Banyak orang berdo’a kepada Allah ta’ala, akan tetapi banyak di antara mereka merasa do’anya tidak dikabulkan. Hal semacam ini sering menimpa kaum muslimin pada umumnya. Mereka berharap do’a yang dia panjatkan dapat segera terealisasi. Inilah yang disebut dengan “tergesa-gesa dalam berdo’a”. Seorang muslim sudah sepatutnya menghindari sikap semacam ini, karena sikap tersebut merupakan salah satu penghalang terkabulnya do’a. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Akan dikabulkan do’a salah seorang di antara kalian selama tidak tergesa-gesa dalam berdo’a.” Kemudian beliau ditanya, “Wahai Rasulullah bagaimanakah bentuk tergesa-gesa dalam berdo’a?” Beliau menjawab, “Seseorang yang berdo’a kemudian mengatakan, “Aku telah berdo’a kepada Allah tetapi Allah tidak segera mengabulkan do’aku”. (Sunan Ibnu Majah, Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan bahwa seluruh do’a yang baik, hakikatnya dikabulkan oleh Allah ta’ala, akan tetapi dengan bentuk pengabulan yang bermacam-macam, terkadang Allah langsung memberikan apa yang diminta atau terkadang Allah memberikan pengganti yang serupa, sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam, “Tidaklah seorang muslim berdo’a dengan do’a yang tidak mengandung dosa di dalamnya, tidak pula do’a yang memutus silaturahmi, melainkan Allah ta’ala akan memberikan satu di antara tiga hal: mungkin Allah akan merealisasikan do’a tersebut, atau mungkin dengan do’a tersebut Allah akan menyelamatkannya kelak di akhirat, atau mungkin Allah akan menghilangkan dari diri orang tersebut kesulitan yang semisal”. (HR. Ahmad, derajatnya hasan shohih) (Lihat Fathul Baari, 18/55)
Bersungguh-Sungguh dalam Berdo’a Kepada Allah Ta’ala
Salah satu tata cara do’a yang diajarkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam adalah bersungguh-sungguh dalam berdo’a kepada Allah ta’ala. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian berdo’a, maka janganlah katakan: Ya Allah, ampunilah aku jika Engkau menghendaki, akan tetapi bersungguh-sungguhlah dalam berdo’a, dan perbesarlah harapan, karena Allah tidak akan merasa keberatan dengan sesuatu yang Dia berikan kepada hamba-Nya”. (HR. Muslim. no.2679)
Hendaklah seorang muslim berdo’a kepada Allah ta’ala dengan do’a yang mencakup seluruh kebaikan di dunia maupun di akhirat. Sebagian orang berdo’a kepada Allah meminta kebaikan yang sangat terbatas, sebagian mereka berdo’a, “Ya Allah berikanlah kepadaku ini dan itu”, ataupun do’a yang semisalnya, yang hanya bersifat materi dan duniawi. Lihatlah bagaimana bentuk do’a yang diajarkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam, dan beliau senantiasa mengulang-ulang do’a ini pada setiap kesempatan, “Ya Allah, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan jagalah kami dari siksaan api neraka”. (HR. Muslim)
Salah satu cara bersungguh-sungguh dalam dalam berdo’a adalah memahami do’a yang diucapkan. Sebagian orang lalai dari memahami dan mengerti makna do’a yang diucapkan. Seakan-akan keluar dari mulut mereka lafadz-lafadz do’a berbahasa arab, sementara hati-hati mereka kosong akan makna do’a tersebut. Padahal Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Berdo’alah kepada Allah dalam keadaan kalian yakin akan dikabulkan, ketahuilah bahwa Allah tidak menerima do’a dari hati yang lalai”. (HR. Tirmidzi, dihasankan oleh Syaikh Al Albani)
Waktu-Waktu Mustajab untuk Berdo’a
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam telah menjelaskan tentang waktu-waktu yang mustajab untuk berdo’a. Di antaranya adalah saat sepertiga akhir malam, beliau bersabda, “Sesungguhnya Rabb kami tabaraka wa ta’ala turun setiap malam turun ke langit dunia, hingga tersisa sepertiga malam terakhir, kemudian Allah berfirman (yang artinya): Barangsiapa yang berdo’a, maka akan Aku kabulkan; barangsiapa yang meminta, akan Aku beri; dan barangsiapa yang meminta ampun, Aku akan mengampuninya” (HR. Bukhari)
Waktu yang lainnya adalah waktu-waktu di antara adzan dan iqamah. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Do’a antara adzan dan iqamah tidak akan ditolak”. (HR.Abu Daud, Syaikh Al Albani menilai shahih)
Di antara waktu lain yang mustajab untuk berdo’a adalah ketika sujud, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Saat terdekat seorang hamba dengan Rabb-nya adalah ketika sujud, maka ketika itu perbanyaklah do’a” (HR. Muslim)
Dan waktu-waktu lainnya yang terdapat keterangannya dalam hadits Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam.
Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan bahwa seluruh do’a yang baik, hakikatnya dikabulkan oleh Allah ta’ala, akan tetapi dengan bentuk pengabulan yang bermacam-macam, terkadang Allah langsung memberikan apa yang diminta atau terkadang Allah memberikan pengganti yang serupa, sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam, “Tidaklah seorang muslim berdo’a dengan do’a yang tidak mengandung dosa di dalamnya, tidak pula do’a yang memutus silaturahmi, melainkan Allah ta’ala akan memberikan satu di antara tiga hal: mungkin Allah akan merealisasikan do’a tersebut, atau mungkin dengan do’a tersebut Allah akan menyelamatkannya kelak di akhirat, atau mungkin Allah akan menghilangkan dari diri orang tersebut kesulitan yang semisal”. (HR. Ahmad, derajatnya hasan shohih) (Lihat Fathul Baari, 18/55)
Bersungguh-Sungguh dalam Berdo’a Kepada Allah Ta’ala
Salah satu tata cara do’a yang diajarkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam adalah bersungguh-sungguh dalam berdo’a kepada Allah ta’ala. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian berdo’a, maka janganlah katakan: Ya Allah, ampunilah aku jika Engkau menghendaki, akan tetapi bersungguh-sungguhlah dalam berdo’a, dan perbesarlah harapan, karena Allah tidak akan merasa keberatan dengan sesuatu yang Dia berikan kepada hamba-Nya”. (HR. Muslim. no.2679)
Hendaklah seorang muslim berdo’a kepada Allah ta’ala dengan do’a yang mencakup seluruh kebaikan di dunia maupun di akhirat. Sebagian orang berdo’a kepada Allah meminta kebaikan yang sangat terbatas, sebagian mereka berdo’a, “Ya Allah berikanlah kepadaku ini dan itu”, ataupun do’a yang semisalnya, yang hanya bersifat materi dan duniawi. Lihatlah bagaimana bentuk do’a yang diajarkan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam, dan beliau senantiasa mengulang-ulang do’a ini pada setiap kesempatan, “Ya Allah, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan jagalah kami dari siksaan api neraka”. (HR. Muslim)
Salah satu cara bersungguh-sungguh dalam dalam berdo’a adalah memahami do’a yang diucapkan. Sebagian orang lalai dari memahami dan mengerti makna do’a yang diucapkan. Seakan-akan keluar dari mulut mereka lafadz-lafadz do’a berbahasa arab, sementara hati-hati mereka kosong akan makna do’a tersebut. Padahal Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Berdo’alah kepada Allah dalam keadaan kalian yakin akan dikabulkan, ketahuilah bahwa Allah tidak menerima do’a dari hati yang lalai”. (HR. Tirmidzi, dihasankan oleh Syaikh Al Albani)
Waktu-Waktu Mustajab untuk Berdo’a
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam telah menjelaskan tentang waktu-waktu yang mustajab untuk berdo’a. Di antaranya adalah saat sepertiga akhir malam, beliau bersabda, “Sesungguhnya Rabb kami tabaraka wa ta’ala turun setiap malam turun ke langit dunia, hingga tersisa sepertiga malam terakhir, kemudian Allah berfirman (yang artinya): Barangsiapa yang berdo’a, maka akan Aku kabulkan; barangsiapa yang meminta, akan Aku beri; dan barangsiapa yang meminta ampun, Aku akan mengampuninya” (HR. Bukhari)
Waktu yang lainnya adalah waktu-waktu di antara adzan dan iqamah. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Do’a antara adzan dan iqamah tidak akan ditolak”. (HR.Abu Daud, Syaikh Al Albani menilai shahih)
Di antara waktu lain yang mustajab untuk berdo’a adalah ketika sujud, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Saat terdekat seorang hamba dengan Rabb-nya adalah ketika sujud, maka ketika itu perbanyaklah do’a” (HR. Muslim)
Dan waktu-waktu lainnya yang terdapat keterangannya dalam hadits Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar