Sabtu, 29 Oktober 2011

Nashiruddin al-Albani Menghina Ulama’ Sekelas al-Imam as-Suyuthi Rahimahullaah

Bukan rahasia lagi apabila orang-orang dari sekte Wahhabiyyah gemar mencaci-maki dan menghina orang-orang yang tidak sepaham dengan mereka. Pada artikel kali ini akan kami sajikan sebuah fakta, dimana salah seorang ulama’nya kaum Wahhabiyyah melakukan penghinaan terhadap seorang ulama ahlussunnah wal jama’ah yaitu al-Imaam as-Suyuthi rahimahullaah.
al-Albani merendahkan al-Imam as-Suyuthi rahimahullaah dengan sebuah kalimat “يجعجع”  (Yuja’ji’u). Di dalam kamus al-Munawir, disebutkan bahwa arti Yuja’ji’u adalah suara unta yang sedang berkumpul.
Mari kita lihat fakta ini di dalam buku karya al-Albani yang berjudul as-Silsilat adh-Dha’ifah jilid 4 halaman 189 (kitab ini dapat didownload di perpustakaan digital milik wahhabi http://waqfeya.net/book.php?bid=505), dan setelah anda download yang jilid 4 silakan buka halaman 189, disitu akan tertera kalimat seperti berikut (perhatikan yang bergaris merah):

Kami tulis ulang kalimat yang bergaris bawah warna merah:

وجعجع حوله السيوطي في اللالي

“Dan as-Suyuthi bersuara seperti unta yang sedang berkumpul di sekitarnya di dalam al-Laali”
Apakah layak seorang imam sekelas as-Suyuthi rahimahullaah direndahkan dengan perkataan tak berakhlaq seperti ini????
Masih ada lagi, di dalam bukunya yang lain, yaitu as-Silsilat adh-dhaifah jilid 3 halaman 479, al-Albani juga merendahkan lagi al-Imam as-Suyuthi rahimahullah. Beliau al-Imaam as-Suyuthi rahimahullaah dikatakan sebagai “Seseorang yang tidak punya rasa malu” oleh al-Albani.
Mari kita lihat fakta ini, bagi anda yang ingin membuktikan apakah ini fakta atau fitnah, silakan anda buka kitab as-Silsilat adh-Dha’ifah jilid 3 halaman 479 (kitab ini dapat di download di http://waqfeya.net/book.php?bid=505 dan silakan pilih yang jilid 3), disitu tercantum (perhatikan kalimat yang bergaris bawah warna merah):

Arti dari kalimat yang bergaris bawah:
Aku (al-Albani)  katakan: “Sungguh mengherankan as-Suyuthi ini, dia tidak punya rasa malu menyertakan hadits buruk seperti ini di dalam kitabnya al-Jami’ as-Shaghir”
Setelah melihat fakta diatas, pasti timbul sebuah pertanyaan, apakah demikian akhlaq seseorang yang dianggap sebagai “Muhaddits” ????
Apabila beliau adalah benar-benar muhaddits (seperti yang diklaim para pengikutnya), tentunya akan sangat berhati-hati di dalam hal ini dan tidak akan merendahkan ulama lain. Namun, dikarenakan fakta yang ada menunjukkan hal-hal yang sebaliknya, beliau disamping merendahkan ulama’ lain, beliau juga sering salah dan kontradiktif di dalam menetapkan status hadits,  maka apakah layak dirinya dipercaya di dalam mentashhih dan mentadh’if hadits-hadits Nabi Muhammad Shollallaahu ‘alaihi wa sallam?
Berkaitan dengan tindakan caci-maki yang dilakukan al-Albani terhadap ulama’ lainnya, kami ada pertanyaan: Apakah ada di antara para Muhaddits yang mu’tabar dan diakui keilmuannya seperti al-Imaam al-Bukhari, imam Muslim, imam Ahmad, imam an-Nasa’i, imam at-Tirmidzi dan lain-lain yang melakukan tindakan caci-maki kepada ulama’ lain????

Pembahasan tentang Membaca Basmalah Secara Jahr

Bismillah ar-Rahmaan ar-Rahiim.
Membaca Basmalah di dalam Surat al-Fatihah dan pada surat-surat yang lain merupakan salah satu polemik yang sudah umum dan berkembang di masyarakat. Mudah-mudahan artikel kali ini dapat menjadi penjelas atas permasalahan ini.
Scan saya kali ini adalah footnote dari kitab “AL WASITH FIL MADZHAB” juz I, hlm.220, karya Hujjatul Islam Al Imam Ghazali (w.505).
Cetakan Darul Kutub Ilmiyah.
Footnote (tahqiq) ini ditulis oleh Abi Amr Al Husaini Bin Umar Bin Abdurrahim.


INI TERJEMAHAN TEKS YANG BERLATAR BELAKANG WARNA KUNING.
Adapun membaca keras “Basmalah” ini sebuah masalah yang panjang dan bercabang cabang.
Kelompok yang berpendapat bahwa “Basmalah” bukan bagian dari surat “Al Fatihah”, maka mereka tidak membaca dengan keras, begitu juga kelompok yang berpendapat bahwa “Basmalah” adalah bagian dari awal surat “Al Fatihah” (saja).
Adapun kelompok yang berpendapat bahwa “Basmalah” adalah bagian dari awal semua surat Al Qur’an, maka mereka berbeda pendapat.
IMAM SYAFI’I Rahimahullah berpendapat bahwa ia mengeraskan “Basmalah” bersama surat “Al Fatihah dan surat-surat yang lain. Dan ini adalah madzhabnya golongan dari sahabat nabi Shollallaah ‘alaih wa sallam , tabi’in dan para imam muslimin salaf dan kholaf.
✔ Yang mengeraskan bacaan “Basmalah” dari kalangan Sahabat adalah:
Abu Hurairah radhiyallaah ‘anhu,
Ibnu Umar radhiyallaah ‘anhu,
Ibnu Abbas radhiyallaah ‘anhu,
Mu’awiyah radhiyallaah ‘anhu.
✔ Dan telah menceritakan pula imam Abdil Baar dan imam Baihaqi dari Sayyidina Umar dan Sayyidina Ali.
✔ Imam Khatib juga telah menukilnya dari para Khulafa’ul Arba’ah namun itu langka (gharib).
✔ Sedangkan dari kalangan Tabi’in adalah:
Sa’id bin Jubair.
‘Ikrimah.
Abi Qolabah.
Azzuhri.
Ali bin Hasan.
Muhammad bin Ali bin Hasan.
Sa’id bin Musayyib.
Atho’.
Thowus.
Mujahid.
Salim.
Muhammad bin Ka’b al qurdhi.
Ubaid.
Abi baker bin Muhammad bin Amr bin Hazm.
Abi Wail.
Ibnu Sirin.
Muhammad bin almunkadar.
Ali bin Abdullah bin Abbas.
Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas.
Nafi’ mantan sahaya nya Ibnu Umar.
Zaid bin Aslam.
Umar bin Abdul aziz.
Azrouq bin Quais.
Hubaib bin Abi Tsabit.
Abi Sya’tsa’.
Makhul.
Abdullah bin Mughoffal bin Muqorron.
✔ Imam Baihaqi menambahi:
Abdullah bin Shofwan.
Muhammad ibnu alhanafiyah.
✔ Imam Ibnu AbdilBar menambahi pula:
Amr bin Dinar.
Argumentasi dalam ini semua adalah bahwa “Basmalah” itu termasuk sebagian dari surat “Al Fatihah”, sehingga “Basmalah” ini dibaca keras seperti halnya ayat Alfatihah yang lainnya.
Imam Nasa’i meriwayatkan dalam kitab sunan nya, Ibnu Huzaimah dalam kitab Shohih nya dan Ibnu Hibban dalam kitab Shohihnya pula. Dan imam Hakim dalam kitab Al Mustadraknya, [lanjutan ke SCAN KEDUA]
►INI TERJEMAHAN TEKS YANG BERLATAR BELAKANG WARNA KUNING.
….Dari Abi Hurairah bahwa beliau melakukan shalat (berjama’ah), beliau mengeraskan bacaan “Basmalah”nya. Kemudian setelah shalat tersebut, beliau berkata (kepada para makmum) “Sesungguhnya saya telah menampilkan kepada kalian sebuah shalat yang menyerupai shalat Rasulullah Shollallaah ‘alaih wa sallam.”
Dan hadits ini di shohihkan oleh imam Daruquthni, Al khatib, Al Baihaqi dan yang lain. Demikian selesai sudah nukilan ini yang di ambil dari tafsir Ibnu Katsir, namun sebenarnya dalam tafsir tersebut masih ada keterangan lain mengenai ini, maka cobalah anda merujuk kesana (Juz I, hlm 16-17).
✓ Dan lihatlah pula dalam bab “JAHR” (mengeraskan basmalah) dalam hadits Ibnu Abbas, namun lemah yang dikeluarkan oleh:
Al Bazzar (1/255) nomor 526.
Tirmidzi (2/14).
Daruquthni (1/304).
Imam Uqaily dalam kitab “Addu’afaa’” (1/80-81) dan dalam kitab “Al mu’jam Kabir (11442).
✓ Dan Haditsnya Abi Hurairah radhiyallaah ‘anhu yang membaca keras “basmalah”, yang di shohihkan oleh:
Ibnu Khuzaimah.
Ibnu Hibban.
Daruquthni dan Hakim.
✓ Dan coba lihatlah pula di:
Sunan Annasa’I (2/134).
Daruquthni (1/305).
Al Hakim (1/232).
Ibnu Khuzaimah (1/251).
✓ Dan haditsnya Umi Salamah tentang membaca keras “Basmalah”, yang diriwayatkan oleh:
✓ Daruquthni dan di shohihkan olehnya (1/307).
Al Hakim dan di shohehkan olehnya (1/232).
Ibnu Khuzaimah dan di shohihkan olehnya (493).
Baihaqi (1/44).
Dan lainnya…
✓ Dan dalam shohih bukhari (9/90-91) hadis nomor (5946) yang berbunyi:
”Anas radhiyallaah ‘anhu ditanya: “Bagaimana bacaannya Nabi Shollallaah ‘alaih wa sallam?”
Anas radhiyallaah ‘anhu menjawab: ”Bacaannya beliau secara mad (panjang-pent). Lalu Anas radhiyallaah ‘anhu membaca (mempraktekkan-pent): ”Bismilahirrahmannirrahim”  beliau membaca mad (memanjangkan) kalimat:
Bismillaaahir.Rohmaaanir.Rohiiim…
►INI TERJEMAHAN TEKS YANG BERLATAR BELAKANG WARNA HIJAU.
Adapun dalilnya kelompok yang tidak membaca keras “Basmalah” ini hadits yang juga dari Anas radhiyallaah ‘anhu dengan statuss hadits MAUQUF.
Anas radhiyallaah ‘anhu bercerita: ”Saya pernah shalat bermakmum kepada Rasulullah Shollallaah ‘alaih wa sallam, Abu Bakar radhiyallaah ‘anhu, Umar radhiyallaah ‘anhu, Utsman radhiyallaah ‘anhu dan Ali radhiyallaah ‘anhu, mereka semua mengawali bacaannya (langsung-pent) “ALHAMDULILLAHIROBBIL ‘ALAMIN….” Mereka tidak menyebutkan “BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM” di awal bacaan dan di akhir bacaan.
Hadits serupa juga diriwayatkan oleh;
imam Ahmad dengan redaksi yang bermacam macam (3/179-223-224-273).
Imam Muslim (1/299).
Imam Baihaqi (2/50-51).
Imam Daruquthni (1/315).
Imam Thahawi dalam syarahnya kitab Ma’ani Al Atsar (1/203).
Thabrani (1/228 no.739).
Abu Nu’aim dalam kitab Al Hilyah (6/179).
Masalah “Basmalah” ini sebenarnya adalah masalah yang cukup panjang dan catatan kaki ini masih membutuhkan penyusun khusus. Dicukupkan hingga disini dimana sudah saya sajikan dan saya lampirkan kepada kita tentang penyebutan dalil dalil yang menetapkan membaca keras “Basmalah dan juga dalil dalil yang menafikan itu.
Semoga Allah senantiasa memberi perlindungan dan pertolongan. Amin.
►INI TERJEMAHAN TEKS YANG BERLATAR BELAKANG WARNA BIRU.
Imam Syaukani berkata:
“Ketahuilah bahwa umat ini telah sepakat tidak mengKafirkan orang yang menetapkan membaca keras “Basmalah” dan juga tidak mengKafirkan orang yang menafikan itu karena adanya perbedaan sudut pandang ulama. Namun berbeda jika seandainya ada orang yang meniadakan huruf secara global atau menetapkan huruf/ayat yang tidak di ucapkan oleh ulama satupun. Yang seperti inilah yang dihukumi kafir secara ijma’.
Tidak ada silang pendapat bahwa “Basmalah” yang berada dipertengahan surat An-Naml itu adalah termasuk ayat. Dan juga tidak ada khilaf menetapkan “Basmalah” sebagai bagian dari semua permulaan surat suratan dalam mushaf alqur’an. Kecuali didalam permulaan surat Attaubah.
Adapun masalah bacaan “Basmalah” dalam permulaan surat Alfatihah tidak ada perbedaan dalam tubuh “QIRO’AH SAB’AH”. Dan juga didalam permulaan setiap surat, sehingga seorang qori’ mengawali nya dengan “Basmalah”, kecuali dalam surat Attaubah (tidak perlu membaca basmalah-pent).
Adapun dalam permulaan semua surat suratan itu “basmalah” menyambung dengan “basmalah” surat sebelumnya. Ini telah ditetapkan oleh:
Ibnu Katsir.
Qoluun.
‘Ashim.
Kasa’i.
Dari para ahli quraa’ yang menetapkan “Basmalah” berada dalam permulaan disetiap surat, kecuali permulaannya surat Attaubah, basmalah nya dibuang, ialah:
Abu Amr.
Hamzah.
Warasy.
Ibnu ‘Amir.
Lihat lebih lengkapnya dalam kitab Nailul Author (2/198-214).