By: Mohammad Badrus S
Masalah keuangan adalah merupakan masalah yang cukup mendasar di sekolah. Karena setiap komponen pendidikan disekolah erat kaitannya dengan komponen keungan sekolah. Meskipun tidak sepenuhnya, maslah keuangan akan berpengaruh secara langsung terhadap kualitas sekolah, terutama berkaitan dengan gaji guru, sarana prasarana dan sumber belajar. Banyak sekolah-sekolah yang tidak dapat melaksnanakan tugas belajar mengajar secara optimal, hanya karena masalah keuangan. Dalam kaitan ini, meskipun tuntutan reformasi adalah pendidikan murah, namun pendidikan yang berkualitas senantiasa memerlukan dana yang cukup banyak.[1]
Sejalan dengan kebijakan otonomi daerah, yang menyerahkan masalah pendidikan ke daerah dan sekolah masing-masing, maka masalah keuanganpun menjadi kewenangan yang diberikan secara langsung dalam pengelolaannya kepada sekolah.[2] Implikasi diberlakukannya kebijakan desentralisasi pendidikan, membuat para pengambil keputusan sering kali mengalami kesulitan dalam mendapatkan referensi tentang komponen pembiayaan pendidikan. Kebutuhan tersebut dirasakan semakin mendesak karena masalah pembiayaan ini sangat menentukan kesuksesan program MBS ataupun KTSP yang saat ini diberlakukan.
Secara umum pembiayaan pendidikan adalah sebuah kompleksitas, yang didalamnya akan terdapat saling keterkaitan pada setiap komponennya, yang memiliki rentang yang bersifat mikro (satuan pendidikan) hingga yang makro (nasional), yang meliputi sumber-sumber pembiayaan pendidikan, sistem dan mekanisme pengalokasiannya, efektivitas dan efisiensi dalam penggunaanya, akuntabilitas hasilnya yang diukur dari perubahan-perubahan yang terjadi pada semua tataran, khususnya sekolah, dan permasalahan-permasalahan yang masih terkait dengan pembiayaan pendidikan, sehingga diperlukan studi khusus untuk lebih spesifik mengenal pembiayaan pendidikan ini.
Adapun pembiayaan sekolah adalah proses dimana pendapatan dan sumber daya tersedia digunakan untuk memformulasikan dan mengoperasionalkan sekolah di berbagai wilayah geografis dan tingkat pendidikan yang berbeda-beda. Pembiayaan sekolah ini berkaitan dengan bidang politik pendidikan dan program pembiayaan pemerintah serta administrasi sekolah. Beberapa istilah yang sering digunakan dalam pembiayaan sekolah, yakni school revenues, school expenditures, capital dan current cost. Dalam pembiayaan sekolah tidak ada pendekatan tunggal dan yang paling baik untuk pembiayaan semua sekolah karena kondisi tiap sekolah berbeda.[3]
Dalam menghitung biaya pendidikan ini, faktor input dan output dari pendidikan serta proses yang ada didalamnya dikaitkan dengan program pengurangan biaya dan peningkatan efisiensi, dapat dihitung menggunakan teknik (cost analysis): 1) productifity measurement atau analisa cost-effectiveness atau 2) analisis cost-benefit. Hasil perhitungan biaya pendidikan dapat mengevaluasi apakah investasi tersebut menguntungkan atau tidak baik untuk individu tersebut (private rate of return) ataupun untuk masyarakat secara luas (social rate of return).[4]
Manfaat pendidikan adalah sarana untuk meningkatkan sumber daya manusia. Dengan pendidikan potensi seperti kemampuan berusaha, berkreasi, berkerjasama, toleransi dan sebagainya dapat dikembangkan dan diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari.[5] Selain sebagai sarana pelestarian nilai antar generasi, juga merupakan saranayang dapat memberikan peningktan ekonomi, meskipun hal tersebut bukanlah tujuan utama dari diselenggarakanya proses pendidikan, namun dapat dikatakan secara tersirat harapan akan dimilikinya nilai produktifitas ekonomi yang lebih tinggi pada akhir proses tersebut. Hal ini kemudian mendorong tumbuhnya anggapan bahwa semakin tinggi nilai investasi yang ditanam dalam pendididikan maka produktifitas ekonomi akan lebih tinggi sebagai hasil dari pendidikan.[6]
[1] E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), 198
[2] Ibid.
[3] BSNP, , Standar Biaya Pendidikan Biaya Operasi Sekolah Menengah Pertama, (Jakarta : Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006), 4
[4] Ibid
[5] Umar tirtajaya da la Sula, Pengantar Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2000)
[6] Rudi Hadis Suwarno, “Pendidikan Berbasisi Masyarakat Contoh Dalam Dunia Tata Rambut” dalam Reformasi Pendidikan Dalam Konteks Otoda, eds. Fasli Jalal & Dedi Supriadi (Yogyakarta : Adicita Karya Nusa, 2001), 214
Tidak ada komentar:
Posting Komentar