By. Moh.Badrus SH, S.Pd.I
Dilihat dari posisi dan hubungannya dengan mata pelajaran lain, terdapat tiga model yang digunakan dalam mengembangkan pendidikan Agama Islam, yaitu :
1. Model Dikotomis
Dalam paradigma ini, aspek kehidupan dipandang dengan sangat sederhana, dan kata kuncinya adalah dikotomi atau diskrit, sehingga dikenal ada istilah pendidikan agama dan pendidikan umum. Karena itu, pengembangan pendidikan agama Islam hanya berkisar pada aspek kehidupan ukhrowi yang terpisah dengan kehidupan duniawi, atau aspek kehidup¬an rohani yang terpisah dengan kehidupan jasmani. pendidikan (agama) Islam hanya mengurusi persoalan ritual dan spiritual, sementara kehidupan ekonomi, politik, seni-budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni dan sebagainya dianggap sebagai urusan duniawi yang menjadi bidang garap pendidikan non agama (Muhaimi, 2009;60).
2. Model Mekanis
Paradigma mekanis memandang kehidupan terdiri atas berbagai aspek, dan pendidikan dipandang sebagai penanaman dan pengembangan seperangkat nilai kehidupan, yang masing¬-masing bergerak dan berjalan menurut fungsinya, bagaikan sebuah mesin yang terdiri atas beberapa komponen atau elemen¬-elemen, yang masing-masing menjalankan fungsinya sendiri¬-sendiri, dan antara satu dengan lainnya bisa saling berkonsul¬tasi atau tidak. Aspek-aspek atau nilai-nilai kehidupan itu sendiri terdiri atas : nilai agama, nilai individu, nilai sosial, nilai politik, nilai ekonomi, nilai rasional, nilai estetik, nilai biofisik, dan lain-lain. Dengan deinikian aspek atau nilai agama merupakan salah satu aspek atau nilai kehidupan dari aspek-aspek atau nilai-nilai kehidupan lainnya(Muhaimi, 2009;60).
3. Model Organis
Paradigma ini menggarisbawahi pentingnya kerangka pe¬mikiran yang dibangun dari fundamental doctrines dan fundamental values yang tertuang dan terkandung dalam al-Qur'an dan al¬-Sunnah sebagai sumber pokok. Ajaran dan nilai-nilai Ilahi/agama/ wahyu didudukkan sebagai sumber konsultasi yang bijak, se¬mentara aspek-aspek kehidupan lainnya didudukkan sebagai nilai-nilai insani yang mempunyai hubungan vertikal-linier de¬ngan nilai Ilahi/agama.
Melalui upaya semacam itu, maka sistem pendidikan diharap¬kan dapat mengintegrasikan nilai-nilai ilmu pengetahuan, nilai¬nilai agama dan etik, serta mampu melahirkan manusia-manusia yang menguasai dan menerapkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, memiliki kematangan profesional, dan sekaligus hidup di dalam nilai-nilai agama (Tilaar, 1998: 260).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar