Senin, 06 Desember 2010

IMPLEMENTASI TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) DALAM SEKOLAH

Oleh

MULYADI


PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam era globalisasi, masyarakat banyak yang berbicara tentang “mutu” terutama berhubungan dengan pekerjaan yang menghasilkan produk atau jasa. Suatu produk dibuat karena ada yang membutuhkan. Total Quality Management (TQM) atau disebut Manajemen Mutu Terpadu (MMT) hadir sebagai jawaban atas kebutuhan akan mutu tersebut. Suatu produk atau jasa dibuat agar dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggannya. Titik temunya antara harapan dan kebutuhan pelanggaran dengan hasil produk dan/atau jasa itulah yang disebut “bermutu.” Jadi ukuran bermutu tidaknya suatu produk atau jasa adalah pada terpenuhi tidaknya harapan dan kebutuhan pelanggan.

Konsep Total Quality Manajement (TQM) lahir beberapa dasawarsa yang lalu terutama untuk mengatasi beberapa masalah di bidang bisnis dan industri. Konsep itu telah diimplementasikan dengan sangat berhasil oleh dunia bisnis dan industri di Jepang, dan negara - negara lain di dunia. Hal ini akan menarik jika konsep TQM ditelaah penerapannya di dunia pendidikan terutama di lingkungan sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.

Total Quality Manajement (TQM) adalah sistem pengendalian mutu yang didasarkan pada filosofi bahwa memenuhi kebutuhan pelanggan dengan sebaik-baiknya merupakan hal yang utama dalam setiap usaha yang dilakukan. Untuk memenuhi kebutuhan pelanggan tersebut, budaya kerja dalam lembaga harus dibina dan dikembangkan dengan baik.

Dalam konsep Total Quality Manajement (TQM) bahwa dalam pengelolaan lembaga pendidikan untuk meningkatan mutu harus dilakukan oleh semua unsur lembaga yang dimulai sejak dini. Hal ini dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan, sehingga pendidikan sebagai pelayanan jasa dapat memenuhi kebutuhan para pelanggan baik masa kini maupun masa yang akan datang. Dengan pendekatan TQM diharapkan pendidikan akan dapat menghasilkan lulusan yang bermutu dan dapat meningkatkan mutu secara berkesinambungan.

Total Quality Manajement (TQM) menganggap bahwa produk pendidikan sebagai industri jasa yang berbentuk pelayanan, diberikan kepada para pelanggan sesuai dengan standar mutu tertentu. Jasa pelayanan ini dapat dikatakan memuaskan jika sesuai dengan keiginan atau melebihi kebutuhan pelanggan bersangkutan.

Sekolah - sekolah terutama yang ingin menuju sekolah yang berstandar internasional, penggunaan TQM menjadi pilihan terbaik yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas. Hal ini dikarenakan dengan menggunakan TQM, maka sekolah akan mempunyai pedoman yang jelas dalam menuju kualitas yang diharapkan.

Untuk mendapatkan kualitas sekolah yang baik (bermutu) , maka yang perlu diperhatikan tidak hanya dari segi sarana prasarana saja, tetapi juga sumber daya manusia yang ada di sekolah, yaitu kepala sekolah, para guru dan karyawan. Selain itu siswa juga merupakan sumber daya manusia yang dikenai kebijakan pendidikan. Siswa berperan sebagai konsumen jasa pendidikan. Sebagai konsumen, kepuasan siswa merupakan indikator penting dari keberhasilan TQM yang dilaksanakan sekolah.

Selain siswa ada juga konsumen tidak langsung dari jasa pendidikan, yaitu orang tua siswa. Kepuasan orang tua siswa juga merupakan indikator yang sangat penting dalam menilai keberhasilan penerapan TQM di sekolah. Dalam hal ini kepuasan siswa dan orang tua siswa akan tepenuhi jika hasil dari penerapan TQM benar-benar mampu meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.

PEMBAHASAN

1. Konsep Total Quality Management (TQM)

Sebelum membahas konsep Total Quality Management (TQM) terlebih dahulu akan kita bahas tentang mutu. Mutu (quality) adalah sebuah filsosofi dan metodologi, tentang (ukuran) dan tingkat baik buruk suatu benda. Pandangan lain tentang mutu disampaikan Juran bahwa meraih mutu merupakan proses yang tidak mengenal akhir, perbaikan mutu merupakan proses berkesinambungan bukan program sekali jalan, mutu membutuhkan kepemimpinan dan anggota dewan sekolah dan administrator, pelatihan mutu penting dilakukan, Setiap orang di sekolah harus mendapatkan pelatihan.

Meskipun tidak ada definisi kualitas yang diterima secara universal namun terdapat kesamaan kesamaan yaitu bahwa kualitas atau mutu meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan, kualitas menyangkut produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan, kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah.

Beberapa pendekatan mutu di bidang jasa seperti lembaga pendidikan adalah dengan melakukan inspeksi (inspection), pengendalian mutu (quality control), pemastian mutu (quality assurance), management mutu (quality management) dan management mutu terpadu (total quality management).

Total Quality Management (TQM) merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, tenaga kerja, proses dan lingkungannya. Edward Sallis (1993 : 13), menjelaskan TQM adalah Management is a philosophy and a methodology which assists institutions to manage change and to set their own agendas for dealing with the plethora of new external pressures. Pendapat ini menekankan pengertian bahwa manajemen mutu terpadu merupakan suatu filsafat dan metodologi yang membantu berbagai institusi, terutama industri, dalam mengelola perubahan dan menyusun agenda masing-masing untuk menanggapi tekanan-tekanan faktor eksternal

.Cara untuk mencapai suatu mutu dari produk/jasa, menurut Edward Deming (Salis, 1993) terdapat 14 prinsip yang harus dilakukan, yaitu:

(1) Tumbuhkan terus menerus tekad yang kuat dan perlunya rencana jangka panjang berdasarkan visi ke depan dan inovasi baru untuk meraih mutu.

(2) Adopsi filosofi yang baru. Termasuk didalamnya adalah cara-cara atau metode baru dalam bekerja.

(3) Hentikan ketergantungan pada pengawasan jika ingin meraih mutu. Setiap orang yang terlibat karena sudah bertekat menciptakan mutu hasil produk/jasanya, ada atau tidak ada pengawasan haruslah selalumenjaga mutu kinerja masing-masing .

(4) Hentikan hubungan kerja yang hanya atas dasar harga. Harga harus selalu terkait dengan nilai kualitas produk atau jasa.

(5) Selamanya harus dilakukan perbaikan-perbaikan terhadap kualitas dan produktivitas dalam setiap kegiatan.

(6) Lembagakan pelatihan sambil bekerja (on the job training), karena pelatihan adalah alat yang dahsyat untuk pengembangan kualitas kerja untuk semua tingkatan dalam unsur lembaga.

(7) Lembagakan kepemimpinan yang yang membantu setiap orang untuk dapat melakukan pekerjaannya dengan baik misalnya: membina, memfasilitasi, membantu mengatasi kendala dll.)

(8) Hilangkan sumber-sumber penghalang komunikasi antar bagian dan antar individu dalam lembaga.

(9) Hilangkan sumber-sumber yang menyebabkan orang merasa takut dalam organisasi agar mereka dapat bekerja secara efektif dan efisien.

(10) Hilangkan slogan-slogan dan keharusan-keharusan kepada staf. Hal seperti itu biasanya hanya akan menimbulkan hubungan yang tidak baik antara atasan dan bawahan; atau lebih jauh akan menjadi penyebab rendahnya mutu dan produktivitas pada sisten organisasi; bawahan hanya bekerja sekedar memenuhi keharusan saja.

(11) Hilangkan kuota atau target-target kuantitatif belaka. Bekerja dengan menekankan pada target kuantitatif sering melupakan kualitas.

(12) Singkirkan penghalang yang merebut/merampas hak para pimpinan dan pelaksana untuk bangga dengan hasil kerjanya masing-masing.

(13) Lembagakan program pendidikan dan pelatihan untuk pengem-bangan diri bagi semua orang dalam lembaga. Setiap orang harus sadar bahwa sebagai profesional harus selalu meningkatkan kemampuan dirinya, dan

(14) Libatkan semua orang dalam lembaga ikut dalam proses transformasi menuju peningkatan mutu. Cisekolahakan struktur yang memungkinkan semua orang bisa ikut serta dalam usaha memperbaiki mutu produk/jasa yang diusahakan.

2. Prinsip Prinsip Dalam Total Quality Management (TQM)

Total Quality Management (TQM) merupakan sistim manajemen yang berupaya melaksanakan manajeman kualitas kelas dunia. Oleh karena itu, maka diperlukan perubahan besar dalam budaya dan sistim nilai suatu organisasi. Menurut Hensler dan Brunell (dalam Sujtiptono & Anastasia 2003 : 14) terdapat 4 Prinsip Utama Total Quality Management (TQM) yaitu: kepuasan pelanggan, respek terhadap setiap orang, manajemen berdasarkan fakta, dan perbaikan berkesinambungan. Sedangkan, menurut ISO (the international organization for standardization) 9001 : 2000 terdapat 8 Prinsip sistim manajemen Mutu (SMM) yaitu:

1. Fokus pada pelanggan

2. Kepemimpinan

3. Pelibatan manusia /karyawan

4. Pendekatan proses

5. Pendekatan sistem pada manajemen

6. Perbaikan berkelanjutan atau berkesinambunngan

7. Pengambilan keputusan berdasarkan fakta

8. Hubungan dengan pemasok yang saling menguntungkan

Dari prinsip di atas sudah jelas bahwa untuk mencapai mutu, oranisasi atau lembaga harus fokus pada pelanggan, memiliki kepemimpinan yang visioner yang dapat mengarahkan dan menggerakan, melibatkan seluruh karyawan, menggunakan pendekatan proses dan pendekatan sistim, melakukan perbaikan secara terus menerus, keputusan yang diambil berdasarkan fakta dan data, serta melakukan hubungan yang saling menguntungkan.

1. Fokus Pada Pelanggan

Pelanggan adalah sosok yang harus dilayani oleh oraganisaasi atau lembaga. Perhatian yang harus dilakukan oleh organisasi (sekolah) adalah kebutuhan dan harapan para pelanggan baik pelanggan internal maupun eksternal. Pelanggan ini adalah kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan/TU, siswa, orang tua siswa, masyarakat sebagai pengguna jasa, dan para stacholder). Oleh karena itu, lembaga pendidikan (sekolah) yang melaksanakan TQM harus mengetahui ciri-ciri pelanggan-pelanggannya.

Hal yang harus dilakukan oleh lembaga pendidikan (sekolah) antara lain mengidentifikasi dan menganalisis kebutuhan dan harapan pelanggan artinya produk/jasa yang dibuat atau diberikan haruslah bertumpu pada pelanggan, melakukan perbaikan pada proses secara sistematik, membuat rencana kegiatan dengan baik, melaksanakan rencana yang dibuat secara cermat, dan melakukan evaluasi yang hasilnya dibandingkan dengan standar mutu yang ditentukan sebelumnya. Selain itu, sekolah perlu melakukan peninjauan setiap prosedur kerja untuk mengetahui apakah prosedur telah mendatangkan hasil yang diharapkan. Jika tidak menghasilkan sesuai dengan harapan maka prosedur itu perlu diperbaiki atau diganti dengan yang lebih baik dan sesuai.

Dengan kata lain kita harus memahami beberapa hal diantaranya

mengenali pelanggan, mengetahui kebutuhan dan keinginannya, mengerti macam pelayanan yang diberikan untuknya, mampu melakukan proses yang dibutuhkan dan diinginkannya, menanyakan dan mengukur kepuasannya, memperbaiki dan meningkatkan mutu pelayanan yang bisa diberikan kepadanya. Jadi harus ada keterbukaan dan kesediaan untuk berubah menuju yang lebih baik. Jika memungkinkan menggantikan hal yang lama dengan hal yang baru. Perubahan ini berlaku pada setiap level baik tingkat pimpinan maupun dengan staf terbawah.

Kepuasan pelanggan dapat memberikan beberapa manfaat ( Fandy Ciptono 2003 : 102) yaitu :

1. Hubungan antara perusahaan dengan para pelanggan menjadi harmonis

2. Memberi kan dasar yang baik bagi pembelian ulang

3. Dapat mendorong terciptannya loyalitas pelanggan

4. Membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut yang menguntungkan bagi perusahaan

5. Reputasi perusahaan menjadi baik di mata pelanggan

6. Laba yang diperoleh meningkat

Berdasarkan hal tersebu menurut penulis jika lembaga pendidikan (sekolah) dapat memuaskan pelanggannya maka akan memperoleh beberapa menfaat : Pertama hubungan antara sekolah dan pelanggan ekternal maupun internal ( Kepala sekolah, tata usaha, guru, siswa, oarang tua siswa, masyarakat, stak holder ) semakin harmanis. Kedua para pelanggan sekolah akan semakin mempercayai keberadaan atau eksistensi sekolah. Ketiga, nama baik lembaga (sekolah) semakin baik dimata pelanggan. Keempat Pelanggan akan semakin loyal terhadap sekolah. Kelima, Mendorong sekolah untuk dapat lebih meningkatkan mutu layanan maupun hasil .

Pemikiran jangka panjang perubahan ini menunjuk pada visi dan misi lembaga. Visi dan misi lembaga harus dirumuskan dan dicapai bersama oleh segenap unsur dalam lembaga (sekolah), kemana arah lembaga akan tertuju untuk jangka panjang. Suatu kegiatan staf atau siapapun dalam lembaga tersebut harus dapat ditelusuri mampu menyumbang apa dan seberapa kepada pencapaian visi dan misi lembaga (sekolah).. Oleh karena itu, untuk menerapkan TQM dipersyaratkan adanya pimpinan yang memiliki visi jangka panjang, berkemampuan kerja keras, tekun dan tabah mengemban misi, disiplin, dan memiliki sikap kepelayanan yang baik misalnya: kepedulian terhadap staf, sopan dan berbudi, sabar, bijaksana, bersahabat dan bersedia membantu sesama dalam lembaga tersebut.

Pengembangan sumberdaya manusia (SDM) menjadi kata kunci dalam penerapan TQM. Semua anggota atau bagian dari lembaga (sekolah) harus berusaha menguasai kompetensi sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Dalam lembaga (sekolah) harus terjadi suasana saling belajar dari segala sumber belajar yang dimanfaatkan untuk meningkatkan kompetensi masing-masing staf. Hal ini bagaikan suatu bangunan, lemahnya SDM dalam bagian tertentu dalam lembaga (sekolah) akan mengganggu pencapaian visi dan misi, sehingga harus diperbaiki/ ditingkatkan.

Unsur lainnya yang penting adalah komitmen pada mutu. Semua kegiatan lembaga pendidikan (Sekolah) harus diorientasikan pada pencapaian mutu. Harus ada kesadaran dan keyakinan bagi seluruh anggota atau bagian dalam lingkungan sekolah akan perlunya mutu kinerja masing-masing. Oleh karena itu, harus ada tekat dan rasa keterikatan yang kuat untuk menjaga dan meningkatkan mutu kerja masing - masing yang menyokong mutu sekolah.. Dengan adanya komitmen pada mutu, akan mampu menggerakkan usaha-usaha yang terus menerus untuk meningkatkan mutu, sehingga tidak akan menyerah pada kendala-kendala dan kesulitan-kesulitan yang menghadang diperjalanan menerapkan TQM

dalam rangka peningkatan mutu secara berkelanjutan.

Program peningkatan mutu harus berorientasi kepada kebutuhan/harapan pelanggan, maka layanan pendidikan suatu lembaga haruslah memperhatikan masing-masing pelanggan di atas. Kepuasan dan kebanggan dari mereka sebagai penerima manfaat layanan pendidikan harus menjadi acuan bagi program peningkatan mutu layanan pendidikan.

2. Kepemimpinan

Peranan Pemimpin Dalam Total Quality Management (TQM) sangat penting dan Strategis. Peranan pemimpin dalam mencapai tujuan sebuah organisasi sangat menentukan. Pemimpin yang kapabel adalah pemimpin yang memiliki kemampuan, kesanggupan, kecakapan teknis atau profesional sehingga dapat meraih visi dan misi organisasinya. Kemampuan, kesanggupan, kecakapan teknis atau profesional yang dimiliki pemimpin (kepala sekolah) dapat mempengaruhi bawahannya untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam Kontek Total Quality Management (TQM) yang harus dlakukan oleh pemimpin adalah sebagai berikut:

a. Menciptakan kesatuan tujuan dan memberi arah (kebijakan dan sasaran)

Untuk dapat menciptakan kesatuan tujuan seorang pemimpin harus berikap demokratis mau menerima berbagai masukan dari bawahannya (guru dan karyawan). Hal lain yang harus dilakukan adalah duduk bersama dengan seluruh komponen sekolah untuk merumuskan dan menetapkan visi, misi, tujuan, strategi, serta program sekolah. Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin setelah merumuskan bersama tentang visi, misi, tujuan, strategi, serta program maka harus dapat mengarahkan warga sekolah (guru dan karyawan) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara bersama sama sesuai dengan tugas dan fungsinnya masing masing. Dengan demikian, akan ada keasamaan visi, persepsi, komitmen dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara bersama.

b. Menyediakan sumber daya

Seorang pemimpin harus dapat menyediakan sumber daya yang berupa sumber daya manusia dan sumber dana agar tujuan lembaga (sekolah ) tercapai. Hal yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi dan menganalisis sumber daya manusia yang ada ( guru dan karyawan). Hal yang dianalisis adalah tentang kualifikasi akademik yang dimilki, kompetensi guru (kompetensi pedagogik, profesional, sosial, dan kepribadian), kompetensi karyawan. Hal ini akan menjadi dasar pemimpin untuk membenahi, meningkatkan, menempatkan seseorang pada jobnya sesuai kompetensi dan keahlian yang dimilkinnya sehinnga kegiaatan yang dilakukan akan berjalan secara efektif dan efesien. Seorang pemimpin juga harus dapat mencari sumber dana untuk kelangsungan lembaga (sekolah) dalam meningkatkan mutu dan pelayanan pada pelanggannnya.

c. Menjamin bahwa fokusnya pada pelanggan

Seorang peminpin (kepala sekolah) juga harus dapat menjamin bahwa semua kegiatan yag dilakukan oleh elemen elemen sekolah terfokus pada pelanngan.( siswa, guru, karyawan, orang tua siswa, masyarakat pengguna jasa pendidikan dan stak holder pendidikan.

d. Berkomunikasi dan membangkitkan komunikasi di antara mereka secara terbuka

Pemimpin harus memilki sikap terbuka dan komunikatif dengan semua elemen sekolah dan masyarakat. Dengan sikapnya tersebut, diharapkan akan mengakibatkan iklim lingkungan sekolah menjadi kondusif. Misalnya mau menerima masukan dari bawahan, tansparan dalam penggunaan dana sekolah, ramah dan selalu menyapa, membudayakan sikap demokratis di sekolah dll.

e. Menciptakan suatu lingkungan yang melibatkan setiap orang dalam mencapai sasaran organisasi

Dalam mencapai tujuan organisasi (sekolah) kepala sekolah harus melibatkan seluruh elemen yang ada di sekolah sesuai dengan kompetensi dan jobnya masing masing. Oleh karena itu, pembagaian tugas perlu dibuat uraian tugas secara rinci sehinga tidak terjadi tumpang tindih dalam pelaksanaanya. Dengan melibatkan semua orang di sekolah setiap orang akan merasa diperhatikan dan dimanfaatkan untuk tujuan oraganisasi. Dalam pembagian tugas harus adil dan jeli artinnya tugas yang diberikan pada guru ataupun karyawan hendaknya disesuaikan dengan kompetensi yang bersangkutan.

f. Memberi contoh dan menunjukkan komitmen yang kuat untuk meningkatkan mutu

Seorang pemimpin harus dapat menjadi contoh orang yang dipimpinnya baik pemikiran, ucapan, komitmen maupun perbuatannnya. Komitmen untuk meningkatkan mutu harus selalu diupayakan.

g. Meninjau fakta dalam menentukan semua tindakan

Tindakan yang dilakukan pemimpin harus berdasarkan fakta dan data bukan berdasarkan opini, perasaan maupun pengaruh orang lain, sehingga kebijakan yang diambil akan tepat, cermat, dan dapat dipertanggung jawabkan.

3. Pelibatan manusia /karyawan

Pelibatan semua orang yang berada dalam suatu organisasi atau lembaga dalam hal ini sekolah sangat penting. Menurut Fandy Tjiptono & Anstasia Diana (2003:18) Terdapat 2 manfaat pelibatan karyawan yaitu : Pertama, meningkatkan kemungkinan dihasilkannya keputusan yang baik, rencana yang lebih baik, atau perbaikan lebih efektif karena juga mencakup pandangan dan pemikiran dari pihak pihak yang berhubungan langsung dengan situasi kerja. Kedua , Keterlibatan karyawan juga meningkatkan rasa memilki dan tanggung jawab atas keputusan dengan melibatkan orang orang yang harus melaksanakan.

Selain itu, harus juga dijalankan prinsip dan konsep sebagai berikut : Mutu merupakan tanggung jawab setiap orang, Sasaran mutu melibatkan seluruh tingkat dan setiap orang, Komunikasi adalah hal yang paling penting dan mendasar, Pelatihan merupakan sarana berkomunikasi, melibatkan dan membuat orang menjadi mampu, Definisi mengenai tanggung jawab dan wewenang itu penting dan mendasar (essential), Pemberdayaan, Setiap orang dapat dilibatkan dengan berbagai cara sesuai dengan kemampuannya. Untuk itu diperlukan kerjasama TIM, dengan kerjasama TIM diharapakan dapat mempermudah dalam menjalankan dan mencapai visi, misi, tujuan dan program program yan telah dibuat.

Menurut King ( dalam Goetscs dan davis 1994: 218-219) menganjurkan 10 startegi yang ia sebut sepuluh perintah TIM ( Ten Team Commandment) untuk meningkatkan kerjasama TIM dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Sepuluh strategi tersebut adalah:

1. Saling ketergantungan.

Saling ketergantungan diperlukan diantara para aggota tim dalam hal informasi, sumber daya, pelaksanaan tugas, dan dukungan. Adannya ketergantungan dapat memperkuat kebersamaan TIM.

2. Perluasan Tugas

Setiap tim harus diberi tantangan atau tanggapan terhadap tantangan tersebut akan membentuk semangat persatuan, kebangaan dan kesatuan tim

3. Penjajaran (alignmen)

Anggota tim harus bersedia menyingkirkan sikap indivualisme dalam rangka mencapai misi bersama

4. Bahasa yang umum

Pemimpntim harus menggunaka penggunaan bahasa yang umum sehingga

bisa difahami oleh anggota tim yang lain

5. Kepercayaaan

Dibutuhkan sikap saling percaya dan respek antar anggota TIM agar dapat bekerjasama.

6. Kepemimpinan

Pemimpin tim harus memperhatikan bakat tertentu anggota tim sebab anggota tim memiliki bakat masing masing.

7. Keterampilan memecahkan masalah

Tim harus banyak menggunakan waktunya untuk membina kemampuan anggotannya dalam memecahkan masalah, karena masalah merupakan hal yang selalu dihadapi oleh organisasi atau lembaga

8. Keterampilan menangani konfrontasi atau konflik

Dalam lingkungan kerja yang memiliki tekanan tinggi dan kompetetif konflik merupakan hal yang tidak terelakan. Perbedaan pendapat merupakan hal yang wajar . Oleh karena itu, dalam TQM diperlukan keterampilan menerima perbedaan pendapat dan menyampaikan ketidaksetujuan terhadap pendapat orang lain tanpa harus menyakiti orang yang bersangkutan.

9. Penilaian atau tindakan

Penilaian dilakukan dengan memantau dan membandingkan apa yang telah dilakukan dengan pernyataan visi dan rencana tindakan yang ada. Rencana tindakan berisi tujuan, sasaran, jangka waktu, penuagasan serta tanggung jawab setiap anggota. Penghargaan dan pengakuan atas tugas yang terlaksana dengan baik akan memativasi anggota tim untuk bekerja lebih giat dan tangkas dalam rangka mencapai tujuan berikut.

10 . Perayaan

Kesuksesan yang dicapia tim efektif dapat diperkuat dengan jalan merayakannya

4. Pendekatan Proses

Hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pendekatan proses:

1. Kegiatan dan sumber daya dapat dikelola lebih efektif apabila dianggap sebagai proses

2. Kita harus mengendalikan masukan (input) proses dan memantau sifat-sifat khasnya dan variasinya untuk kemungkinan perbaikannya

3. Manusia, mesin, metode, material dan lingkungan (4m + e) merupakan masukan (input)

4. Masukan yang konsisten akan menghasilkan keluaran (output) yang konsisten pula.

5. Pendekatan Sistim

Hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pendekatan sistem

1. Perlu memahami dan mengelola proses yang saling terkait sebagai suatu sistem yang memberi sumbangan pada efektivitas dan efisiensi organisasi dalam mencapai tujuan

2. Keluaran (outputs) suatu proses seringkali merupakan masukan (inputs) bagi proses berikutnya

3. Perlu adanya komitmen terhadap mutu sebagai rangkaian peristiwa dengan cara menghubungkan pada setiap proses

4. Material dan informasi mengalir melalui sistem, semakin lancar alirannya, semakin tinggi efisiensinya

6. Perbaikan berkelanjutan atau berkesinambunngan

Untuk mencapai suatu keberhasilan setiap sekolah melakukan proses secara sistimatis dan perbaikan secara berkesinambungan. Konsep yang diberlakukan berdasarkan ISO 9001 : 2000 yaitu siklus planing, Do, Chek, Action (PDCA). Dalam hal ini sekolah harus membuat suatu perencanaan yang melibatkan warga sekolah, kemudian melaksanakan rencana, memeriksa hasil perencanaan, serta melakukan tindakan berdasarkan hasil korektif.

Kenyataannya masih ada sekolah yang menyelenggarakan sekolah apa adannya. Rencana yang dibuat oleh segelintir pejabat sekolah yang tidak melibatkan warga sekolah lain sering tidak dilaksanakan. Kelemahan yang sering ditemukan oleh pengawas di sekolah adalah sekolah jarang melakukan evaluasi (koreksi) terhadap pelaksanaa rencana yang telah dibuat sehingga perbaikan tidak berjalan. Diharapkan dengan implementasi perbaikan berkesinambungan dengan siklus PDCA akan membantu sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.

Menurut Juran ada 10 langkah melakukan perbaikan kualitas yaitu sebagai berikut:

a. Membentuk kesadaran terhadap kebutuhan akan perbaikan dan peluang untuk melakukan perbaikan,

b. Menetapkan tujuan perbaikan

c. Mengorganisasikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

d. Menyediakan pelatihan

e. Melaksanakan proyek proyek yang ditujukan untuk pemecahan maslah

f. Melaporkan perkembangan

g. Mengkomunikasikan hasil hasil

h. Menyimpan dan mempertahankan hasil yang dicapai

i. Memeilihara momentum dengan melakukan perbaikan dalam siste reguler perusahaan.

Berdasarkan ISO 9001 : 2000 hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pebaikan adalah sebagai berikut:

1. Perbaikan harus merupakan sasaran permanen bagi setiap organisasiakan dicapai

Lembaga pendidikan (sekolah ) harus menetapkan sasaran tetap didalam melakukan perbaikan. Perbaikan merupakan tindakan yang harus dilakukan dalam rangka penyempurnaan untuk mencapai visi, misi, dan tujuan sekolah.

2. Perbaikan harus direncanakan dan dikelola oleh seluruh bagian organisasi

Perbaikan yang dilakukan sekolah harus direncanakan dengan tepat. Contohnya perbaikan bidang kesiswaan, kurikulum, humas, sarana dan prasarana, perbaikan pelayanan pada konsumen, perbaikan dokumen sekolah dan lain lain. Perbaikan ini dalam pengelolaannya selain dilakukan oleh pemegang job tetapi juga melibatkan seluruh komponen yang ada di sekolah.

3. Tidak seorangpun dan tidak satu sistempun yg sempurna

Warga sekolah harus berprinsip bahwa tidak ada satu sistimpun dan seorangpun yang sempurna. Dengan prinsip ini maka mereka saling bekerja sama untuk menutupi kelemahan yang ada dan berusaha untuk selalu memperbaiki program dan pelaksanaannya.

4. Selalu ada tempat untuk perbaikan.

Selalu ada tempat untuk perbaikan maksudnya pengelola pendidikan (sekolah) konsisten untuk melakuakan perbaikan berkesinambungan. Setiap pelaksaaan kegiatan harus dievaluasi dan dirivisi yang kemudian dijadikan dasar untuk melakukan tindakan selanjutnya.

5. Perusahaan tidak pernah diam di tempat, begitu juga persaingan

Bahwa lembaga pendidikan (sekolah ) tidak boleh statis. Lembaga harus digerakan untuk maju untuk l meningkatkan mutu lulusan maupun pelayanan terhadap pelanggan

6. Perbaikan tidak akan terjadi sendiri

Seluruh komponen sekolah harus berprinsip bahwa perbaikan itu tidak terjadi sendiri harus direncanakan dan dilaksanakan secara konsisten. Perencanaan yang dibuat harus tepat sasaran dan melibatkan seluruh komponen yang ada di sekolah sehingga dalam pelaksanaanya terjadi kekompakan.

7. Pengambilan keputusan berdasarkan fakta

Dalam sekolah yang baik pengambilan keputusan berdasarkan fakta dan data bukan berdasarkan opini maupun perasaan. Contoh untuk mengembangkan atau menambah ruang belajar hal yang harus di perhatikan adalah ketersediaan lahan, kebermanfaat ruangan, jumlah siswa, banyaknya siswa yang ingin bersekolah di tempat sekolah tersebut, jumlah guru. Hal yang harus diperhatikan dalam mengambil keputusan adalah sebagai berikut:

1. Metode dan langkah-langkah pengambilan keputusan agar direncanakan

2. Data perlu dikumpulkan sesuai dengan fakta, independen dan tanpa bias

3. Informasi perlu dikomunikasikan kepada para pembuat keputusan sesuai dengan format yang biasa digunakan

4. Sistem informasi perlu direncanakan, “kabar angin, kabar burung” dapat menyesatkan

5.Hubungan dengan pemasok yang saling menguntungkan

Hal yang harus diperhatikan dalam hal ini adalah

1. Pelanggan dan pemasok adalah saling bergantung (interdependent) dan harus bekerjasama demi manfaat bagi keduanya

2. Hubungan yang baik tercipta berdasarkan komunikasi yang efektif

3. Mendengarkan dan memperhatikan adalah suatu bekal penting dan mendasar

4. Komunikasi yang baik adalah hasil dari perencanaan, sistem dan pengalaman yang baik

5. Hubungan jangka panjang memungkinkan untuk merencanakan hari depan dan saling memberikan kepercayaan

Namun demikian, kita juga dapat menerapkan prinsip prinsip lain dalam melaksanakan TQM contohnya penerapan 14 prinsip-prinsip pencapaian mutu berdasarkan Edward Deming. Hal ini dapat diimplementasikan pada pendidikan di sekolah. Uraian tentang penerapan prinsip-prinsip tersebut di lembaga pendidikan di sekolah dapat meliputi hal-hal berikut:

(1) Untuk menjadi Sekolah yang bermutu perlu kesadaran, niat dan usaha yang sungguh-sungguh dari segenap unsur di dalamnya. Pengakuan orang lain (siswa , sejawat dan masyarakat) bahwa sekolah kita adalah bermutu harus diraih.

(2) Sekolah yang bermutu adalah yang secara keseluruhan memberikan kepuasan kepada masyarakat pelanggannya, artinya harapan dan kebutuhan pelanggan terpenuhi dengan jasa yang diberikan oleh sekolah tersebut. Kebutuhan pelanggan adalah berkembangnya SDM yang bermutu dan tersedianya informasi, pengetahuan dan teknologi yang berrmanfaat, karya/produk sekolah tersebut. Bentuk kepuasan pelanggan misalnya para lulusannya merasakan manfaat pendidikannya dalam meniti karirnya di lapangan kerja. Selain itu didalam sekolah tersebut terjadi proses belajar-mengajar yang teratur dan lancar, dosen-dosennya produktif, berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara, dan lulusannya berperestasi cemerlang di masyarakat.

(3) Perhatian sekolah selalu ditujukan pada kebutuhan dan harapan para pelanggan: pelajar masyarakat, industri, pemerintahan dan lainnya, sehingga mereka puas karenanya.

(4) Dalam Sekolah yang bermutu tumbuh dan berkembang kerjasama yang baik antar sesama unsur didalamnya untuk mencapai mutu yang ditetapkan. Sebagai contoh kelompok pengajar bekerjasama menyusun startegi pembelajaran siswa secara efektif dan efisien. Jika hanya satu atau dua saja guru yang mengajar secara baik tidaklah cukup, karena tidak akan menjamin terjadinya mutu siswa yang baik. Untuk itu, maka harus semua guru menjadi pengajar yang baik. Sebaliknya, jika gurunnya menjadi pengajar yang baik, maka siswannya haruslah ingin belajar secara efektif. Proses belajar mengajar tidak dapat dikatakan efektif dan efisien jika hanya sepihak, gurunya saja atau siswanya saja yang baik. Interaksi yang baik antar sesama unsur dalam Sekolah harus terjalin secara intensif, agar pencapaian mutu dapat berhasil sesuai harapan. Dalam upaya menggiatkan kerjasama antar unsur dalam sekolah tersebutt perlu dibentuk “tim perbaikan mutu” yang diberi kewenangan untuk mencari upaya agar mutu sekolah lebih baik. Untuk ini pelatihan kepada tim terutama tentang cara-cara bekerjasama yang efektif dan efisisen dalam tim sangat diperlukan.

(5) Diperlukan pimpinan yang mampu memotivasi, mengarahkan, dan mempermudah serta mempercepat proses perbaikan mutu. Pimpinan lembaga (Kepala sekolah, ketua jurusan, wali kelas dan pimpinan lainnya) bertugas sebagai motivator dan fasilitator bagi orang-orang yang bekerja dibawah pengawasannya untuk mencapai mutu. Setiap atasan adalah pemimpin, sehingga ia haruslah memiliki kepemimpinan. Kepemimpinan haruslah yang membuat orang kemudian merasa lebih berdaya, sehingga yang dipimpin mampu melaksanakan tugas pekerjaannya lebih baik dan hasil yang lebih baik pula.

(6) Semua karya sekolah ( pengajaran, pengabdian, administrasi dll.) selalu diorientasikan pada mutu, karena setiap unsur yang ada didalamnya telah berkomitmen kuat pada mutu. Akibat dari orientasi ini, maka semua karya yang tidak bermutu ditolak atau dihindari.

(7) Ada upaya perbaikan mutu sekolah secara berkelanjutan. Untuk ini standar mutu yang ditetapkan sebelumnya selalu dievaluasi dan diperbaiki sedikit demi sedikit sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

(8) Segala keputusan untuk perbaikan mutu pelayanan pendidikan/pengajaran selalau didasarkan data dan fakta untuk menghindari adanya kelemahan dan keraguan dalam pelaksananannya.

(9) Penyajian data dan fakta dapat ditunjang dengan berbagai alat dan teknik untuk perbaikan mutu yang bisa dianalisis dan disimpulkan, sehingga tidak menyesatkan.

(10) Hendaknya pekerjaan di sekolah jangan dilihat sebagai pekerjaan rutin yang sama saja dari waktu ke waktu, karena bisa membosankan. Setiap kegiatan di sekolah harus direncanakan dan dilaksanakan dengan cermat, serta hasilnya dievaluasi dan dibandingkan dengan standar yang ditetapkan. Hendaknya tercipta sekolah dengan kondisi bahwa setiap yang bekerja dilembaga tersebut untuk bersedia belajar sambil bekerja, dan sedapat mungkin diprogramkan baik belajar tentang materi, metode , prosedur dan lain-lain.

(11) Dari waktu ke waktu prosedur kerja yang digunakan di sekolah perlu ditinjau apakah mendatangkan hasil yang diharapkan. Jika tidak maka prosedur tersebut perlu diubah dengan yang lebih baik.

(12) Perlunya pengakuan dan penghargaan bagi yang telah berusaha memperbaiki mutu kerja dan hasilnya. Guru guru dan karyawan administrasi mencoba cara-cara kerja baru dan jika mereka berhasil diberikan pengakuan dan penghargaan.

(13) Perbaikan prosedur antar fungsi di sekolah sebagai bentuk kerjasama harus dijalin hubungan saling membutuhkan satu sama lain. Tidak ada yang lebih penting satu unsur dari unsur yang lain dalam mencapai mutu Sekolah Misalnya, tenaga administrasi sama pentingnya dengan tenaga pengajar, dan sebaliknya.

(14) Tradisikan pertemuan antar pengajar dan siswa untuk mereview proses belajar-mengajar dalam rangka memperbaiki pendidikan/pengajaran yang bemutu. Pertemuan dengan orang tua siswa, pertemuan dengan tokoh masyarakat, dengan alumni, pemerintah daerah, pengusaha dan donatur sekolah dapat dilakukan oleh penyelenggara Sekolah. Pendek kata, hendaknya semua unsur yang berkepentingan dengan sekolah dapat berpartisipasi ikut mengembangkan sekolah mencapai mutu yang baik.

Mendasarkan hal-hal diatas, tampak bahwa sebenarnya mutu pendidikan adalah merupakan akumulasi dari semua mutu jasa pelayanan yang ada di lembaga pendidikan yang diterima oleh para pelanggannya. Layanan pendidikan adalah suatu proses yang panjang, dan kegiatannya yang satu dipengaruhi oleh kegiatannya yang lain. Bila semua kegiatan dilakukan dengan baik, maka hasil akhir layanan pendidikan tersebut akan mencapai hasil yang baik, berupa “mutu terpadu.

3. Persyaratan dan Implementasi Total Quality Management (TQM) dalam pendidikan

Untuk melakukan perubahan diperlukan kometmen yang kuat. Dalam suatu perubahan pasti ada penolakan terhadap perubahan tersebut. Namun demikian, perubahan harus tetap dilakukan demi kemajuan yang ingin dicapai. Ada bebarapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan perubahan:

1. Perubahan akan sulit dilakukan jika menejemen puncak (pimpinan) tidak menginformasikan proses perubahan secara terus menerus kepada karyawan atau bawahannya.

2. Persepsi atau interprestasi karyawan sangat mempengaruhi penolakan terhadap perubahan. Karyawan akan mendukung perubahan jika manfaat perubahan lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Oleh karena itu seorang menejer diharapkan sering menginformasikan mengenai setiap perubahan pada karyawan serta menyampaikan alasan dan dasar pemiiran dilakukan perubahan.

Menurut Tjiptono & Anstasia Diana (2003: 332), Ada beberapa syarat untuk melaksanakan TQM meliputi komitmen dari menajemen puncak, komitmen sumber daya yang dibutuhkan, adannya Stering committe dari seluruh bagian organisasi, perencanaan dan publikasi, pembentukan infrastruktur pendukung penyebar luasan dan perbaikan berkesinambungan.

Persyaratan tersebut jika di terapkan dalam lingkungan sekolah dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Komitmen dari manajemen puncak

Hal utama yang harus ada agar TQM dapat dilaksanakan dan mencapai tujuan adalah perlunnya komitmen puncak dari sekolah dalam hal ini kepala sekolah. Komitmen yang diperlukan bukan hanya sumber daya yang diperlukan tetapi juga waktu yang dicurahkan. Kepala sekolah harus mencurahkan tenaga, pikiran, dan waktu untuk implementasi TQM. Dengan keterlibatan manajeman puncak (kepala sekolah) pelaksanaan TQM akan dapat digerakan, diawasi, dan dievaluasi oleh kepala sekolah secara langsung

b. Komitmen sumber daya yang dibutuhkan,

Bahwa segala sesuatu memang memerlukan biaya. Namun kita harus harus dapat menggunakan biaya yang ada seefesien mungkin. Biaya digunakan untuk melakukan pelatihan bagi elemen sekolah dan konsultan. Kedua hal tersebut biayanya harus selalu ada.

c. Adannya stering committe dari seluruh bagian organisasi,

Stering committe ini di ketuai leh kepala sekolah dan anggotanya dari wraga sekolah misalnya wakil kurikulum, kesiswaan, humas, sarana pprasarana, kpala adminstrasi sekolah. Strering komite ini berfungsi menentukan cara implentasi TQM dan kemudian memantau pelaksanaanya. Dalam menjalankan tugasnya Stering committe harus membuat perencanaan, menentukan sasaran, menentukan tujuan, melaksanakan dan memantau hasil yang dicapai. Stering commite ini juga harus membentuk tim tim lagi untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen adalah adannya keasatuan arah, komando dan tujuan sehingga kerja tim dapat mencapai sasaran dan tujuan dengan tepat.

d. Perencanaan dan publikasi

1. Membuat visi sekolah yang melibatkan warga sekolah

Visi adalah pandangan jangka panjang yang merupakan perpaduan langkah strategis dan sesuatu yang dicita citakan oleh lembaga (sekolah). Visi sebaiknya disusun secara bersama oleh warga sekolah sehingga mereka akan mengetahui ke arah mana sekolah akan dibawa. Visi hendaknya dinyatakan dengan kalimat yang padat dan bermakna yang nantinya dapat dijabarkan ke dalam tujuan dan indikator. Sebagai contoh Visi sekolah “ UNGGUL DALAM PRESTASI DAN PELAYANAN BERDASARKAN IMAN DAN TAKWA” dengan indikator sebagai berikut:

• Unggul dalam pencapaian nilai Ujian Nasional

• Unggul dalam bidang kesenian

• Unggul dalam bidang olahraga

• Unggul dalam penulisan karya ilmiah remaja (KIR)

• Unggul dalam ketrampilan tata boga dan Busana

• Unggul dalam kegiatan keagamaan

• Memiliki lingkungan sekolah yang nyaman dan kondusif untuk belajar

• Unggul dalam kebersihan dan kesehatan sekolah

• Menguasai pengetahuan dan teknologi Komputer

• Unggul dalam memberikan pelayanan

2. MembuaT Sasaran dan Tujuan Umum

Sasaran maupun tujuan harus sesuai dengan visi yang telah di buat secara bersama. Sasaran dan tujuannya hendaknya mencerminkan kegiatan akdemik dan non akademik yang akan dicapai oleh sekolah. Contoh tujuan sekolah dalam jangka waktu 4 tahun

• Siswa lulus 100 % ujian nasional UN dan ujian sekolah US dengan rata rata nialai 6,00

• 70 % siswa yang lulus diterima di SMU/SMK Negeri yang berkualitas.

• Juara II lomba kesenian Tingkat Provinsi

• Juara dalam bidang olah raga tingkat kota maupun provinsi

• Tim KIR aktif mengikuti lomba lomba tingkat kota maupun provinsi

• 90 % siswa terampil dalam ketrerampilan kerumahtanggaan ( tata boga dan Busana)

• 80 % Siswa mampu membaca Al Qura”an dengan tartil

• Juara lomba wiyata mandala tingkat kota Samarinda

• 90 % Siswa dapat mengoperasikan Komputer dan internet

• Sekolah memberikan pelayanan kepada siswa, orang tua, dan masyarakat dengan baik

3. Rencana Implementasi TQM

Rencana yang dibuat diarahkan untuk visi, misi dan tujuan sekolah

4. Program penghargaan dan pengakuan prestasi

5. Pendekatan publisitas .

Seluruh elen sekolah harus mengetahui apa yang sedang terjadi dalam lingkungan sekolah. Oleh karena jika terdapat informasi maka elemen sekolah harus diberi tahu sehingga mereka dapat memahami dan mendukung keputusan manajemen

e. Pembentukan infrastruktur pendukung penyebar luasan dan perbaikan berkesinambungan.

Faktor yang tidak kalah pentingnya dalam implementasi TQM adalah infrastruktur yang mendukung penyebar luaskan TQM di seluruh bagian organisasi (sekolah) dan perbaikan berkesinambungan, visi, tujuan, program pengakuan, penghargaan atas prestasi dan komunikasi.

4. Fase Fase Implementasi Total Quality Management (TQM

George dan A Weimerskirch ( 1994: 259-269) menyatakan bahwa ada 6 fase Implementasi Total Quality Management (TQM yaitu:

1. Komitmen manajemen senior terahadap perubahan

2. Penilaian sistim perusahaan (sekolah) baik secara internal maupun eksternal

3. Pelembagaan fokus pada pelanggan

4. Pelembagaan TQM dalam perencanaan strategik, keterlibatan karyawan, manajemen proses dan sistem pengukuran

5. Penyesuaian dan perluasan tujuan manjemen guna memenuhi dan melampaui harapan pelanggan.

6. Perbaikan atau penyempurnaan sistim

5. Faktor Penyebab Kegagalan Implementasi Total Quality Management (TQM)

TQM merupakan pendekatan baru yang menyeluruh yang membutuhkan perubahan total atas paradigma manajemen tradisional , komitmen jangka panjang, kesatuan tujuan, dan pelatihan pelatihan khusus. Kegagalan pelaksanaan TQM juga disebabkan pelaksanaan yang setengah hati dan harapan yang tidak realistik. Kesalahan kesalahan yang sering dilakukan dam implementasi TQM adalah

1. Delegasi dan kepemimpinan yang tidak baik

Inisiatif perbaikan kualitas semestinnya datang dari pihak manajemen yang mana mereka harus terlibat langsung dalam pelaksanaanya. Jika hal ini diserahkan kepada kosultan atau pihak lain yang digaji maka kemungkinan kegagalan sangat besar

2. Pembentukan tim yang tidak kompak karena tidak memiliki pemahaman yang sama dan tidak adanya perubahan budaya kerja baru.

Ketidak kekompakan tim akan menghambat kerja tim dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, manajemen seharusnya menyatukan pandangan, persepsi , dan pemahaman yang sama terhadap tim sehingga kegagalan dalam kerja dapat diminimalisir. Budaya kerja juga perlu adanya perubahan, budaya kerja yang kurang baik harus segera dibenahi sebab akan menggangu kinerja tim

3. Menggunakan pendekatan yang terbatas dan dogmatis

4. Harapan yang berlebihan dan tidak realistis

Harapan hendaknya disusun secara realistik. Contohya sekolah mengirim beberapa guru mengikuti pelatihan beberapa minggu tentang model model pembelajaran di kelas. Guru tidak mungkin langsung terampil dan profesional dalam mengimplentasikan dalam kelas. Untuk mencapai profesional guru harus memimplementasikan dengan waktu ayang lama melalui poroses.

5. Adannya anggapan bahwa karyawan setelah mendapat pelatihan yang bersangkutan akan menghasilkan yang positif. Padahal dalam prakteknya karyawan tidak tahu apa yang harus dilakukan..

Simpulan

TQM merupakan pendekatan baru yang menyeluruh yang membutuhkan perubahan secara total . Hal yang harus diperhatikan dalam implementasi TQM adalah 1) Fokus pada pelanggan artinnya bagaimana lembaga dapat memenuhi melebihi dari kebutuhan dan keinginan pelanggan.2) Kepemimpinan dalam TQM harus dapat menggerakan, mengarahkan dalam mencapai tujuan, 3) Keterlibatan semua orang yang ada di lembaga (sekolah) dalam merencanakan, melaksanakan maupun mengevaluasi program demi tercapainnya tujuan lembaga. 4) Menggunakan pendekatan proses, 5) Pendekatan sistem pada manajemen 6) melakukan perbaikan berkelanjutan atau berkesinambunngan 7) Pengambilan keputusan berdasarkan fakta dan data 8) Hubungan dengan pemasok yang saling menguntungkan

Dalam mengimplementasikan TQM sekolah telebih dahulu harus memenuhi persyaratan persyaratan dengan melakukan melalui fase fase atau tahapan tahapan sehingga kemungkinan kegagalam dalam pelaksanaanya kecil

Daftar Pustaka

-------------- ( 2009) Sekilas tentang Total Quality Manajement Dalam Pendidikan. Diakses pada tanggal 14 Desember 2009 dari http:/ www.uns.ac.id/data/0022.pdf

George S. & A Weimerskirch (1994). Total Quality Manajement New York: John Wiley & sons., Inc.

Goetsch, DL & Davis (1994). Introduction to Total Quality: Quality, Productivity, Competitiveness. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall Internasional, Inc.

Salis, E.. (1993). Total Quality Management in Education. Kogan Page.London

Sukardi R. (2009). Penerapan ManajemenMutuTerpadu. Diakses pada tanggal 14 Desember 2009 dari http:/ www. ravik.staff.uns.ac.

Tjiptono F & Diana A (2003). Total Quality Management, Yogyakarta: Andi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar