Senin, 08 Agustus 2011

BIOGRAFI SINGKAT IMAM AHMAD BIN HANBAL

By: Moh. Badrus S
Imam Abu 'Abdillah bin Muhammad bin Hanbal Al-Mar­wazy adalah ulama hadits yang terkenal kelahiran Bagdad. Di samping sebagai seorang muhadditsin, terkenal juga sebagai salah seorang pendiri dari salah satu mazhab empat yang dike­nal oleh orang-orang kemudian, dengan nama mazhab Hanabi­lah (Hanbaly).[1] Beliau dilahirkan pada bulan Rabi'ul-awal, ta­hun 164 H. (780 M.) di kota Bagdad.[2] Beliau pulang ke rahmatullah pads hari Jumat, bulan Ra­bi'ul-Awal, tahun 241 H. (855 M.) di Bagdad.[3]
Dari kota Bagdad inilah beliau memulai mencurahkan perhatiannya belajar dan mencari hadits, sejak beliau baru berumur 16 tahun. Karena merasa belum cukup ilmu-ilmu yang didapatnya dari ulama-ulama Bagdad, maka beliau berkirim surat kepada ulama-ulama hadits di beberapa negeri, untuk kepentingan yang sa­ma, yang kemudian diikuti dengan perantauannya ke kota-kota Mekah, Medinah, Syam, Yaman, Basrah dan lain-lainnya. Dari perantauan ilmiah inilah, beliau mendapatkan guru­guru hadits yang kenamaan, antara lain: Sufyan bin ' Uyainah, Ibrahim bin Sa'ad, Yahya bin Qaththan.[4] Ibrahim bin Saad, Hasyim bin Busyair, Abbad bin Abbad al-Muhalabi, Mu’tamir bin Sulaiman, Ayyub bin Najjar, Yahya bin Abi Zaid, Ali Bin Hasyim, Abi Yusuf, Jabir bin Nuh, Umar bin Ubaid, Qurran bin Tamam, Marwan bin Muawiyah, Abdullah bin Idris, Yahya bin Abdul Muluk, Abu Bakr bi Iyas, Ali bin Ibn Ashim, Tsu’bah bin Harb, Waki’, al-Walid bin Muslim, Muhammad bi al-Hasan, Muhammad bin Idris asy-Syafi’I,  Abi Ashim, Abdurrazaq, Abi Na’im, Affan, dan lain-lain. Imam Ahmad meriwayatkan hadits di dalam Musnadnya dari 280 gurunya.[5]
Adapun ulama-ulama besar yang pernah mengambil ilmu dari­padanya antara lain: Imam-Imam Bukhary, Muslim, Ibnu Abid-Dunya dan Ahmad bin Abil-Hawarimy. Beliau sendiri adalah salah seorang murid Imam As-Syafi'iy yang paling setia. Tidak pernah berpisah dengan gurunya ke mana pun sang guru bepergian.[6]
Penilaian kritikus hadits terhadap diri Imam Ahmad adalah (1) Nasr bin Ali mengatakan afdhol ahlu zamanihi(2) Qutaibah mengatakan Ahmad bin Hambal dan Ishaq bi Rawahaih sebagai imam al-Dunnya (3) Muhammad bin Ishaq bin Ibrahim al-Handholi dari ayahnya mengatakan Ahmad bin Hambal Hujjatun baina Allah wa baina abidini fi al-ardi (4) Hatib al-Baghdadi mengatakan imam al-muhadisiin [7] (5) al-Zuhri menilainya tsiqah Tsabt suduq, katsir al-hadits[8] (6) Abul Abbas Syamsuddin Hakalan mengatakan kana imam al-muhaddis (8) Imam Asy-Syafi' iy di saat meninggalkan kota Bagdad menuju Mesir, memberikan pujian kepada beliau dengan kata-kata: "Kutinggalkan kota Bagdad dengan tidak meninggalkan apa-apa selain meninggalkan orang yang lebih takwa (attaqo), dan lebih alim dalam ilmu fiqhi yang tiada taranya, ya­itu Ibnu Hanbal.[9] (9) al-Dzahabi menilai Imam al-Hafidz al-Hujjah (10) Al-Khatib mengatakan Kana Tsiqah tsabtan, Fahman [10] (11) Ali bin Madini mengatakan laisa fi ashabina ahfad min Ahmad.[11] (12) Al-Ijli menilai Tsiqah Tsabt[12]  (13) Abu Ja’far al-Nafili mengatakan kana Ahmad ibn hambal min a’lami al-dunnya (14)  Ibni Abi Hatim mengatakan dari Abdurahman bertanya pada ayahnya tentang Ahmad bin Hambal, ia berkata Huwa imam, huma Hujjah.[13]


[1] Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushthalahul Hadits, (Bandung: PT Al-Ma’arif, 1974), 373
[2] Siyar A’lam, juz 11 hal 179
[3] Al-Hafidz Abi al-Walid Sulaiman bin Khalaf bin Sa’id bin Ayyub, al-Baji al-Maliki, al-Ta’dil wa al-Tajrih, Juz I (CD: Maktabah Syamilah, ) hal 299
[4] Rahman, Ikhtisar, 373
[5] Siyar A’lam, juz 11 hal 180
[6] Rahman, Ikhtisar 374
[7] Hatib al-Baghdadi, Tarikh al-Baghdad, Juz II, hal 367
[8] Muhammad bin Sa’id bin Mani’Abu Abdullah al-Bashri al-Zuhri, al-Thabaqat al Kubro, Juz VII ( Bairut: Dar al-Shadir, 1968), 354
[9] Abul Abbas Syamsuddin Ahmad bin Muhammad bin  Abi Bakr  bin Khalakan, Wifayat al-A’yan wa anba’anba al-zaman, Juz I (Bairut: Dar Al- Shadir , 1900), 63
[10] Al-Imam Abu Abdullah Syamsuddin al-Dzahabi, Tatkira al-Huffadz, Juz II, (Hederabad Deccan: Dairah al Ma’arif al-Usmaniyah, tt), 665
[11] Al-Hafidz Abi al-Walid Sulaiman bin Khalaf bin Sa’id bin Ayyub, al-Baji al-Maliki, al-Ta’dil wa al-Tajrih, Juz I (CD: Maktabah Syamilah, ) hal 299
[12] Al-Ijli, Ma’rifat al- Tsiqah juz I hal 194
[13] Al-Jarh wa Ta’dil Juz II hal 68

Tidak ada komentar:

Posting Komentar