Uzbekistan,
Mutiara Islam di Jantung Asia Tengah
Mutiara Islam di Jantung Asia Tengah
Kondisi Geografis
Dalam sejarah Islam, Asia Tengah tercatat sebagai kawasan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan islam. Dari sanalah lahir para ulama dan pemikir yang sangat beerpengaruh di dunia Islam. Seperti Imam Al-Bukhari, Imam Muslim, Imam Al-Ghazali, ibnu Sina, Al-Farabi, Al-Biruni, Al-Kindi, Al-HAitami, dan lain-lain. Uzbekistan, adalah satu dari Negara-negara yang berada di kawasan itu.
Dengan kontur alam yang indah, Uzbekistan terletak di jantung Asia Tengah, di antara sungai Amu Darya dan Syr Darya yang bermuara dilaut Aral di wilayah utara Negara ini. Di sebelah barat dan utara dibatasi oleh Negara Kazakhstan. Sementara garis tapal batas yang membentang di bagian selatan bertemu dengan Turkmenistan dan sebagian wilayah Afganistan di sisi tenggata. Di sebelah timur bertetangga dengan Kirghiztan dan Tajikistan. Bangsa Uzbek, Rusia, tajik, Kazakh, dan Tatar hidup disini salam suasana musim ekstrem, dengan kemarau panjang dan musim dingin yang pendek yang sedikit bersalju.
Tanah Uzbekistan sebagian besar terdiri dari padang pasir dan semi padang pasir. Hanya sepertiga saja dari 447ribu kilometer luas wilayahnya yang terdiri dari lembah dan pegunungan. Namun yang terdiri dari menara-menara anggun, madrasah-madrasah dan bangunan berarsitektur oriental. Selain itu, kembar-kembar sutra cantik, sulaman emas kelas dunia, dan pemandangan budaya Islam di abad pertegahan nan eksotik terhampar luas di hyahamper seluruh wilayahnya. Dan, di Negara ini terdapat tiga kota besar yang sejak lama kesohor sebagai kawasan jalur sutra (Silk Road); Samarkand, Bukhara dan Khiva.
Awal Mula Masuknya Islam
Islam mulai masuk dan mewarnai kehidupan bangsa Uzbekistan sejak abad 8, ketika Qutaybah ibn Muslim membuka wilayah ini untuk Islam, dimasa pemerintahan Khalifah Abdul Malik bin Marwan. Hingga pada abad 10, bahasa Arab menjadi bahasa jajaran pemerintahan, literature dan perniagaan. Selama berada di bawah pengaruh Islam, Yaitu zaman Khilafah Bani Abbasiyah, sepanjang abad 8 dan 9, kawasan ini mencapai masa keemasannya. Kota Bukhara, misalnya, menjadi salah satu pusat ilmu pengetahuan, budaya dan seni bagi Islam. Keistimewaan-keistimewaannya bahkan pantas disejajarkan dengan pusat-pusat megnet dunia Islam sekelas Baghdad, kairo dan Kordoba.
Semacam determinasi sebagai perkembangan teknologi. Hal ini terlihat dari kemunculan industry kertas di Samarqand sejak abad ke-8 M di bawah pengaruh Cina yang menjadi tempat belajar penduduk Samarqand dalam manufaktur kertas. Kehadiran kertas dengan segera menggantikan fungsi daun lontar dan kulit di negeri-negeri Muslim pada abad ke-10 M. selain kertas, Ubekistan juga adalah daerah penghasil katun, bahkan hingga sekarang. Diperkirakan 60% katun Rusia dibuat di sana. Sementara itu Bukhara dikenal sebagai pusat kerajinan karpet yang berkualitas, dan Khiva dikenal sebaga kawasan peternakan domba dan penghasil wol.
Ketika pemerintahan Khilafah Bani Abbasiyah mulai meredup dan Negara-negara kecil di kawasan Iran menguat dan mendominasi kawasan iran dan Asia Tengah, bahasa Persia kemudian mendapatkan tempat kembali menggantikan bahasa Arab sebagai bahasa resmi pemerintahan dan kesusasreraasn. Dan kini, penduduknya menggunakan bahasa Uzbek yang masih serumpun dengan bahasa Turki, selain bahara Rusia yang telah berakar selama masa Soviet.
Pada abab 13, tepatnya di tahun 1220 M, Jenghis khan dari bangsa Mongol sampai ke wilayah ini bersamaan dengan invasi luasnya ke berbagai negeri Islam. Kemudian, di tahun 1300-an muncul nama Timur leng (1336-1405 M), atau di barat di kenal dengan Tamerlane. Muslim Uzbekistan sendiri menyebutnya Amir Temur. Nama besarnya berkibar di seantero Asia Tengah lataran keberhasilannya melepaskan zbekistar dari penjajahan bangsa Mongol dan memperluas wilayah kekuasaan yang berpusat di Samarqand.
Di tahun-tahun berikutnya, kawasan ini terpecah-pecah ke dalam Negara-negara kota yang kental dengan warna Persia. Pada abad ke-19, Kekaisaran Rusia mulai berekspansi dan menyebar ke Asia tengah. Hingga pada 1865, Uni Soviet menduduki kota Tashkent, yang sekarang menjadi ibukota Uzbekistan.
Era Uni Soviet
Pada tahun 1924, menyusul menguatnya kekuatan Soviet, Republik Sosialis Uzbekistan dibentuk. Luas wilayahnya meliputi Tajikistan, meski kemudian dipisahkan pada tahun 1929. Sementara itu Samarqand, ibukota pertama Uzbekistan diganti dengan Tashkent pada tahun 1930. Semua langkah itu adalah bagian dari strategi Soviet untuk melemahakan kekuatan kaum Muslim Uzbek. Moskow juga memanipulasi para pemimpin local rakyat Uzbek. Elit partai Komunis Uzbek diganti oleh orang-orang yang loyal pada pemerintahan Stalin.
Sebagaimana negeri-negeri muslim lainnya, keislaman rakyat Uzbekistan terbatas pada ajaran tradisional, bahkan sangat terbelakang. Kebijakan politik represif pemerintah komunis Uni Soviet, hanya menjalankan sholat wajib sekali dalam sehari dari lima waktu yang di wajibkan, ibadah puasa Ramadhan dijalankan kurang dari sebulan, sementara ibadah haji yang memang sudah terlarang dilakukan, tapi bukan ke tanah duci melainkan kebeberapa tempat ‘kramat’di Soviet. Sementara para tokoh agama mencampuradukkan pemikiran Islam dengan konsep-konsep sosialisme dalam kehidupan.
Masyarakat muslim di Uzbekistan menalami penderitaan dan penyiksaan yang kejam pada masa pemerintahan Uni Soviet. Semua sekolah dan masjid-masjid ditutup, kecuali empat masjid dan dua sekolah; Mir Arab di Bukhara dan Mubarakkhan di Tasykand. Masjid-masjid dijadikan kandang babi atau took minuman keras. Beribu-ribu umat Islam dikirim ke Siberia untuk ditawan di kamp-kamp konsentrasi, sehingga mereka meninggal dalam keadaan mengenaskan.
Tangan Besi Islam Karimov
Setelah Uni Soviet runtuh diawal tahu 1990-an, perlahan-lahan negeri-negeri di Asia Tengah melepaskan diri dari Negara induknya yang memerdekakan diri menjadi negera-negara Republik. Dan Uzbekistan berdirisebagai Negara merdeka pada tanggal 1 September 1991, dengan Islam Karimov sebagai presidennya, karimov lahir tahun 1938 di kota Samarqand, mengenyam pendidikan dibidang ekonomi. Dimasa rezim Uni Soviet, ia menjabat Menteri keuangan dan Sekretaris Pertama di Komite Sentral partai Komunis Uzbekistan.
Islam karimov ternyata tak seindah namanya. Di bawah kekuasaannya, kemerdekaan dan konsisen dengan keislaman adalah hal yang bersebrangan. Harapan kaum muslim Uzbek untuk melaksanakan syari’at Islam terganjal tindakan represif pemeerintahan karimov. Propaganda anti-Islam ala Komunis Soviet kembali berkumandang. Islam karimov menegaskan tekadnya untuk memerangi ssetiap gerakan islam kaum fundaamentalis di negaranya. Menurutnya, gerakan Islam itu merupakan sumber kekacauan di negara tetagganya, Tajikistan.
“Kami tidak akan membiarkan slogan keagamaan menjadi symbol perjuangan dan mencampuri urusan politik, ekonomi dan hokum. Sebab, itu bisa menjadi ancaman seriud bagi keamanan dan stabilitas negara,” kata Karimov, dalam pidato menyebut abad 21, tahun 1997 di Tashkent.
Karimov lalu mengampanyekan anti fundamentalisme Islam di berbagai media. Radio-radio di Uzbekistan menyebut kemuncuan gerakan Islam sebagai aksi ‘cuci otak’ yang berbahaya bagi anak-anak muda dengan selubung agama. Pemerintah Karimov juga mengkooptasi sejumlah khatib jum’at dan imam-imam masjid di Uzbek untuk membantu kampanye tersebut.
Seelain itu, pemerintah juga memperketat pengawasan terhadap bebagai aktivitas di masjid-masjid. Bahkan, umat Islam yang menunaikan sholat dimasjid, memelihara jenggot, membawa mushaf (Al-Qur’an), membaca majalah-majalah dan makalah islam, akan dicatat sebagai muslim fundamentalis. Sekolah-sekolah Islam diawasi secara ketat. Mereka diharuskan menyerahkan daftar nama siswa dan lulusannya kepada pemerintah. Para pemuda Islam di batasi aktivitasnya dan bahkan dilarang belajar ke liar negeri. Pemerintahan Karimov juga menekan kelompok muslim di Lembaga Ferghana (Ferghana Valley) yang telah menyatakan Ferghana, yang berada di kawasan timur Uzbekistan, sebagai wilayah Islam.
Berbagai penangkapan terhadap mereka yang dicurigai menjadi aktivis gerakan Islam yang eksis disana terus terjadi. Pada tanggal 20 April 1999, dilaporkan tidak kurang dari 500 orang yang dicurigai fundamentalisme islam ditangkap. Sebagian besar tidak menjalani proses pengadilan. Dengan tangan besinya, Karimov terus melenggang tahta kekuasaannya hingga kini, kendati protes dari berbagai dunia dilamatkan untuk menentang kekejamannya.
Negara dengan populasi muslim terbesar di wilayah bekas jajahan Rusia ini (sekitar 25juta jiwa), dulu dikenal sebagai mutiara Islam di jantung Asia Tengah. Namun kini,nasib mutiara ini kian redup akibar maker (tipu daya) dari musuh-musuh Islam. Tugas mengembalikan cahaya Islam disana, berada di atas pundak setiap muslim.*
**sumber: majalah An-Najah edisi November 2009
Ide kreatif : Tegoeh Al Banna
Diketik ulang: Hawa Mumtaaz ILyas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar