j. Surat-surat yang bermula dengan huruf alif laam raa seperti surat Ibrahim (14), Yunus (10), Hud (11), Yusuf (12) dan Al Hijr (15), jika ketiga huruf itu digabung, akan merupakan angka yang terbesar.
Itulah keagungan al-Qur’an dalam hal perimbangan kata-kata maupun huruf-hurufnya, yang hal itu tidak mungkin di jumpai dalam kitab manapun di dunia ini. “Allahlah yang menurunkan Kitab (Al Quran) dengan kebenaran dan timbangan”. QS 42:17.
9. Tiada suatu bacaan pun selain Al Quran yang mempunyai perimbangan kata-kata yang sangat mengagumkan. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan antonimnya. Misalnya, dalam Al-Qur’an disebut kata: Al-Hayah (kehidupan) dan al-maut (kematian) masing-masing sebanyak 145 kali, An naf’ (manfaat) dan al-fasad (kerusakan) masing-masing 50 kali tersebut, Al-har (panas) dan al-bard (dingin) masing-masing tersebut 4 kali, Ash shalihat (kebaikan) dan as-sayyiat (keburukan) masing-masing 167 kali, Al-kufr (kafir) dan al-iman (iman) masing – masing 17 kali, Ash-shaif (musim panas) dan asy-syita’ (musim dingin) masing- masing 1 kali, Ar rahbah (cemas, takut) dan ar-raghbah (harap, ingin) masing – masing 8 kali. Itulah salah satu contoh keseimbangan kata-kata dalam Al Quran. jika belum puas silahkan merujuk pada buku “Miracle of The Quran” oleh Rasyad Khalifah.
10. “Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang memenuhi seruanmu dengan jalan kaki dan mengendarai onta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh”. (QS Al Hajj 27).
Sungguh hebat ramalan al Quran tersebut. Di saat nabi saw mengahadapi situasi yang genting akibat serangan bertubi-tubi dari kaum kafir Quraisy dan dalam keadaan agama Islam yang belum menentu itu Allah menyuruh nabi agar berseru supaya orang orang menunaikan ibadah haji. Mungkin saat wahyu itu di sampaikan banyak yang menyangsikan kebenarannya. Kini semua sudah meyakini, setiap tahun jutaan lautan manusia dari seluruh penjuru dunia memenuhi tanah suci Mekkah dan Medinah. Sungguh tepatlah ramalan Al Quran.
11. “Barangsiapa dikehendaki Allah diberi petunjuk, niscaya Allah akan melapangkan dadanya untuk berserah diri (kepada Allah). dan barangsiapa yang dikehendaki sesat, maka Allah menjadikan dadanya sempit dan sesak seolah-olah ia naik kelangit” (QS Al An’am 125).
Dari siapakah nabi Muhammad saw tahu kalau kita naik kelangit akan sesak nafas kita karena kekurangan oksigen? Ayat ini turun 14 abad yang lalu yang belum ada penelitian tentang langit.
12. “Allah menciptakan kamu didalam perut Ibu mu tahap kejadian demi tahap kejadian didalam gelap yang tiga”. Qs Az Zumar Dalam pameran Islam di London terpampang kaligrafi dengan tulisan ayat Al Quran tersebut, berserta terjemahannya dalam bahasa Inggris. Lalu masuklah dokter ahli bedah kandungan bangsa inggris, yang jelas tak beragama Islam. setelah melihat benda yang dipajang akhirnya ia melihat kaligrafi tersebut. Tentu ia tidak tahu huruf kaligrafi tersebut, tapi setelah membaca terjemahannya ia sungguh kagum dan heran. Sebagai ahli kandungan dia mengetahui bahwa bayi yang terdapat dalam rahim ibunya di lindungi oleh tiga lapisan selaput halus tapi kuat. selaput itu adalah Amnion membrane, Decudea membrane, dan Chorion membrane. Dokter tiu terpesona karena mengetahui ayat itu turun 14 abad yang lalu, disaat bangsa Eropa dan amerika tenggelam dalam kebodohan. Dari mana Muhammad saw tahu bahwa dalam rahim ada tiga kegelapan yang harus di lewati si bayi, yaitu tiga selaput membrane tersebut?
13. “Tidakkah orang kafir memperhatikan bahwa langit dan bumi itu tadinya merupakan satu yang padu, kemudian Kami memisahkannya dan Kami jadikan dari air segala sesuatu yang hidup. Maka mengapa mereka tidak juga beriman?” (QS Al Anbiya’ 30).
Tentang keterpaduan alam raya tersebut di atas dibenarkan oleh obsevasi para ilmuan. Observasi edwin P huble (1889-1953) melalui teropong raksasa pada tahun 1929 menunjukan bahwa adanya pemuaian alam raya. berarti ini alam berekspansi (QS Adz Dzariyat 47), bukan statis seperti dugaan einstein (1879-1955). Ekspansi ini melahirkan miliaran galaksi. Bila ditari ke belakang disimpulkan bahwa alam raya ini dulunya satu kesatuan yang padu (QSAl Anbiya’ 30). Gumpalan yang satu padu itulah yang akhirnya meledak yang dikenal dengan istilah Big Bang. Dari mana Muhammad saw mengetahui semua itu? Dari Allah tentunya, pencipta Big Bang itu sendiri.
14. “Dan Kami mungkinkan Bani Israil melintasi laut. Mereka pun diikutioleh Firaun dan tentaranya. Ketika Firaun hampir tenggelam berkatalah dia, “Saya percaya bahwa tidak ada tuhan selain Tuhan yang disembah Bani Israil dan saya termasuk orang yang berserah diri’. Apakah kamu sekarang baru beriman padahal sesungguhnya kamu durhaka sejak dahulu dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. HARI INI KAMI AKAN SELAMATKAN BADANMU, supaya kamu menjadi pelajaran bagi generasi yang akan datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan kami”. (QS yunus 90-92).
Yang perlu digarisbawahi adalah ungkapan kami akan selamatkan badanmu. Bagaimana Muhammad saw akan menyampaikan ayat ini pada kaumnya? Pasti cemoohan yang akan diterima. Mana Muhammad badan firaun yang diselamatkan itu? Begitulah kira-kira ejekan kaum kafir. Bagaimana nabi saw akan menjelaskan hal ini? Bukankah dia hanya disuruh untuk menyampaikan ayat yang diterimanya dari Allah SWT? Kalau sekiranya Al Quran itu karangan Muhammad saw, apa susahnya dia tidak usah mengeluarkan perkataan tersebut. Tapi bagaimana pahit perasaan nabi ayat itu harus disampaikan kepada umatnya. Namun baru tahun 1896 purbakalawan Loret, menemukan jazat tokoh tersebut dalam bentuk mumi di wadi al muluk. Kemudian 8 juli 1907 Elliot Smit membuka bungkus mumi tersebut dan badan Firaun dalam keadaan masih utuh. dan sekarang disimpan di Musim Mesir. Pada Juni 1975 ahli bedah perancis Maurice Bucaile mendapat ijin untuk melakukanpenelitian lebih lanjut tentang mumi tersebut dan menemukan bahwa mumi tersebut adalah Firaun yang meninggal dilaut. Disekujur tubuhnya dipenuhi unsur-unsur garam. Maha Benar Allah Dengan Segala FirmanNya.
15. “Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.” (Q.S Al Furqan :53)
Jika Anda termasuk orang yang gemar menonton acara televisi `Discovery’ pasti kenal Mr.Jacques Yves Costeau, ia seorang ahli kelautan (oceanografer) dan ahli selam terkemuka dari Perancis. Orang tua yang berambut putih ini sepanjang hidupnya menyelam ke berbagai dasar samudera di seantero dunia dan membuat film dokumenter tentang keindahan alam bawah laut untuk ditonton jutaan pemirsa di seluruh dunia.
Pada suatu hari ketika sedang melakukan eksplorasi di bawah laut, tiba-tiba ia menemukan beberapa kumpulan mata air tawar-segar yang sangat sedap rasanya karena tidak bercampur/tidak melebur dengan air laut yang asin di sekelilingnya, seolah-olah ada dinding atau membran yang membatasi keduanya.
Fenomena ganjil itu membuat penasaran Mr. Costeau dan mendorongnya untuk mencari tahu penyebab terpisahnya air tawar dari air asin di tengah- tengah lautan. Ia mulai berpikir, jangan-jangan itu hanya halusinansi atau khalayan sewaktu menyelam. Waktu pun terus berlalu setelah kejadian tersebut, namun ia tak kunjung mendapatkan jawaban yang memuaskan tentang fenomena ganjil tersebut.
Sampai pada suatu hari ia bertemu dengan seorang profesor muslim, kemudian ia pun menceritakan fenomena ganjil itu. Profesor itu teringat pada ayat Al Quran tentang bertemunya dua lautan (surat Ar- Rahman ayat 19-20) yang sering diidentikkan dengan Terusan Suez. Ayat itu berbunyi “Marajal bahraini yaltaqiyaan, bainahumaa barzakhun laa yabghiyaan…”artinya “Dia biarkan dua lautan bertemu, di antara keduanya ada batas yang tidak bisa ditembus.” Kemudian dibacakan surat Al Furqan ayat 53 di atas. Selain itu, dalam beberapa kitab tafsir, ayat tentang bertemunya dua lautan tapi tak bercampur airnya diartikan sebagai lokasi muara sungai, di mana terjadi pertemuan antara air tawar dari sungai dan air asin dari laut. Namun tafsir itu tidak menjelaskan ayat berikutnya dari surat Ar-Rahman ayat 22 yang berbunyi: “Yakhruju minhuma lu’lu`u wal marjaan” artinya “Keluar dari keduanya mutiara dan marjan.” Padahal di muara sungai tidak ditemukan mutiara.
Terpesonalah Mr. Costeau mendengar ayat-ayat Al Qur’an itu, melebihi kekagumannya melihat keajaiban pemandangan yang pernah dilihatnya di lautan yang dalam. Al Qur’an ini mustahil disusun oleh Muhammad yang hidup di abad ke tujuh, suatu zaman saat belum ada peralatan selam yang canggih untuk mencapai lokasi yang jauh terpencil di kedalaman samudera.
Benar-benar suatu mukjizat, berita tentang fenomena ganjil 14 abad yang silam akhirnya terbukti pada abad 20. Mr. Costeau pun berkata bahwa Al Qur’an memang sungguh-sungguh kitab suci yang berisi firman Allah, yang seluruh kandungannya mutlak benar. Dengan seketika ia pun memeluk Islam.
Allahu Akbar…! Mr. Costeau mendapat hidayah melalui fenomena teknologi kelautan. Maha Benar Allah yang Maha Agung. Shadaqallahu Al `Azhim.
Sumber. www.nujombang.org