Pendahuluan
Filosofi pendidikan
Pendidikan biasanya berawal pada saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia akan bisa (mengajar) bayi mereka sebelum kelahiran.
Banyak orang yang lain, pengalaman kehidupan sehari-hari lebih berarti daripada pendidikan formal. Seperti kata Mark Twain, "Saya tidak pernah membiarkan sekolah mengganggu pendidikan saya." Anggota keluarga mempunyai peran pengajaran yang amat mendalam, sering kali lebih mendalam dari yang disadari mereka -- walaupun pengajaran anggota keluarga berjalan secara tidak resmi.
Pengertian Pendidikan
Pendidikan secara bahasa diambil dari kata “Tarbiyah” yang mengandung paling tidak lima makna :
Tarbiyah berarti perbaikan.
Dalam hal ini pendidikan berarti melakukan perbaikan terhadap anak didik Perbaikan ini kadang tidak memerlukan tambahan, karena bisa dengan merubah atau mengurangi.
Tarbiyah berarti pengembangan dan penambahan.
Dalam hal ini pendidikan berarti mengembangkan dan menambah potensi, ilmu, cara berpikir, fisik, daya nalar dan segala sesuatu yang berhubungan dengan anak didik. Ini sesuai dengan firman Allah swt :
“ Dan kamu Lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. ( Qs Al Hajj : 5 )
Tarbiyah berarti merawat dan mengatur serta membimbing. .
Dalam hal ini pendidikan berarti merawat dan mengatur serta membimbing anak didik agar sesuai dengan yang dicita-citakan para pendidik. Dan Allah swt adalah pendidik yang berarti memili, merawat dan mengatur serta membimbing semua yang ada di alam semesta ini, sebagaimana firman-Nya :
“ Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam.” ( Qs Al fatihah : 2 )
Tarbiyah berarti membuat sesuatu secara bertahap sehingga selesai.
Dalam hal ini pendidikan berarti membentuk akhlak dan karakter serta membekali ilmu kepada anak didik secara pelan-pelan dan bertahap sehingga menjadi matang dan menjadi orang yang bermanfaat. Ini sesusai dengan firman Allah swt :
“ Akan tetapi (dia berkata) : “ Hendaknya kamu menjadi orang-orang Robbani, karena kamu selalu mengajarkan al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya “ ( Qs Ali Imran : 79 )
Tarbiyah berarti mengajar .
Dalam hal ini pendidikan adalah mengajarkan ilmu-ilmu yang dibutuhkan anak didik di dalam menggapai cita-citanya.
Adapun pengertian pendidikan secara istilah adalah rangkuman dan gabungan dari pengertian pendidikan secara bahasa, yaitu merubah anak didik dari satu keadaan kepada keadaan yang lebih baik, dengan cara bertahap, yaitu dengan merawat, mengatur dan membimbing serta mengajarinya sesuatu yang bermanfaat di dalam kehidupannya.
Ini pengertian pendidikan secara umum, adapun pengertian pendidikan dalam Islam atau lebih dikenal dengan Pendidikan Islam adalah :
“ Usaha untuk merubah anak didik dari satu keadaan kepada keadaan yang lebih baik dalam segala bidang , dengan cara bertahap, yaitu dengan merawat, mengatur dan membimbing serta mengajarinya sesuatu yang bermanfaat agar bisa hidup bahagia dunia dan akherat sesuai dengan apa yang telah diajarkan oleh Allah swt.”
Tujuan Pendidikan Islam
Pendidikan Islam mempunyai beberapa tujuan, diantaranya adalah tujuan umum, tujuan pribadi dan tujuan kemasyarakatan.
Tujuan Umum
Tujuan Pendidikan Islam secara umum adalah mengantarkan anak didik supaya menjadi hamba Allah yang taat. Ini sesuai dengan firman Allah swt :
“ Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku “ ( Qs Adz Dzariyat : 56 )
“ Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus “ ( Qs Al Bayyinah : 5 )
Adapun pengertian Ibadah adalah :
“ Setiap perbuatan dhohir maupun batin yang dicintai dan ridhoi oleh Allah swt dan sesuai dengan petunjuk Rosulullah saw. “
Tujuan Pribadi
Maksudnya adalah tujuan yang ingin dicapai oleh seseorang dari pendidikan, yang mencakup : aqidah, ilmiyah, jasmaniyah, fikriyah, siyasiyah dan lain-lainnya.
Tujuan Kemasyrakatan .
Tujuan pendidikan yang bersifat kemasyarakatan adalah membentuk sebuah masyarakat yang beramar ma’ruf dan nahi mungkar, sebagaimana firman Allah swt :
“ Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” ( Qs Ali Imran : 110 )
Untuk menuju ke tujuan yang agung tersebut, tentunya Umat Islam harus mempunyai bekal dan kemampuan yang cukup dalam segala bidang. Untuk memperjelas masalah ini, maka bisa katakan bahwa tujuan Pendidikan Islam dalam bentuk kemasyarakatan adalah membentuk sebuah umat yang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
Umat yang hanya beribadat kepada Allah swt
Umat yang menyebarkan Islam dan berdakwah kepadanya
Umat yang menerapkan hukum Allah swt
Umat yang selalu bekerjasama dalam menegakan kebaikan dan ketaqwaan
Umat yang mampu memperhatikan peradaban manusia , yang diaplikasikan dalam beberapa bentuk di bawah ini :
Berusaha untuk menguasai bidang ekonomi
Berusaha untuk menguasai bidang teknologi
Berusaha untuk menguasai bidang management
Selalu memperhatikan pembangunan infrasruktur
Selalu memperhatikan bidang akhlaq.
2.4. Ciri – Ciri Pendidikan Unggul
Salah satu ciri lembaga pendidikan unggul adalah adanya perhatian pada sisi hafalan, praktek mengajar sebagai penunjang hafalan dan pengembangan dari ilmu yang pernah di dapat, proses belajarnya dilakukan secara bertahap dan dalam waktu yang cukup dan memadai, metode yang dipakai harus dengan cara pengulangan secara terus menerus metode pengajarannya membekas dalam diri pelajar, perhatian terhadap pendidikan ruhaniyah, fikriyah, jismiyah, nafsiyah. Untuk memperjelas masalah – masalah di atas, kita rinci sebagai berikut :
Memperhatikan Hafalan dan Pengulangan:
Banyak orang mengira bahwa mengulang dan menghafal pelajaran akan membuat otak tidak berkembang dan tumpul, karena tidak dilatih untuk berpikir. Pernyataan tersebut tidaklah benar, karena sejarah membuktikan bahwa hafalan dan pengulangan ternyata mempunyai kekuatan yang sangat luar biasa. Hal ini telah diakui para ahli, sebut saja Negara Jepang yang terkenal dengan kemajuan teknologinya. Orang-orang besar mereka di dalam mendidik anak buahnya ternyata menggunakan teori pengulangan dan hafalan. Teori pengulangan tersebut dikenal dengan teori ( Repetitive Magec Power ) yang berarti kekuatan ajaib dalam pengulangan. Di Jepang pola ini diterapkan, di mana para instruktur mewajibkan para siswa eksekutifnya untuk mengucapkan kalimat ‘ saya juara “ seratus kali dalam sehari selama masa latihan. Dan ini dimaksudkan untuk menjaga energi agar tidak hilang.
Rahasia keberhasilan PT Matsushita Kotobuki Elektronik Indonesia , cabang dari PT Matsushita di Jepang yang di pimpin oleh pendirinya Konosuke Matsushita yang telah menginfakkan dari uang saku pribadinya sebanyak 291 Juta USD dan 99 Juta USD dari kas perusahaanya untuk kemanusiaan. Perusahan ini mempunyai karyawan yang berjumlah 6000 orang. Ketika apel pagi, mereka semua diwajibkan untuk selalu membaca dan mengulang-ulang tujuh prinsip, yaitu :
1. Untuk selalu berbakti kepada Negara melalui industri.
2. Untuk selalu berlaku jujur , terpercaya dan adil
3. Untuk selalu bekerjasama dengan keselarasan
4. Untuk selalu ramah tamah dan kesatria
5. Untuk selalu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.
6. Untuk selalu bersyukur dan berterimakasih.
Stephen R. Covey penah mengatakan tentang fungsi kebiasan dan mengulang-ulang suatu perbuatan :
“ Taburlah gagasan, petiklah perbuatan, taburlah perbuatan petiklah kebiasaan, taburlah kebiasaan, petiklah karakter, taburlah karakter, petiklah nasib.
William James, seorang ahli psikologi Amerika mengatakan bahwa apa saja yang anda lakukan 45 kali berturut-turut, maka akan menjadi kebiasaan. Menurut Doug Hooper Angka 45 tersebut sangatlah logis. Begitu juga para guru dari Timur telah menjelaskan kebiasaan dengan cara sbb : Kesinambungan suatu pemikiran atau tindakan dalam suatu jangka waktu akan menyebabkan terbentunya sebuah alur, atau saluran di dalam otak. Orang mengatakan bahwa otak itu mirip tanah liat, tempat suatu alur mudah terbentuk. Begitu hal itu terjadi, pemikiran seseorang secara alami akan terus mengalir melalui arah tersebut, sebab hal itu merupakan garis dengan perlawanan yang paling kecil. Tindakannya dilakukan mengikuti bawah sadar atau otomatis. Setelah anda keluar dari “ alur “ atau “ saluran “ lama , maka pikiran anda secara alami akan mengalir melaului saluran yang baru, sementara saluran yang lama berangsung- angsur hilang.
Para santri yang terbiasa belajar dengan cara menghafal dan mengulang-ulang, bahkan kadang secara marathon dan sungguh –sungguh, ketika lulus dan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi ternyata tidak ketinggalan juga. Bahkan dalam mengikuti Ujian yang bertaraf nasionalpun mereka mampu bersaing dengan alumnus-alumnus lembaga pendidikan non pesantren. Pada Ujian Nasional Pendidikan Kesataraan ( UNPK ) tahun 2006/2007 ternyata para santri – yang notabenenya terbiasa dengan menghafal tersebut- tidak mendapatkan kesulitan yang berarti di dalam menjawab soal-soal yang disediakan. Disebutkan dalam Harian Republika bahwa : “ Tercatat pada UNPK tahun lalu kelulusan para santri ponpes mencapai angka lulus lebih dari 80 %.“ Bahkan Direktur Pendidikan Diniyah dan Peantren Depag, Amin Haedar mengatakan : “ Di pesantren itu semangat belajar telah terbentuk , rata-rata mereka cerdas karena mampu menghafal Al Qur’an 30 juz , jadi tak masalah jika harus mengikuti UNPK “
Menurut teori belajar Herbart ( 1776-1841 ), inti belajar, di samping pemebrian tanggapan yang jelas, ialah pengulangan yang bertujuan untuk memasukkan sesering mungkin ke dalam kesadaran.
Pentingnya kebiasaan mengulang suatu pelajaran, akan terlihat jelas juga, ketika anda belajar menyetir mobil atau mengendarai sepeda motor untuk pertama kalinya. Barangkali anda sudah tahu tentang teorinya, hanya karena anda tidak pernah mengulangnya kembali, atau tidak membiasakan diri untuk memakainya, maka anda akan terasa canggung dan asing, ketika mencobanya kembali.Dalam suatu hadits disebutkan :
Diriwayatkan dari Anas ra, bahwasanya Rosulullah saw jika berbicara suatu masalah diulanginya sampai tiga kali, agar bisa dipahami. “ ( HR Bukhari, no : 95 )
Diantara fungsi hafalan adalah sebagai berikut :
1. Pengetahuan yang dihafal, akan tetap berada dalam otak kita.
2. Mampu mengeluarkan hafalannya setiap saat dengan mudah.
3. Bisa memanfaatkan waktu untuk belajar ilmu lain, selain yang sudah dihafal. Hal ini sangat terlihat jelas, ketika seorang penuntut ilmu sedang menghadapi ujian. Ketika dia sudah hafal Al Qur’an umpamanya, maka waktu yang tersisa bisa untuk belajar atau menghafal pelajaran yang lain. Berapa banyak dari pelajar ketika ujian waktunya habis untuk mempersiapkan hafalan Al Qur’an atau bait-bait syi’ir, seandainya dia sudah hafal sebelumnya, tentunya akan banyak membantu dalam memahami pelajaran lain.
4. Manfaat hafalan juga akan terlihat dengan jelas, ketika bukunya hilang, atau lampunya tiba-tiba mati pada malam hari, atau tiba-tiba ia buta.
5. Bisa memanfaatkan waktu dengan mengulangi hafalannya dimanapun ia berada, ketika sedang menyetir mobil, naik kendaran, sedang di atas pesawat, atau sedang menunggu orang di tengah jalan, bahkan ketika sedang berdiri dalam antrian yang panjang.
Rosulullah saw sendiri menganjurkan siapa saja yang sudah menghafal Al Qur’an agar selalu mengulangi-ulangi terus .
تعاهدوا هذا القرآن ، فو الذي نفس محمد بيده لهو أشد تفلتا من الإبل في عقلها
“ Teruslah mengulangi ulang hafalan Al Qur’an, demi Dzat Yang jiwaku di tangan-Nya , hafalan Al Qur’an itu lebih mudah lepas daripada unta yang diikat. ( HR Bukhari dan Muslim )
إنما مثل صاحب القرآن كمثل الإبل المعلقة إن عاهد عليها أمسكها وإن أطلقها ذهبت
Sesungguhnya perumpamaan orang yanghafal Al Qur’an bagaikan orang yang mempunyai unta yang terikat. Jika dia selalu menjaganya, niscaya tidak akan lari, sebaliknya jika dibiarkan, takayal unta itu akan hilang. ( HR Bukhari dan Muslim
Bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar